45. TU ( Tamat & Usai)

147 36 105
                                    

HAPPY READING!!!

"Masa lalu yang tak terlupakan adalah masa lalu indah yang tak akan berubah menjadi abu-abu."
_

Tiana

•••

SMA Megantara

Pagi ini, hari pertama seluruh murid memasuki tahun ajaran baru. Para murid dikumpulkn untuk mengadakan upacara. Dibarisan belakang kelas X-IPA 3, terlihat tiga siswa yang tengah diomeli oleh guru BK mereka.

"Martin, Kiko, Torzan! Kalian anak baru tapi sudah membuat ulah saja! Kalian tau kan jika hari ini akan diadakan upacara bendera, kenapa tidak memakai atribut lengkap?"

"Lupa pak!" jawab Kiko, cowo dengan rambut sedikit gondrong, muka tengil, dan baju yang dikeluarkan.

"Tapi saya lengkap pak," jawab Torzan, cowo dingin yang mahal senyum.

"Lengkap bagaimana? Topi kamu? Mana topi kamu?"

Torzan melirik Martin yang berada di sampingnya, seperti ada dendam yang tersirat dari tatapan cowo itu pada teman barunya.

"Dibuang sama dia," jawab Torzan singkat.

"Ya Allah, kamu berdosa banget pitnah-pitnah aing!" ucap Martin dramatis sembari menyentuh lengan Torzan yang langsung ditepis kasar oleh cowo itu.

"Sudah-sudah, sekarang kalian baris dengan murid-murid yang tidak menaati tata tertib sekolah!"

Ketiga cowo itu hanya bisa pasrah, dalam hati Torzan rasanya ingin menonjok cowo di depannya ini. Gara-gara tingkah usil cowo itu, dia jadi harus di hukum. Sepanjang ia sekolah sampai SMA baru kali ini ia berdiri bersama murid-murid yang melanggar tata tertib.

Upacara dimulai dengan hikmat, di tempat para murid yang tidak memakai atribut lengkap berdiri, hanya Torzan yang mengikuti upacara dengan baik. Sedangkan yang lain sudah mendumel karena tersengat cahaya matahari yang panas.

Setelah upacara yang melelahkan bagi Torzan, cowo itu langsung bergegas menuju kelasnya. Ia rasanya tidak bisa berlama-lama dengan Martin dan Kiko yang entah sejak kapan lumayan dekat.

"Nama lo siapa?" tanya Martin setelah menyeimbangkan langkah kakinya dengan Torzan. Kiko hanya diam di belakang mengamati gerak-gerik keduanya.

"Kepo!" Martin mendelik tidak terima mendengar jawaban Torzan.

"Oke juga becandaan lo, sampe crispy!" ucap Martin sembari merangkul bahu Torzan.

Torzan mencoba menyingkirkan lengan Martin, tapi cowo itu terus menaruh lengannya pada bahunya.

"Nggak usah sok kenal!" ucap Torzan yang sudah lelah. Torzan berbalik dan menatap kedua cowo dengan seragam yang sudah dikeluarkan dari celana.

"Emang kenal," ucap Martin yang mengundang penasaran bagi Kiko dan Torzan. "Torzan Hexagon, nama lu kan?"

•••

"MARTIN!!!"

Suara melengking dari seorang wanita di dapur membuat Martin yang tengah nyantai di sofa harya terjengat kaget.

"Apasih bun?" teriaknya kesal. Bundanya itu memang memiliki hobby berteriak sepertinya.

"Ikan di kolam kok hilang satu? Kamu ambil ya?" ucap Tiana yang masih menatap kolam ikan yang berada di halaman belakang rumah.

"Seudzon banget sama anak sendiri," ucap Martin yang tidak menyangka bundanya akan langsung menuduh pada dirinya.

"Ya kan kamu yang biasanya ambil ikan di kolam terus dibawa ke rumah Sara buat dimakan."

TU : Tiana, Utara, dan Ruang TUDonde viven las historias. Descúbrelo ahora