Macam-Macam

1.1K 332 55
                                    

"Tapi dia emang cantik banget, sih. Acting-nya juga bagus. Apa lagi di film Power Up. Jinan sampai re-watch dua kali."

Vishal menyimak dalam diam. Gadis di hadapannya kembali bicara panjang lebar soal bintang favoritnya. Vishal malas menyebut nama artis tersebut. Yang ia tahu, si artis itu sumber kepusingan Marko, kakaknya. Dia yang menyebabkan keributan tempo hari.

Alasan Vishal tidak mau berurusan dengan dunia hiburan adalah kejadian-kejadian yang disaksikannya. Tidur dua jam sehari dan tertekan dikejar target manajemen cuma setahi kuku. Banyak sekali yang tampaknya menguras tenaga dan pikiran. Belum lagi kalau artisnya susah diatur. Sebut saja AJ (catat baik-baik, Vishal masih malas menyebut nama aslinya). Perempuan yang sedang diagung-agungkan Jinan ini kelakuannya seperti sampah.

"Yang bilang dia sombong, nggak ber-attitude, dan untalented pasti cuma iri. Mereka nggak tahu saja si Dewi Benua sebaik apa."

Tidak terbayang kalau Vishal menukas semua pujian Jinan. Pasti gadis ini akan menarik semua kata-katanya. Duh, biarkan saja, deh. Bukan urusan Vishal mengatur kesukaan orang, kan?

"Kalau Vishal sukanya apa?"

"Nggak ada."

Jinan memandang Vishal lekat-lekat. Pihak yang bersangkutan meneguk ludah.

"Mata Vishal bagus, ya. Biru gitu. Itu asli atau softlens?"

Vishal mendongak. Pipinya terasa panas. Karena jarang berinteraksi dengan orang, hanya segelintir orang yang tahu mata Vishal berwarna biru. Ternyata dipuji oleh gadis rasanya aneh begini, ya. Pikir Vishal sambil mengontrol diri. Aneh sekaligus bikin senang.

"Kayak mata Naruto."

"Eh?"

"Vishal pasti nggak tahu Naruto. Itu loh anime yang jurusnya seribu bayang."

"Gue tahu Naruto." Ngefans malah.

Jinan melebarkan mata, sedikit tidak percaya. Ia kemudian berujar, "Coba Jinan tes. Hokage ketiga siapa namanya?"

"Hiruzen Sarutobi. Si tua bangka tukang korupsi."

"Kalau gurunya Kakashi siapa?"

"Minato. Dia hokage keempat, sekaligus bokapnya Naruto."

Mata Jinan kembali melebar. Dengan antusias gadis itu bertepuk tangan.

"Gilak. Kok, nggak kelihatan kalau Vishal suka Naruto juga?"

Vishal mengangkat bahu.

"Kenapa Vishal suka Naruto?"

Untuk pertama kalinya Vishal menjabarkan dengan penuh antusias. Dari A sampai Z, Vishal tampak ekspresif. Mata birunya berkilat-kilat. Bibirnya juga bergerak lincah. Jinan sampai terpaku tidak percaya.

Ketika Vishal bicara, ia baru sadar penampakan cowok di hadapannya terlihat lucu. Jinan salah fokus ke bagian gigi. Barisannya memang rapi dan bersih, tapi dua gigi depannya maju sedikit. Dia terlihat seperti kelinci imut. Selama ini Vishal jarang bicara makanya Jinan tidak menyadari hal itu.

Perbincangan soal Naruto ternyata membuka celah pertemanan mereka. Sejak saat itu Vishal dan Jinan mulai sering berinteraksi. Baik lewat selular maupun ketika di kelas.

Vishal merasakan sensasi baru ketika mengenal gadis itu. Perasaan yang tidak pernah dicicipnya selama bersama Kasta, Sagita, dan Milan. Jinan mengajarkan hal baik. Dia sering mengingatkan tugas sekolah, mengirimkan foto catatan, dan mengajak belajar kalau besok ada tes.

Dan tebak apa yang lebih menarik?

Jinan juga pelan-pelan membaurkan Vishal dengan teman sekelas! Ternyata mereka tidak seburuk itu. Malah dipikir-pikir, selama ini justru dirinyalah yang terlalu apatis. Baru Vishal sadari, lebih enak kerja kelompok dengan Vey si ketua kelas, atau satu tim dengan Sitha di mapel kimia, atau dengan Rendy di pelajaran matematika. Bukannya mau membanding-bandingkan, tapi jika bersama Sagita-Kasta-Milan, nilai pelajaran Vishal mentok di angka lima puluh. Hubungannya dengan teman sekelas juga tidak progresif.

They Did ItWhere stories live. Discover now