33. Tamu Tak Diundang

6.2K 761 90
                                    

Aku memang sengaja meminta Gya dan Albar untuk berkumpul di rumahku. Aku malas jika harus hangout di mall atau restaurant, karena pastinya pergerakan terbatas. Waktu pun jadi terbatas. Jadilah aku meminta mereka kesini. Kabar ini pun sampai ke telinga Adit. Akhirnya Adit datang untuk berkumpul.

Sudah lama sekali kami  tidak quality time bersama. Adit sengaja membawa playstationnya dari rumahnya. Kebetulan playstation ini multiplayer jadi bisa dimainkan oleh empat orang bersamaan.

Kami banyak memesan makanan dan minuman. Sudah tiga kotak pizza yang habis. Lalu ada kotak martabak dan croffle yang juga sudah kosong. Sekarang kami sedang menunggu pesanan Sushi yang baru saja aku pesan secara online. Hujan turun dengan deras disertai gemuruh petir disaat kami sedang riweh memainkan games Overcooked.

"Nar, masak Indomie ajalah. Hujan, abang ojolnya pasti lama anter Sushi nya," pinta Adit.

"Aduh, makanan surga Nar. Gak bisa ditolak. Yuk bikin itu aja dulu buat ganjel," rengek Gya.

"Kita tamu loh," ini ucapan Albar.

Aku tidak punya pilihan untuk menolak permintaan para tamu yang tidak tahu diri ini. Meletakan stick PS, aku langsung menuju dapur mempersiapkan semuanya. Ternyata Gya mengekoriku ke dapur tumben sekali dia mau membantu.

Tidak butuh waktu lama hanya untuk memasak empat porsi mie instan. Disaat sedang memasak, Albar menghampiri kami ke dapur dan Indomie sudah siap dihidangakan.

"Nar, itu ada tamu." Kata Albar.

"Siapa yang hujan-hujan gini dateng?" tanyaku penasaran.

"Nyokap lo Nar," ucap Albar sambil menunjukan gigi putihnya.

Urusan Indomie kuserahkan ke Albar dan Gya. Mereka mengikutiku sambil membawa empat mangkuk mie rebus dengan banyak irisan cabai rawit. Aku melihat Mami sudah duduk di sofa depan televisi ditempat kami bermain PS tadi.

"Loh Mami, kok tiba-tiba disini?" tanyaku. Aku bisa melihat Zami yang sedang duduk diruang tamu dan Clover yang sedang dibaringkan disebelahnya.

"Iya, Mami habis kondangan di dekat sini. Terus hujan deras banget takut buat ngelanjutin perjalanan. Makanya Mami mau mampir kesini dulu," jelas Mami. Diluar memang hujan semakin deras dan bersamaan dengan angin kencang.

"Eh, ternyat ramai disini. Kalian lagi ngapain?" tanya Mami balik.

"Ya lagi pada main aja Mi."

Aku menyuruh Adit, Gya dan Albar untuk bergegas makan mie instan yang sudah kubuat. Mereka juga berbasa basi menawarkan Mami yang ditolak Mami secara halus. Aku tetap makan seperti yang lainnya. Biar saja Mami menonton. Dulu, Mami pasti berkomentar kalau liat apa saja yang barusan kami makan. Apalagi ini kotak junk food yang sudah kosong semua.

Setelah makan Aku, Adit, Gya dan Albar tetap bermain seperti sebelumnya. Heboh padahal ini hanya permainan. Satu hari menghabiskan waktu seperti anak kecil tidak masalah bukan? Sedangkan Mami diam seribu bahasa. Zami juga hanya memainkan ponselnya. Hujan semakin deras dan Clover semakin pulas.

Sekali lagi maaf Clover, aku tidak berbasa basi menawarkan kamar untuk Clover. Aku tinggal sendiri dan rumah ini punya tiga kamar tidur. Kamar utama dulu kamar Mami sekarang sudah aku ambil alih menjadi kamarku. Aku sengaja mengambilnya, karena aku tidak mau membiarkan Mami dan suaminya masuk ke kamar dimana Papiku terbaring pergi.

Sedangkan kamarku dulu sudah beralih fungsi menjadi ruang kerja. Lalu kamar yang ketiga ini berukuran kecil, memang berfungsi untuk kamar pembantu. Tidak mungkin kan, kalau Clover dibaringkan disana. Jadi sofa memang tempat terbaik untuk Clover.

Ponselku berdering ada panggilan FaceTime dari Tante Rosa. Aku menjawab panggilan videonya lalu memperkenalkan Gya, Adit dan Albar. Aku juga banyak bercerita apa yang sedang aku lakukan. Tante Rosa ini teman Papi yang justru aku kenal ketika tinggal di Sydney. Eyang yang memperkenalkan kami. Tante Rosa memang menikah dengan orang Sydney dan setelah menikah memang tinggal disana.

My Mom Is My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang