Special Bonus Chapter

208 5 0
                                    

(Edward x Farel)

Edward POV

"E-Ed, please,—" Rintihan Farel makin buat gua jadi gila. He always drives me insane. "—bunganya, aku gak mau bunganya ancur." Lidah gua masih menjelajah lehernya. Berkali-kali gigit dan kasih marks disana. Tanda dia punya gua.

"Ed—"

"For fucksake, Farel, just throw it all. I'll still fucking marry you even though that fucking flowers got destroyed."

Nafas gua tersenggal karna emosi dan nafsu.

Fakta bahwa Farel dapetin buket bunga yang selama pernikahan itu Dean pegang buat gua makin panas. Dia pegang bunga yang dipegang Dean sama aja kaya dia pegang tangan Dean.

Yes. I know. I'm that childish boyfriend who get jealous easily and possesive as fuck.

Kejelasan Farel yang masih terpukau sama Dean buat gua beneran cemburu banget. Gua tau dia emang selalu seneng kalau gua cemburu. Tapi, kalau udah soal Dean, gua gak bisa kontrol sama sekali. Farel tau kalau gua bakal kaya gini.

He knew that I'm gonna punish him, but he still made it clear anyway.

"Get on the bed. Naked. Ass up in the air." Ucap gua rendah di depan bibir dia.

Pandang gua nangkep muka Farel yang merah jadi makin merah. Dia gigit bibir bawahnya, buat tatapan gua terpaku di sana. "Now, Farel."

Bunga yang dari tadi dia pegang akhirnya dia jatohin juga. Dia pun langsung lari ke arah kamar sambil buka semua pakaiannya di perjalanan. Menghela nafas gua lakuin setelah lempar jas yang udah gua lepas ke atas sofa di Penthouse ini.

Setengah jam yang lalu, akhirnya kita berhasil pergi dari acara nikahannya Kevin dan Dean.

Mereka semua nahan Farel cukup lama sampe emosi gua beneran mau meledak saat itu juga. Untung, Farel nangkep perubahan ekstrim mood gua. Dia dengan kelihaian-nya bisa buat mereka ngerelain dia buat cabut duluan.

"Edward..? Hurry." Teriakan manja Farel buat bulu kuduk gua meremang. Penis gua yang udah keras dari dari tadi juga jadi bergetar.

Fuck. He always has that power over me.

Dengan cepat gua jalan ke kamar dan bawa satu mangkok es batu yang udah gua keluarin dari tempatnya. Pemandangan yang gua dapet dari depan pintu kamar yang terbuka buat kedua kaki gua seketika melemah.

Gua pun langsung bersender ke pinggir pintu.

"Fucking hell."

Farel telanjang, dia nungging dengan tangan kanannya yang bermain di penis dia dan tangan kirinya bermain di lubang dia. Lubangnya masih keliatan kering, cuma penisnya udah basah banget.

I know he loves pain, but the fact that he lets his hole dry just for me to eat it was literally made my cock stiff as fuck.

Dia tatap gua dengan tatapan sayu, lidahnya jilat bibir bawahnya.

Gua mengerang, "You always drives me insane, Farel." Dengan cepat gua jalan ke deket kasur.

Farel merengek gak sabar, "Fuck me hard, please."

"Not yet." Rahang gua mengeras. "Keep touch yourself, but don't cum."

Gua pun taro mangkok yang berisi es batu ke atas kasur. Farel liat mangkok itu. Dia langsung mendesah. Ice blok punishment was his favorite after edging.

H O M ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang