D & C: [35]

186 10 21
                                    

Seseorang yang mudah memberi maaf, selalu diberi kata maaf beberapa kali, ya?

Kemarin sore sepulangnya Ara dari sekolah, sahabatnya itu pergi mengunjunginya untuk menjenguk. Dimulai dengan menanyai kabar, Rea menjawab bahwa besok pun akan sekolah karena sudah membaik. Lagi pula, ia cukup bosan jika terus-terusan diam tanpa aktivitas.

Berlanjut dengan berdialog panjang lebar. Ara membuka pembicaraan yang menyatakan bahwa dirinya telah bertemu dengan Sam, lelaki itu menitipkan kata maaf yang Ara tolak. Lagi, Ara bercerita bahwa dirinya memberikan banyak kalimat yang menyatakan bahwa Sam adalah lelaki buruk.

Rea tidak masalah akan hal itu. Meski sempat dibuat galau hingga menangisi dengan cukup lama, ternyata lukanya tak seberapa saat masalahnya berjalan ke arah Keva. Dirundung oleh sahabat sendiri? Rea tak menyangka Keva sejahat itu.

Omong-omong tentang Keva, guru-guru menyakan karena ada yang memberitahu bahwa Keva pun terlibat dalam perundungan yang dilakukan pada Rea. Katanya tadi tidak sekolah, lalu dipaksa datang untuk membicarakan tuduhan. Pada akhirnya, Keva mendapatkan hukuman sama seperti Zio.

Puncak masalahnya adalah Zio yang turun langsung untuk merundungnya.

Setelah merasakan banyak hal di hidupnya, lantas ia bertanya-tanya tentang apa salahnya? Tidak ingin bohong, perkataan Zio saat itu cukup memberatkan pikiran.

Ara melihat kedatangan Rea dengan wajah murung meski gadis itu menunduk. Cepat-cepat ia memberikan pelukan hangat dan mengajak Rea untuk duduk di sebuah teras yang untungnya tak ada banyak orang di sana.

"Kok lo udah sekolah sih, Re? Banyakin istirahat," ucap Ara terdengar khawatir.

"Udah gak apa-apa, Ar," jawab Rea meyakinkan meski dengan suara pelan.

"Gak apa-apa gimana? Kelihatan banget punya banyak pikiran." Ara berucap membuat Rea tersenyum.

"Mikirin apalagi? Ibu, papa, Bang Vano udah baik sama gue. Gak ada yang perlu dipikirin," jawab Rea yang membuat Ara teringat sesuatu.

"Re, gue tau perasaan lo belum sepenuhnya baik. Tapi lo gak ada niat ngelakuin apa gitu biar semuanya selesai?" tanya Ara.

"Emang gue harus ngelakuin apa? Gue salah?" Jawaban Rea mendapatkan anggukan beberapa kali dari Ara.

"Gue takut aja, mereka baik kayak sekarang cuma karena lo lagi dalam keadaan gini. Gue takut banget mereka balik lagi kayak kemarin kalo lo udah pulih nanti. Gue saranin buat jaga-jaga, lo mulai ubah diri lo kayak yang ibu lo mau, ya? Mereka udah bersikap baik lagi Re, itu yang lo mau 'kan?" Ara mulai khawatir tentang nasib Rea ke depannya.

"Gue seneng mereka udah baik lagi kayak dulu. Gue bahagia dengernya. Si Zio juga dapet hukuman, 'kan? Gue benci si Zio, dan gue emang pasti ngebela lo. Tapi bukan berarti gue bakal ngebiarin lo terus-terusan nyantai sedangkan masalah lo lagi berantakan." Ara berucap dengan raut wajah khawatir.

"Bukan maksud gue mau ngatur, tapi gue sahabat lo, Re. Gue gak mau liat lo yang terus-terusan murung. Gue gak mau ada masalah lagi yang lo terima ke depannya."

Tidak ada jawaban apa pun, Rea hanya termenung mendengar penuturan panjang yang Ara katakan.

~~~

Rendy, Bimbim, dan Agrel tak diam saja kala Sam terkena masalah. Mereka sampai berkenalan dengan seluruh teman kelas Lily untuk mencari informasi bagaimana Lily di kelas.

Banyak yang bilang Lily adalah orang pendiam dan suka menjauhi diri dari banyak orang. Jika kata 'menjauhi' terdengar seolah-olah Lily yang jahat, maka pantaslah ketiganya tidak percaya. Ramah, sopan, juga lembut mungkin lebih pantas diberikan.

Diamond & CrystalDonde viven las historias. Descúbrelo ahora