19. Rasa Yang Masih Sama

123 27 31
                                    

Happy Reading!

"Pada dasarnya, cinta pertama adalah pemenangnya."
_

Tiana

•••

Gadis dengan baju tidur bergambar mickey mouse menatap ke arah cowok berhoodie merah maroon di hadapannya. Tatapan tajam menelisik manik cowo yang tengah diam tak berkutik.

"Kenapa bisa?" tanya Tiana.

Vano menggeleng. "Gue juga nggak tau, waktu gue bangun itu semua udah terjadi," jelasnya.

"Lo gimana sih?! Masa yang enak-enak malah nggak inget!"

Vano melotot, gadis ini sangat frontal sekali mulutnya. Mengucapkan kalimat itu dengan sangat santai di depan Vano.

"Gue mabuk, Na!"

Tiana menghela nafasnya. Dua tahun ia menjalin hubungan dengan Vano, ia tahu jika cowo ini memang tak pernah luput dari dunia malam.

"Papa lo nggak tau?" tanya Tiana dengan sangat hati-hati.

"Emang dia peduli?" Vano menatap Tiana dengan tatapan teduh.

Tatapan yang sangat bisa dimengerti oleh Tiana. Mantannya ini adalah anak broken home yang sekarang sangatlah kesepian. Mamanya pergi dengan keluarga baru, sedangkan papanya menikah lagi dengan wanita licik yang mampu mencuci otak papa Vano.

"Gue tau papa lo kayak gimana, tapi untuk masalah ini lo harus cerita Van. Ini udah bukan lagi tentang lo, tapi juga masa depan Sasa dan anak kalian nantinya."

"Entah kalian sadar atau enggak ngelakuinnya, pada akhirnya itu semua udah terjadi dan dia sudah hadir di antara kalian berdua."

Tiana menunduk mengambil satu gelas teh yang ia taruh di meja teras rumah. Malam ini, Papa dan istir keduanya sedang ke luar kota. Hanya dia dan Sasa yant berada di rumah itu.

Setelah pulang sekolah, Vano mendatangi kediamannya untuk melihat keadaan Sasa dan anak dalam kandungannya.

"Minum dulu, biar pikiran lo lebih tenang," ucapnya sembari memberikan segelas teh yang sudah ia campur dengan jahe.

Vano tersenyum tipis saat melihat isi gelas itu. Tiana masih ingat minuman kesukaannya yang mampu membuatnya tenang saat sedang gelisah.

"Apa kabar mama Nita?" tanya Vano.

"Eh, syarat manggil mama Nita udah nggak berlaku lagi karena kita udah jadi mantan!" ucap Tiana yang mengundang kekehan Vano.

"Bodoamat, Mama Nita aja nggak protes tuh. Kenapa anaknya protes?"

"Haruslah, karena gue nggak mau ya mama gue dipanggil dengan sebutan mama sama cowo brengsek kayak lo!"

Tiana tetaplah Tiana, gadis dengan segala kejujuran yang amat sangat menyakitkan.

"Maaf soal waktu itu," ucap Vano.

"Soal?" tanya Tiana yang sekarang ikut duduk di sebelah Vano di teras rumahnya.

"Soal kejadian yang bikin lo udah nggak cinta sama gue."

"Gue emang nggak pernah cinta sama lo!"

"Tapi sayang."

"Kok tau?" Vano terkekeh dengan reflek tangannya mengacak lembut rambut Tiana.

Gadis itu mendengus dan menampik tangan Vano yang masih berusaha merusak tatanan rambutnya.

"Dulu gue lo ginian mleyot sekarang kok jadi pengen muntah ya," ucap Tiana dengan santai.

"Ya karena lo udah nggak sayang sama gue," ucap Vano.

TU : Tiana, Utara, dan Ruang TUWhere stories live. Discover now