50. Cemburu

4.2K 492 72
                                    

Sakura memilih menghabiskan jam istirahatnya di cafe dekat perusahaan, Sakura memesan segelas Mochachino dan menikmatinya bersama suasana cafe yang sedang ramai. Sudah seminggu berlalu sejak Sasuke melamarnya, Sasuke malah semakin nekat menahannya untuk tidak pulang ke rumah. Setiap Sakura pulang, Ino selalu tidak ada, dan setiap Ino pulang, Sakura yang tidak ada. Komunikasinya dengan Ino sedikit berkurang, Sakura menjadi rindu pada sahabat laknatnya itu.

Sakura sedikit heran, Sasuke belum memberi kabar atau menanyakannya. Biasanya, pria itu memberi banyak pesan jika ia tidak ada di sekitar kantor.

"Sendiri?"

Sakura menoleh, memperhatikan Gaara yang tiba-tiba bergabung dengannya, duduk di hadapannya.

"Tadinya.., sekarang tidak." Balas Sakura. Sakura yakin jika Sasuke melihat mereka akan menimbulkan kecemburuan yang nyata atau bahkan kesalahpahaman.

"Malam itu, kau tidak kembali lagi. Apa aku membuatmu tidak nyaman?" Tanya Gaara, menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi tempat duduknya.

Bukan dirinya yang tidak nyaman, tetapi Sasuke.

Sakura spontan menggeleng, malam itu bahkan ia tidak menduga Sasuke akan nekat mendatanginya dan membawanya pergi.

"Bukan begitu. Aku harus mengurus beberapa hal yang mendadak." Balas Sakura. Sakura buru-buru menghabiskan Mochachino miliknya agar segera kabur dari Gaara.

"Minggu ini kau senggang?" Tanya Gaara.

Sakura sudah memahami alurnya, Gaara pasti mengajaknya berkencan. Sangat berbahaya untuknya.

"Aku sibuk. Selalu sibuk setiap saat." Balas Sakura cepat.

Gaara mengulum senyum dengan sedikit terkekeh mendengar penolakan Sakura secara tidak langsung. Sementara Sakura agak heran, apa Gaara tidak melihat cincin yang melingkar di jarinya? Padahal Sakura dengan sengaja menunjukan dan Gaara sedikitpun tidak sadar.

"Kalau sudah tidak sibuk, hubungi aku kapanpun. Aku selalu senggang setiap saat untukmu." Gaara berdiri, menaruh kartu namanya di meja. Arah mata Gaara baru tersadar melihat cincin yang melingkar di jari manis Sakura.

"Cincinmu bagus juga." Puji Gaara, selepas itu tersenyum sesaat dan melangkah pergi.

Sakura bernapas lega, ia tidak bisa terang-terangan kepada Gaara mengenai statusnya karena ia takut Ino mengetahuinya bukan dari dirinya.


Phone Sex




Sasuke hendak keluar untuk menemui Sakura di jam istirahat, ia tersenyum-senyum mengingat statusnya sebagai calon suami. Memang sedikit lebay, tetapi Sasuke merasa ada yang menggelitiki hatinya setiap mengingat status barunya. Ya karena Sasuke telat puber wkwk.

Saat membuka pintu, Sasuke dihadapkan ketiga sahabatnya yang seolah sengaja menunggunya.

"Kok ada ya orang yang melupakan sahabat sendiri." Sarkas Naruto yang tampak seolah tengah mengobrol dengan Neji dan Shikamaru.

"Membalas pesan kita saja tidak bisa. Ketika senang kita dilupakan, giliran kesepian kita harus menemaninya." Timpal Shikamaru menatap Naruto dengan serius.

"Ini gara-gara kau Naruto! Semenjak kau mendownloadkan aplikasi Phone Sex, orang ini berubah!" Tunjuk Shikamaru pada Sasuke.

Sasuke melotot. "Berisik. Bangsat!" Kata kasar keluar begitu saja ketika Shikamaru menyinggung pembahasan aplikasi itu. Bagaimana kalau ada karyawan yang mendengar? Hancur sudah reputasinya.  Ck. Sangat memalukan.

"Malam ini kau harus ikut ke bar bersama kami! Teme!" Ucap Naruto memaksa. Naruto merangkul leher Sasuke dan memaksanya berjalan bersama sahabat-sahabatnya sendiri.

Sasuke berdecak malas, ia gagal menemui Sakura dan harus meladeni para sahabatnya.

"Kita ngopi bentar di cafe sebelah, kau harus ikut teme! Jangan pacaran terus!" Paksa Naruto. Naruto maupun Shikamaru tentu membicarakan tentang Sasuke di belakang Sasuke. Sumber informasi mereka adalah Neji.

"Sekaligus mentraktir kita, sudah jadian sampai tukar cincin. Tapi tidak mengabari kita." Timpal Neji memanas-manasi.

Naruto menghentikan langkahnya dan spontan melihat ke arah jari Sasuke.

"Gila! Hubungannya berkembang pesat! Dari yang awalnya pangku-pangkuan di Dubai!" Seru Naruto heboh, hendak menyentuh cincin Sasuke. Namun, dengan celat Sasuke menarik tangannya.

"Dobe! Si duda! Mulutmu terlalu berisik! Akan ku jahit mulutmu! kalau sampai ada yang mendengar suaramu!" Ancam Sasuke dengan malas.

Naruto duda beranak satu, dan Neji beristri satu dengan dua anak. Sementara nasib Shikamaru seperti Sasuke, belum menikah.

Naruto tertawa keras seolah mengejek ancaman Sasuke.

"Ck. Berisik! Ya sudah cepat saja ke cafe. Aku yang traktir!" Ucap Sasuke. Mereka berempat segera masuk ke dalam lift.

Sesampainya di cafe, Sasuke beserta para sahabatnya memilih meja di dekat pintu keluar.

"Tuh. Calon Sasuke." Kata Neji dengan mengisyaratkan lewat matanya ke sudut cafe.

Sasuke segera menoleh secepat kilat, tubuhnya memanas melihat Sakura sedang berbincang dengan pria berambut merah.

"Tidak ku sangka jadi juga mereka berdua." Ucap Shikamaru yang memang melihat langsung interaksi Sasuke dengan Sakura saat di Dubai.

"Gimana tidak jadi? Dipepet terus." Timpal Neji.

Neji dan Shikamaru yakin Naruto pasti menyesal tidak melihat situasi yang seru begini. Melihat Sasuke menahan kecemburuannya. Sementara Naruto yang memesan kopi untuk mereka.

Saat melihat pria itu berdiri dan sempat bertatapan dengan Sakura. Sasuke seketika ikut berdiri. Tatapan tajamnya mengikuti setiap langkah pria merah itu. Saat akan melewatinya, Sasuke segera menghalangi pria merah itu.

Gaara ke kanan, Sasuke ikut ke kanan. Gaara ke kiri, Sasuke ikut ke kiri. Membuat Gaara semakin kesal lama kelamaan, padahal tidak mengenal pria yang menghalanginya dan merasa tidak punya masalah dengan pria itu.

"Permisi!" Ucap Gaara dengan menekankan kata permisi.

Sasuke menelisik postur tubuh Gaara.

'Dia lebih pendek dariku. Tubuhnya tidak sekekar tubuhku. Oke, aku aman.'

BERSAMBUNG






01-02-2022/Selasa/15.41
By. Sasusaku08

Aplikasi Phone Sex 《PDF》 ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin