14. Kebohongan

116 31 50
                                    

Happy Reading!

"Hari demi hari bukannya seneng malah jadi seneb"
_

Tiana

seneb : mules

•••

Dua hari berlalu, Mila dan Tiana masih tak saling menyapa. Dua hari itu juga Tiana harus kemana-mana sendirian, sedangkan Mila sudah mendapatkan teman meskipun sering memanfaatkan kepintaran Mila.

Tiana menatap Mila yang tengah dikerubungi oleh teman-teman barunya. Gadis itu tengah mencatat sesuatu yang Tiana duga jika Mila disuruh mengerjakan tugas teman sekelasnya itu.

"Goblok banget sih temen gue," gumam Tiana. Gadis itu menoleh ke arah sampingnya.

Vano tengah tidur dengan wajah yang ditutupi buku tulis ekonomi. Kadang Vano dan Tiana adalah patner yang cocok, patner tidur maksudnya.

"Van," panggil Tiana.

"Hm," jawab Vano tanpa ingin menatap gadis di sebelahnya.

"Pinjem handphone lo dong, bentar aja."

"Di loker."

Tiana tersenyum senang saat mendapat lampu hijau dari Vano. Ia segera merogoh loker bangku Vano dan mendapatkan ponsel berwarna hitam milik cowo itu.

Cewe itu segera membuka aplikasi WhatsApp dan mencari kontak Mila di pencarian. Setelah mendapatkannya Tiana membuka ruang chat dan mengetikkan sesuatu di sana lalu dikirimkan pada Mila.

Vano : Jangan mau jadi babu bego!

Tiana menoleh ke belakang, ia melihat Mila segera membuka ponselnya saat ada sebuah notifikasi.

Setelah membaca pesan dari Tiana, Mila mendongak dan bertatapan dengan Tiana yang sudah tersenyum manis ke arahnya..

Mila : Bukan urusan lo!

Tiana mengerutkan dahinya, Mila ini memang sudah gila ya. Karena sudah terlewat kesal Tiana melempar ponsel Vano ke dalam loker dan memilih untuk tidur.

Cowo pemilik ponsel segera bangun dan memukul kepala Tiana dengan buku yang tadi ia gunakan untuk menutup muka saat tidur.

"Biasa aja bege! Mahal harga handphone!" kesal Vano, lalu mengecek kondisi ponselnya yang syukur baik-baik saja.

"Siapa juga yang bilang handphone itu murah!" jawab Tiana.

"Yee ngejawb lagi lo!"

Tiana menghentakkan kakinya kesal, Vano melirik gadis itu aneh. Ada apa sebenarnya sampai Tiana seperti orang gila seperti sekarang.

Tubuh bak cacing kepanasana yang tidak bisa diam dan mulut yang terus bergumam tidak jelas.

•••

"Hari ini gue mau ke mall," ucap Tiana sembari berjalan mundur menghadap ke arah Mila yang masih tidak peduli padanya.

"Ikut gue yuk! Ntar gue traktir, janji deh nggak gue boongin." Tiana menyodorkan jari kelingkingnya.

Mila hanya melirik sekilas lalu kembali menatap lurus ke depan. Dikacangin itu memang tidak enak kawan.

"Mil, lo kenapa sih sebenernya?" tanya Tiana yang sudah lelah dengan sikap Mila akhir-akhir ini.

Berhasil, Mila menghentikan langkahnya yang membuat Tiana juga ikut berhenti melangkah. Keduanya saling menatap satu sama lain.

Tanpa disadari Tiana, Mila membawanya ke taman belakang sekolah yang sepi.

TU : Tiana, Utara, dan Ruang TUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang