26. Suara si Adit

5.8K 731 56
                                    

Ternyata ini rasanya pindah tempat tinggal. Aku kira hanya membereskan pakaian saja adalah perkara mudah. Ternyata aku salah. Lemari disini berukuran lebih kecil dari perkiraan. Jadilah aku mengatur tata letak pakaian sebisa mungkin sampai muat.

Lalu membereskan sedikit buku-buku yang kubawa. Jaga-jaga siapa tahu aku butuh referensi. Mengatur tata letak barang ini dan itu cukup membuat badanku diserang pegal.

Apartemnku berada di kota dekat dengan university. Harganya jadi lebih tinggi daripada tinggal di suburb. Tetapi jika sharing terasa lebih ringan. Ukurannya juga tidak terlalu kecil dan tidak juga besar dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang bersantai karena diisi dengan televisi. Apartemen ini juga sudah dilengkapi dengan perlengkapan laundry, kitchen set dan kulkas.

Aku juga baru saja pulang berbelanja dari grocery dengan Mikha. Kamar Mikha ada didepan kamarku. Untuk perkara isi kulkas kami juga sharing. Sudah kami anggarkan setiap dua minggu sekali isinya harus restock. Aku memang belum terlalu mengenal Mikha. Tetapi dari pembawaanya yang easy going dan kocak aku merasa nyaman saja. Mikha dan Setya bagaikan utara dan selatan. Setya cenderung serius dan Mikha sebaliknya.

Aku sudah mengabarkan Mami dan keluarga disana kalau sudah sampai di Sydney dari kemarin. Tetapi tidak ada jawaban dari Mami. Mami masih mode ngambek. Sekarang memang waktunya untuk meregangkan otot. Mikha dan Setya sedang keluar cari makanan.

Aku mengeluarkan ponsel didalam tas dan justru voice recorder dari Adit yang aku ambil. Benda berukuran mini ini memang belum sempat kudengarkan. Untung tidak hilang. Penasaran aku pun mendengarkan suara Adit yang terekam.

Test..test...test..

Satu...dua..tiga...

(Adit terdengar berdeham)

Hai Dinar, hehee...gue grogi sih mau ngomongnya. (Adit terdengar tertawa).

Dinar, kalau lo ikutin pesan gue ke Gya berarti lo sekarang udah sampai kan di Sydney?

Gue sengaja minta lo dengerin pas udah disana aja. Karena gue takut nanti lo nangis guling-guling di Airport.

(Adit terdengar tertawa lalu terdiam dan menghela nafas setelah jeda beberapa detik)

Nar, gue malu sih mau ngomong ini. Ini norak menurut gue, tapi cuma ini ide gue buat komunikasi sama lo Nar.

Dinar, gue minta maaf ya Nar. Karena kata-kata gue yang udah bikin lo sakit hati.

Maaf gue yang terlalu emosi malam itu dan gak berpikir panjang sama omongan gue.

Gue salah Nar. Boleh gue tarik kata-kata gue? Kalau gue sama sekali gak pernah malu jadi teman lo.

Dekat sama lo itu justru bikin gue happy. Gue ngerasa lo dan Gya tuh orang penting di hidup gue.

Apalagi waktu di hidup gue hampir setengahnya dihabisin bareng sama lo Nar.

Nar, ada satu hal yang mau gue lurusin juga. Malam itu, lo pasti sangka kalau gue suka sama Tante. Karena gue yang terlalu bela tante malam itu.

Lo salah Nar. Gue gak suka sama Tante seperti yang lo kira. Karena yang gue suka itu anaknya bukan Maminya.

Selama ini kalau gue goda Tante itu cuma mau buat lo kesal aja, gak lebih kok.

(Adit terdengar tertawa lagi)

Sumpah Nar, malu gue ngelanjutinnya.

Sekarang pasti lo ngerasa kata-kata gue bullshit. Tapi jujur kalau apa yang gue omongin ini serius.

Lo pasti bingung, kok bisa? dan sejak kapan gue jadi ada rasa di dalam pertemanan kita?

Lo ingat Nar, apa yang pernah gue bilang ke lo pas kita lagi makan sate Bang Eman.

Gue takut kalau nanti kita punya pasangan yang gak bisa ngerti gimana pertemanan kita.

Gue gak sanggup kalau nanti bukan gue lagi yang akan lo hubungin disaat lo lagi seneng atau sedih.

Gue gak sanggup kalau bukan gue lagi yang jadi orang yang selalu lo ceritain hal-hal kocak yang lo alamin. Gue takut jauh dari lo Nar.

Disitu gue baru benar-benar yakin kalau pertemanan kita udah beda.

Gue udah gak lihat lo sebagai Dinar yang dulu gak malu makan dua puluh tusuk sate di depan gue. Tapi gue udah lihat lo sebagai Dinar yang mau gue jaga sampai akhir.

(Adit terdiam beberapa detik)

Malam itu, gue bodoh karena keluarin kata kasar ke lo. Gue jelous Nar.

Gue pikir malam itu lo marah ke Tante karena Zami lebih pilih Tante daripada lo.

Gue gak suka lihat lo kecewa cuma gara-gara dia. Gue gak suka lo berharap sama dia.

Dan maaf juga kalau gue ada rasa senang karena bukan Zami kan orang yang selama ini lo tunggu.

Dan sebagai teman gue gak mau lo bertengkar sama Tante. Dari kecil gue lihat sendiri gimana sayangnya Tante Agitha ke anaknya.

Gue ngerasa bodoh sih, karena gue mau kelihatan keren di depan lo dengan sok jadi pahlawan kesiangan yang bisa buat lo baikan lagi sama Tante. Tapi yang gue dapat justru lo yang ngejauh dari hidup gue.

Dinar, sekarang lo jauh sama gue dan Gya. Gue harap disana lo jaga diri ya. Jaga kesehatan juga. Jangan suka begadang marathon nonton netflix lagi.

Gue disini selalu support lo Nar. Lo juga masih inget gak, apa yang gue bilang pas kita lagi makan duren di Kalibata?

Kalau gue pasti support orang yang punya cita-cita. Apalagi ini cita-citanya Dinar Clandestine Harmoeko.

Lo jangan terbebani ya Nar, sama perasaan gue. Biar ini punya gue aja. Lo harus bergerak maju, lupain Zami, lupain rasa sakit yang lo tinggal di Jakarta dan kalau bisa lupain kata-kata menyakitkan dari gue.

Gue sayang sama lo. Kalau nanti hati lo udah bisa tenang dan bisa maafin gue. Please catch me up. I miss you.

Kenapa aku jadi menangis mendengar suara dan pengakuan Adit. Kenapa pipiku basah karena kata-kata Adit. Kenapa semuanya jadi serumit ini.

Aku jadi bertanya-tanya bagaimana perasaanku pada Adit? Apakah sama? Aku tidak tahu. Jujur saja aku juga rindu dengan Adit. Ini kali pertamanya kami bertengkar lama. Satu minggu bertengkar saja kami bisa langsung saling memaafkan. Apalagi sekarang aku tidak bisa langsung pergi begitu saja menemui Adit dan meminta penjelasan lagi dari semua kata-katanya.

Apa Adit bohong hanya untuk mendapat maaf dariku? Apa kali ini Adit menjadi pengeruh suasana lagi? Semenjak kejadian Mami kepercayaanku kepada orang lain berkurang, walaupun ini semua berasal dari Adit.

Aku harap Adit bisa baik-baik saja di Jakarta. Berharap dia bisa sehat dan kami bisa saling memaafkan lalu bertemu seperti biasanya dengan senyum aneh yang biasa dia berikan.

___***___

Huaaaaaaw, gimana tuh si Kunyuk wkwkwk

Ada yang ngerasa gak di part-part sebelumnya kalau Adit tuh sebenernya udah keluarin love signal ke Dinar?

Coba kalau ada menurut kalian pas dimana?

Atau kalian ngerasa Dinar yang gak peka sama sekali?

Tambah lagi nih PR nya Dinar dari Adit  😀😀

Btw, maaf banget aku baru update. Beneran minggu ini hectic banget in real life.

Kalau part ini heboh aku bakal update secepatnya hahaha.

My Mom Is My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang