57. Mama

8.5K 1K 45
                                    

Berhubung Dicky lagi sakit, aku tidak berlama-lama di kosnya. Setelah memastikan dia sudah makan, aku pamit pulang dengan minta dijemput oleh Pak Jono. Untungnya Pak Jono tidak bertanya apa pun saat kuminta menjemput, padahal tadi aku sudah bilang bakal pulang diantar Dicky.

Sebenarnya aku masih kangen dengannya. Padahal aku sudah di kosnya tiga jam lebih hanya untuk memandangi wajahnya lamat-lamat, tapi itu tidak membuat rasa rindu yang sudah menggunung di dadaku lenyap.

Meski apa yang terjadi hari ini jauh dari rencana awalku mengunjungi kosnya, aku senang sekali. Ini bahkan jauh lebih baik dibanding yang ada dalam rencanaku. Aku pikir proses memperbaiki hubungan kami butuh waktu lebih lama lagi. Nyatanya, Dicky langsung menerimaku tanpa ada drama berkepanjang seperti yang kukira.

Dan yang paling membuatku bahagia, sekarang aku sudah mengantongi alamat panti asuhan Icam. Setelah Dicky memintaku melihat isi chat-nya dengan Vanya, aku beralasan ingin membuka chat-chat yang lain, barangkali ada perempuan selain Vanya yang dia hubungi. Dicky langsung menyangkal, kemudian membiarkan aku memainkan ponselnya sesuka hati. "Ya udah gih, liat sendiri. Kamu nggak bakal nemuin apa-apa!"

Aku langsung menggunakan kesempatan emas tersebut untuk mencari alamat panti asuhan Icam. Aku ingat Dicky pernah bilang, kalau dia pertama kali mengetahui keberadaan Icam di panti asuhan karena e-mail yang dikirimkan oleh mantannya, jadi aku langsung membuka email. Kemudian mengetikkan kata 'panti asuhan' di kolom search. Tidak sampai dua menit, aku berhasil mendapatkannya. Cepat-cepat aku mengambil tangkapan layar alamatnya, dan kukirim ke nomor Whatsapp-ku. Selanjutnya aku buru-buru menghapus pesan tersebut hanya untuk Dicky, juga menghapus foto hasil tangkapan layarnya dari galeri.

Melihat letak panti asuhannya yang agak jauh dari rumahku—sekitar setengah jam, aku berencana mengunjunginya minggu depan saja, saat libur kuliah, jadi bisa lebih leluasa bermain dengan Icam. Padahal hari Minggu tinggal beberapa hari lagi, tapi aku sudah sangat tidak sabar menantikannya. Aku bahkan sudah menyiapkan daftar permainan dan makanan yang akan kubawa saat bertemu Icam. Semuanya sudah terancang dengan detail dalam otakku, termasuk outfit apa yang akan kugunakan besok. Mungkin, kalau aku tidak kelamaan di kos Dicky, aku bakal nekat mengunjunginya hari ini juga. Sayangnya, sekarang langit sudah gelap, jadi aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk ke sana.

Gara-gara kedekatanku dengan Kenzi belakangan ini, aku jadi lebih sering menginap di rumah Mama. Selain itu, aku mulai terbiasa dengan kebisingan suara Kenzi, sehingga rasanya aneh saja, kalau sendirian di rumah. Saking seringnya aku menginap di sini, aku sudah memindahkan sebagian besar barang-barangku ke sini. Jadi aku bisa menginap di sini kapan pun, tanpa repot-repot mengemasi barang.

Baru saja aku sampai rumah, ponselku menanpilkan notifikasi pesan masuk. Aku duduk di sofa ruang tengah sambil melihat pesan tersebut, yang ternyata dari Dicky.

Dicky: udah sampe rumah?

Dicky: kalo baru ditinggal bentar udah kangen tuh, enaknya ngapain ya?

Aku: tidurrr

Dicky: gak bisa

Dicky: kangen banget

Aku: lebayyy

Aku tertawa mengejek diriku sendiri saat melihat balasan yang kuketikkan untuk Dicky. Padahal sebenarnya bukan cuma Dicky yang sudah kangen, padahal baru pisah sebentar. Rasanya aku seperti kembali pada masa di mana kami baru mulai pacaran. Dunia terasa sangat indah kalau dilalui bersama dia. Segala hal buruk yang dulunya tidak pernah terbayangkan di otakku, kini menghilang begitu saja. Entah mendapat keyakinan dari mana, aku merasa bisa melalui semuanya dengan mudah. Termasuk menjadi ibu sambung untuk Icam, lalu hidup bahagia dengan Dicky.

Heartbreak Girl (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang