part 11 (bunda juga tahu)

157 29 2
                                    


Bunda nyaris saja menenggelamkan Elang ke rawa-rawa jika Raizel tidak menghentikannya. Jadi, sekarang bunda mengendong Raizel di atas sofa sedangkan Elang berlutut di bawahnya.

"Lang?" panggil Bunda.

"Ya, bund?"

"Pernah denger pribahasa bahwa surga ada di telapak kaki ibu?" Bunda bertanya dengan wajahnya yang dingin.

"Per--pernah bund," jawab Elang terbata-bata.

"Makanya, sekarang kamu jangan menghindar. Karena, bunda akan memberikan kamu tendangan dari surga!"

Bugh.

Elang memekik tertahan, lalu berguling-guling di karpet dengan menahan sakit. Dia hanya bisa mengatupkan mulut. Mana mungkin Elang berani melawan sang bunda.

"Lang, ini itu anak klien bunda. Hampir satu minggu alasan bunda gak pulang itu karena nyari dia!" Bunda memijat pelipis.

"Anak klien bunda?" Elang memiringkan wajah. "Klien bunda kuntilanak apa kucing."*
"Peri," jawab Bunda.

"Owwh per--eh!" Elang membulatkan matanya. "Jadi, bunda tahu kalau tuyul bukan manusia?"

Bunda seketika memalingkan wajah.

***

"Bunda tahu kalo Tuyul bukan manusia?" Sekali lagi, Elang mengulang pertanyaan yang sama.

"Bund---" Mata wanita itu berpendar gelisah, Tuyul melompat ke pelukan Elang. Detik-detik sebelum sebuah cahaya mendobrak pintu rumahnya.

Barisan pria berjubah hitam datang dan membentuk garis aneh, Elang sudah siap memekik kaget saat salah satu dari mereka mengeluarkan pedang panjang. Bunda dengan delikan kecil menyuruh Elang menutup mulutnya.

"Greycia ... sang pelindung istana, menikah diam-diam dengan pangeran?" Suara dingin terdengar menyeramkan. Elang terdiam, sedangkan Tuyul mengeratkan pelukannya pada Elang. Dua manusia itu menjadi kasat mata, tidak terlihat oleh siapapun selain bunda.

"Asmokus," gumam bunda. "Ada apa gerangan kemari? Kau mau teh?" Bunda mengulas senyum kecil. Tapi, ujung pedang yang tajam secepat kilat menggores pipinya.

"Yul, gimana ini? Bunda pentas drama?" Elang jadi panik luar biasa.

"Sialan," desis bunda. Wanita itu menyeka tetesan darah dari pipinya, lalu menjilat darah merah itu.

Sring!

Mata bunda berubah menjadi biru langit.

"Akhirnya kau mengeluarkan wujud aslimu, Grey," ujar Asmokus tertawa riang.

"Kau ... pecundang!" ujar bunda sambil berdiri.

"Ha?"

"Ku kira by one, ternyata bawa kawan. Hahahaha wahyuuu papale pale pale."

Elang seketika membulatkan mulut tatkala bunda membuka baju dasternya, membuatnya kini hanya mengenakan baju hitam ketat yang meng-ekspos pungungnya.

Pungung yang penuh dengan bekas goresan, cakaran, luka tembak, bahkan tato-tato abstrak berbentuk kupu-kupu.

Elang seketika sadar bunda bukan manusia biasa, juga sadar bahwa bundanya sedang dalam bahaya karena orang-orang aneh itu mengeluarkan pedang-pedang mereka dan mengarahkannya pada bunda.

LITLE PAPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang