08. Gebetan? ✔️

40 13 3
                                    

  Gitta sangat bersemangat, ia berdandan begitu cantik dengan dress baby pink yang Jovan berikan padanya. Rambutnya ia sisir dengan beraturan, ditambahkan sebuah bando pita warna senada yang semakin menambah aura gadis remaja cantik padanya.

  Hari ini, Gitta akan menjawab pernyataan cintanya Jovan. Cowok itu memberi Gitta waktu tiga hari untuk memikirkan jawaban untuk cintanya. Setelah memikirkan matang-matang, Gitta akan menerima cintanya Jovan.

  Jovan pria yang lumayan menyenangkan, ia baik dan terlihat sangat tulus mencintai Gitta. Hari itu Gitta benar-benar dimabuk asmara.

  Ia akan menemui Jovan di Appartemennya. Gitta akan memberi Jovan kejutan. Karena sudah sering bermain kesana, Gitta tahu sandi untuk membuka pintu Appartemen gebetannya itu.

  Perlahan. Gadis itu berjalan begitu pelan, tak ingin meninggalkan jejak sedikitpun yang dapat membuatnya tertangkap basah oleh Jovan.

  Gitta sangat bersemangat, memikirkan ekspresi keterkejutan cowok itu saat ia kejutkan dengan bingkisan yang dibawanya; Blackforrest cake, kue favoritnya Jovan.

  Akhhh....

“Jo-,” sahutannya tertahan di tenggorokan. Kelopak gadis itu terkulai. Dari celah pintu kamar Jovan, ia mendengar sebuah erangan dan desahan.

  Tubuh Gitta sudah gemetar, suara itu semakin jelas menginterupsi pendengarannya. Semakin penasaran, ia membuka sedikit pintu kamar yang terbuka itu, dan.... Dilihatnya sepasang insan tengah bergelut di atas ranjang tanpa sehelai benang. Mata Gitta tidak rabun, pria itu sudah pasti Jovan, dan rekan seks-nya itu sahabatnya, Raisa.

  Gitta menelan ludah kasar. Dengan langkah pelan juga ia meninggalkan Appartemen tersebut. Sesampainya di luar, ia hanya bisa mengelus dada, menetralkan deru nafasnya yang mulai tak beraturan. Menahan mati-matian air matanya yang siap berderai.

“Okay, just keep breathing, Git!”

“Gue berhasil bernafas dengan normal saat itu, Sa.”

  Gitta menunjukkan wajah arogannya. Memperlihatkan pada sahabatnya itu betapa luar biasanya ia mengendalikan dirinya. Betapa kuatnya ia berpura-pura tidak tahu apa-apa antara Jovan dan Raisa. Sedangkan setiap bertemu dengan dua orang itu, bayangan saat mereka saling bercumbu mesra diatas ranjang sana selalu terlintas di benaknya. Tapi Gitta harus melanjutkan sandiwaranya, demi hubungan pertemanan mereka, ia harus bersikap biasa saja ditengah kemunafikan sahabatnya.

“Tenang, gue nggak akan kasih tahu yang lain, kok.”

  Raisa masih tak bergeming.

“Sekarang, apa loe masih mau comblangin gue lagi sama Jovan?” Gitta tersenyum mencibir, ia menatap miris sahabatnya itu, “Dulu, loe yang ngenalin gue sama Jovan. Loe yang comblangin kita habis-habisan, sampai seisi sekolah nganggap gue sama Jovan emang pacaran. Tapi ternyata, dibelakang, loe sendiri yang buat gue dan Jovan gagal jadian.”

  Raisa menelan ludahnya kasar. Gitta memang handal dalam mengeluarkan kalimat yang menohok dan tajam. Pantas saja, murid di sekolah ini tidak ada yang mau berurusan dengannya.

“Gue mau nemuin Karel dulu, kalo guru nanyain, bilang aja gue lagi di toilet,” Gitta melembutkan tatapannya, sembari menepuk pundak temannya.

  Gadis itu berlalu pergi, meninggalkan Raisa yang masih mematung ditempatnya.


🍭🍭🍭


Tit! Tit! Tit!

“Woy, lu berdua. Ikut gue!”

  Setelah dikejutkan oleh suara klakson mobil disampingnya, selanjutnya Rendy dan Indah menatap penuh heran kakak kelas mereka yang menyahutinya dari sedan merahnya.

COTTON CANDY (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang