17. She Is Mine!

57 5 0
                                    

Ditulis oleh: Awliyaslv_ & Azzarisma_16

“Rasanya gue gak perlu berharap lebih, untuk sebuah pernyataan yang mungkin gak sengaja terlontar, kan?”

-Azalea Nagieza Hanggini-

🌻🌻🌻

17. SHE IS MINE!

Seluruh pasang mata yang menyaksikan kejadian itu pun seolah dibuat tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Alder, ketua geng motor Dandelions, luluh hanya dengan pelukan seorang Azalea?

“Keajaiban dunia ke-delapan, Bro,” gumam Kevan yang juga merasa takjub.

“Kayaknya si Bos beneran kena peletnya Aza, nih,” sahut Ale ngawur.

Gerald yang berdiri di samping Ale, refleks menoyor kepala cowok itu. “Mulut lo! Kedengeran Alder, mampus lo.”

Sementara itu, Azalea yang menyadari tindakan sok pahlawannya pun berniat melepaskan pelukannya. Namun, Alder malah menahan tangan dan balik merangkul pinggangnya.

“Mulai hari ini, siapapun yang berani ganggu cewek gue, akan berurusan langsung sama gue dan geng Dandelions,” tegas Alder.

Untuk kesekian kalinya, semua orang dibuat tercengang, tanpa terkecuali. Bahkan, mata Azalea hampir keluar dari tempatnya gara-gara ucapan Alder yang tiba-tiba mengeklaim dirinya sebagai kekasih.

“SEMUANYA BUBAR! KECUALI KALIAN BERDELAPAN!” seru seorang guru yang tiba-tiba datang menembus kerumunan.

Guru itu tidak lain dan tidak bukan adalah Bu Wening.

“Lah? Kok saya juga, sih, Bu?” protes Ale.

“Berani kamu membantah saya?” balas Bu Wening galak.

Buru-buru Ale menggelengkan kepalanya, ja tidak mau menambah masalah.

🌻🌻🌻

RUANG BK.

Saat ini, Alder, Azalea, dan Damar sedang duduk menghadap Bu Wening yang sedang mengintograsi mereka. Sedangkan yang lainnya diberikan hukuman hormat kepada bendera sampai istirahat.

“Kenapa kalian bisa sampai berkelahi?” tanya Bu Wening.

“Alder yang mulai, Bu. Tiba-tiba dia datang terus mukul saya,” ucap Damar.

Alder menatap Damar sekilas lalu menatap Bu Wening yang sedang menatapnya.

“Saya gak akan mukul Damar tanpa alasan,” ucap Alder.

“Kenapa kamu mukul dia, Alder?”

Simple, karena Damar udah kasar sama Aza,” jawab Alder.

“Seharusnya lo gak usah ikut campur, cewek lo tuh salah. Siapa suruh dia numpahin es ke seragam gue,” celetuk Damar.

“Lo pikir dia sengaja?”

“Gue gak peduli! Gau dia gak sengaja sekalipun, gue gak suka diusik sama orang miskin.”

BRAK!

Alder menggebrak meja, emosinya kembali terpancing saat mendengar ucapan Damar. Kalau saja Aza tidak memegang tangannya saat ini, mungkin Alder sudah melayangkan tangannya ke wajah Damar.

DANDELION [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang