30

255 12 0
                                    

Kevin POV

"Vin, cukup. Mending lu pulang."

Gua lirik sinis orang disamping gua. Otak gua lagi melayang, jiwa gua rasanya nikmat dan tenang. Malah disuruh pulang. Ya, gua gak mau lah. Dia akhirnya menghela nafas buat gua mendengus.

"Kevin, lu udah terlalu banyak minum. Kalau kaya gini, lu gak bakal bisa balik."

Gua noleh, "Devo Ananta." Tangan gua gapai bahunya, tepuk dua kali. Mata gua bertemu sama matanya.

"Gak usah banyak bacot. Mending lu kerja dari pada ngurusin gua." Tangan gua bawa gelas whiski ke depan bibir gua buat kesekian kalinya, rasa nikmat langsung menjalar di badan gua.

Rahang dia mengeras, tanganya langsung nepis tangan gua yang ada dibahu dia. "Terserah lu."

Gua cuma ketawa saat dia pergi dari hadapan gua, "Dadah." Tangan gua melambai kearah dia.

Ketawa gua makin gede pas liat respon Devo yang kasih jari tengah ke gua dari jauh. He's so funny.

Bayu yang dari tadi merhatiin gua sama Devo di balik meja bar geleng-geleng kepala. Dia ngeliat gua pake pandangan yang –kasian?

Alis gua pun merengut, "Kampret, ngapa lu liat gua gitu?" Mata gua udah sayu tapi berusaha tatap dia tajem.

"Masalah itu selesai bukan didiemin tapi dibicarain." Dia ambil gelas gua yang udah kosong dari tangan gua, "Jangan jadi pengecut, Vin." Tangannya balikin gelas gua yang udah penuh lagi ke depan gua.

Rahang gua mengeras, badan gua serasa panas sekarang. "Kalau lu gak tau inti permasalahannya, gak usah sok nasehatin gua."

Dia menghela nafas, tangannya bertumpu di sisi meja bar. Badannya agak nunduk ngarah ke gua, "Inti masalahnya Dean, kan?"

Gua diem. Nafas gua serasa berat. Tangan gua langsung minum whiski gua lagi sekali teguk. Gak respon omongan dia.

Dia senyum miring, ngerasa menang karna gua diem. Kedua siku nya bertumpu di meja bar, mukanya berjarak sejengkal di depan muka gua.

"That boy. I admit it. He's pretty hot and innocent at the same time. My bisexual desire screaming at me to get him railed."

Tangan kanan gua langsung narik kerah baju dia setelah gua naro gelas di meja lagi. Jarak diantara muka gua dan Bayu jadi lebih deket. Mata gua tatap dia setajem mungkin. Rahang gua mengeras lagi,

"What do you fucking mean?" Ucap gua dengan nada rendah setengah menggeram.

"I mean... I want to fuck him so hard." Seringai dibibirnya makin membesar bikin gua meledak.

Dengan cepat tangan gua mendarat di pipi dia. Dia balas nonjok muka gua. Darah pun gua rasa mengalir dari hidung gua. Suara musik berganti sama berisiknya omongan orang-orang disekitar kita.

Gak berapa lama, security dateng buat misahin kita.

Devo ternyata yang nahan badan gua. Si Andre nahan badan Bayu. Mereka seret gua dan Bayu keluar dari club. Security akhirnya pergi setelah kita semua ada di luar.

"Lu berdua apa-apaan, sih?!" Devo teriak saat udah lepasin gua di parkiran. Bayu udah nyender di salah satu mobil deket dia. Andre menghela nafas dan geleng-geleng kepala disampingnya.

Gua diem, tangan gua nahan darah yang dari tadi mengalir dari hidung gua. Bayu pun sama dia megang pipi nya yang mulai biru dan ujung bibirnya yang berdarah.

Devo nyisir rambut dia kebelakang pake jemarinya dan tarik nafas panjang. "Ndre, ambil kotak P3K di restroom."

Andre ngangguk dan langsung pergi kedalem club lagi. Mata gua tatap arah lain. Rasa sakit dan rasa nikmat karna minuman yang gua minum tadi bercampur jadi satu. Rasanya jadi kelu.

H O M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang