20. Clubbing

9K 1.5K 433
                                    

Kalau mau double atau triple update, target vote-nya kayak kemaren yaaa!

450 vote dan 350 komen!

Happy reading!

Sebelum motor Dicky semakin dekat dengan rumahku, aku memberanikan diri mengutarakan isi pikiranku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebelum motor Dicky semakin dekat dengan rumahku, aku memberanikan diri mengutarakan isi pikiranku. Setidaknya agar malam ini aku bisa tidur nyenyak dengan perasaan lega.

Tadi Dicky memang sempat menyebut soal first date, tapi tetap saja aku perlu menegaskan sekali lagi.

"Dik, ini kita first date beneran, kan?" Meski suaraku pelan, aku yakin Dicky bisa mendengarnya dengan baik.

Ia tidak langsung menjawabnya. Setelah melalui jalanan yang lebih sepi, barulah suaranya terdengar. "Nggak, deh! Besok kita ulang lagi aja, makan di Kintan Buffet atau Sushi Tei. Gue nggak rela, makan nasi kecap kayak gitu, dianggap first date."

Aku kembali tertawa.

Sejujurnya aku tidak terlalu merasakan bagaimana nasi gorengnya, karena perhatianku terfokus pada Dicky. Namun, aku bersyukur karena tidak benar-benar merasakannya. Mendengar Dicky terus mengomel tanpa henti begini, sudah cukup membuatku membayangkan rasa nasi goreng terburuk yang pernah ada.

"Terus, kalau ada yang tanya, kita pacaran atau enggak, jawabnya gimana?" tanyaku lagi.

"Lah, gimana sih? Tadi kan, lo udah sepakat?"

Kali ini aku terdiam. Memang benar, tadi aku yang mengatakan kesepakatan win-win solution itu dengan santai. Namun, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal di hatiku.

"Eh, udah, sampe sini ajaa!" aku buru-buru menepuk pundak Dicky ketika motornya mulai memasuki gapura komplek perumahanku.

Tadi aku sudah menyebutkan nama perumahannya, dan ternyata Dicky tahu di mana tepatnya. Makanya sepanjang perjalanan aku tidak perlu memberikan instruksi.

"Rumah lo yang mana?" Dicky menghentikan motornya, kemudian mengedarkan pandangan.

Tanpa mengatakan apa pun, aku turun dari motornya, lalu melepas helm.

"Lo tinggal di pos satpam?" tanyanya, karena satu-satunya bangunan di dekat sini hanya pos satpam. Selebihnya merupakan taman komplek. Aku perlu jalan sekitar 200 meter untuk sampai ke rumah.

"Udah, balik sono!" usirku. Yang tidak ditanggapinya, karena masih tampak penasaran. "Rumah gue masih jalan dikit ke sana."

"Kenapa gue nggak boleh anter sampe depan rumah? Lo nggak mau kenalin pacar lo ini ke orang tua lo?"

Aku mencibir. "Yaelah, baru jadian sehari udah minta dikenalin orang tua. Kayak lo mau kawinin gue aja!"

Tanpa kusangka, candaanku malah menyurutkan raut jenaka di wajahnya. Sebelah tangannya segera menutup kaca helm, kemudian pamit pulang. "Ya udah, gue balik!"

Heartbreak Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang