Part 10

11.9K 1.2K 70
                                    

"Kalo pria itu menerima Tari apa adanya, tidak mungkin dia berubah seperti ini," timpal Arsene sebelum Betari sempat menanggapi ucapan Gendis. "Benarkan, kamu merubah penampilanmu setelah berhubungan dengannya?"

Pada mulanya Betari tertegun pada pengetahuan Arsene yang seperti banyak tahu mengenai dirinya sekalipun mereka sudah lama tidak berkomunikasi. Tapi kemudian saat fokusnya sudah kumpul kembali, Betari bertepuk tangan seakan-akan ia kagum pada pria itu.

"Wow, ternyata lo banyak tahu juga ya tentang gue? Apa itu artinya lo diam-diam mencari tahu tentang gue selama ini?" Betari bersedekap, menatap Arsene dengan mengejek.

Gendis yang berada di antara keduanya hanya menarik napas. Tapi bukannya menyelamatkan sang cucu, keberadaan Gendis disana hanya semakin menyudutkan posisi Arsene.

"Dah ngaku aja, siapa tahu itu bisa nebus kesalahan kamu ke Tari," timpal Gendis tanpa dosa, dengan santai ia menuangkan makanan ke piring di hadapan Arsene yang wajahnya kaku seketika.

Merasakan dirinya tak bisa lagi mengelak, Arsene mendadak kehilangan kemampuannya dalam berbicara. Antara malu dan kesal, Arsene berusaha menjaga ekspresinya.

Di lain pihak, ucapan Gendis membuat Betari tersenyum penuh kemenangan. Dengan satu alis terangkat, Betari menatap Arsene yang mati kutu saat dirinya terpojok.

Lama Arsene terdiam. Ketika Betari menyangka pria itu akan tetap bungkam, Arsene justru mengatakan sesuatu yang tidak di duga-duga.

"Ya, kamu benar. Aku memang mencari tahu tentang kamu selama ini. Tapi ketika aku tahu kamu sudah bahagia dengan kehidupan barumu disana, aku berhenti melakukannya."

Detik berikutnya, Arsene beranjak dari sana, lalu pergi begitu saja. Sepiring makanan yang di sajikan sang nenek pun tidak di sentuhnya sama sekali.

"Loh Sen, kamu nggak mau makan dulu?"

Panggilan sang nenek tak di acuhkannya. Tanpa sadar, Betari termangu melihat kepergian Arsene. Terlebih kata-kata pria itu sebelum pergi berhasil mengusik sesuatu di dalam dirinya sehingga menggetarkan pertahanan.

'Benarkah?'

'Untuk apa Arsene mencari tahu kehidupannya selama ini?'

'Apakah pada akhirnya Arsene menyadari kesalahannya?'

'Ataukah ia menyadari perasaannya?'

Tidak!

Betari langsung menampik pemikirannya tersebut. Lagi pula, mana mungkin Arsene tetap menikahi Saira jika pria itu menyadari perasaannya pada Betari?

Dengan cepat ia membentengi hatinya kembali. Dulu ia pernah menganggap hubungan mereka itu spesial tapi nyatanya kekecewaanlah yang ia dapatkan dari pria itu. Sekarang ia sudah mengubur seluruh cintanya untuk pria itu dan lagi kini ia sudah memiliki Devon. Tempat spesial di hatinya pun kini sudah di gantikan oleh kekasihnya itu-pria yang menerima dirinya apa adanya.

"Benar, Arsene memang mencari tahu tentang kamu selama ini. Sebagian Nenek yang suruh, tapi sebelum itu Arsene sudah lebih dulu mencari keberadaanmu," kata Gendis tiba-tiba, dengan lembut ia menggenggam jemari Betari. "Nenek nggak tahu kesalahan apa yang sudah di lakukan Arsene padamu, sehingga kamu pergi meninggalkannya. Tapi apapun itu, tidak bisakah kamu memaafkannya Nak?" tambahnya dengan senyuman hangat yang membingkai wajah tuanya.

Betari mengerjap, lalu menggeleng perlahan dengan senyuman pahit yang tersungging. "Tidak Nek, kepergian Tari nggak ada hubungannya sama Arsene. Tari pergi karena kebetulan Tari keterima kerja di Surabaya. Arsene nggak ada salah apa-apa sama Tari." Ia menyentuh punggung tangan Gendis.

Kepingan RasaWhere stories live. Discover now