22. Dewasa

19 2 2
                                    

GITTA POV

   Aku tumbuh dengan banyak masalah. Aku kehilangan peran Ayah dan Ibu. Kurang kasih sayang. Keluargaku hancur dan aku kehilangan arah.

  Sekolah adalah satu-satunya tempat untuk mencari kesenangan. Membuat murid wanita iri dengan kecantikanku, membuat para siswa tergila-gila karena pesonaku dan membuat semua orang patuh dengan perintahku. Namun ada yang tidak aku sukai dari sekolah, yakni saat pembagian raport; kenapa harus selalu menghadirkan orang tua siswa? Kini, aku yang menjadi iri pada mereka. Aku tidak suka melihat tawa anak yang berhasil membuat orang tuanya bangga karena prestasi mereka.

   Rasanya sangat tidak adil, mereka berbahagia di rumah dan juga sekolah. Dunia ini berputar bukan? Jadi, saat malam aku menangis, kesepian dan meratapi nasibku yang tidak memiliki keluarga yang harmonis; maka saat siang – di sekolah, saatnya aku berbahagia di tengah penderitaan murid-murid dari keluarga harmonis yang aku bully. 

  Aku pikir, itu balas dendam yang sempurna. Dan ternyata aku salah. Sikap burukku itu hanya menjadi boomerang, aku malah mendapat semakin banyak masalah. Anak-anak yang aku bully – mungkin mereka juga mempunyai luka dan beban sendiri, hanya saja orang lain lebih pandai menyembunyikan luka mereka dan tidak pernah melampiaskan amarahnya kepada orang lain yang tidak berdosa.

  Bahkan, kurasa, penyakit yang aku idap saat ini adalah sebuah karma atas semua perlakuan jahatku pada orang lain.

   Karel adalah salah satu hal yang mengubah diriku. Saat bertemu dengannya, aku semakin ingin berubah. Melihat keluarganya yang begitu harmonis, rasanya aku menjadi iri. Dia juga yang membuka pikiran dan hatiku untuk menjadi manusia yang lebih baik. Karena semua harus dimulai dari diriku sendiri, aku ingin pasangan yang baik; maka aku juga harus menjadi wanita yang baik. Tapi sayang, sekarang keluarga-nya Karel melarang kami berteman.

   Tapi tak apa, mungkin itu bentuk perlindungan mereka terhadap anaknya. Mereka hanya ingin anaknya tumbuh di lingkungan yang sehat bersama dengan orang yang baik. Dan aku? Ya.. Tidak semua orang memahami apa yang kita rasakan dan apa yang sedang kita alami; mungkin latar belakangkulah yang membuat mereka tidak percaya denganku.

  Andai saja dapat kembali ke masa lalu, aku ingin Mamah bertemu dengan laki-laki baik dan bertanggung jawab, agar Mamah tidak perlu menjalani kehidupan yang menyedihkan dan akhirnya terjerumus ke dunia gelap karena kelakuan Papah. Dan aku lebih baik tidak terlahir ke dunia, agar Mamah bisa bahagia.

Author POV

   Gitta sampai di ujung jalan, masih dengan tatapan kosong ia melangkah gontai. Pupus semua harapannya untuk kembali memiliki keluarga yang bahagia, ia harus mengubur semua mimpinya untuk tinggal serumah bersama orang tuanya.

   Karel juga kini menjauhinya, pelanginya kini telah menghilang; di gantikan oleh awan hitam dengan petir yang menyambar; memporak-porandakan jiwa raganya.

   Lantas, untuk siapa lagi kini ia harus bertahan?

  Atensinya ia arahkan pada lampu rambu lalu lintas yang menunjukkan warna hijau, kendaraan dari arah berlawanan sudah mulai melaju kencang. Mungkin, jika mobil-mobil itu menabraknya; tubuhnya pasti akan terpental begitu jauh lalu berakhir menghantam trotoar jalan.

“ASTAGHFIRULLAH NENG!”

“Argh,” Gitta meringis, ia memang jatuh tersungkur di atas trotoar, namun bukan karena di tabrak mobil; melainkan di dorong oleh seseorang.

“Neng gapapa, kan? Neng?” ujar seorang pria paruh baya terlihat begitu khawatir. Untung saja ia dengan cepat berlari ke arah Gitta saat gadis itu dengan konyol menyebrang saat sebuah mobil truk melaju kencang dari arah selatan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 22 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

COTTON CANDY (On Going)Where stories live. Discover now