30. Kami Bertemu Lagi

6.3K 743 53
                                    

Aku memperhatikan Gya yang bibirnya sedang dipoles oleh Make Up Artis ternama. Cici Make Up Artist penyanyi cantik Indonesia. Sudah dari kemarin aku berada disini menemani Gya untuk hari spesialnya. Pernikahan Gya mengenakan Adat Sunda.

Make up selesai penampilan Gya sangat cantik dengan look Sunda Puteri. Kurang dari satu jam lagi acara akad nikah akan di mulai. Tetapi wajah Gya tidak terlihat gugup. Dia santai saja. Justru cenderung pecicilan.

"Please deh Gy, diem sebentar kenapa. Rontok tuh melati, jalan yang pelan lah gak usah disko sekarang." Aku berkomentar dan langsung didukung oleh tiga kakak perempuan Gya.

Perkataanku hanya dibalas tertawa dengan Gya. Tiga menit dia diam, lalu pecicilan lagi. Untuk berfoto sebelum akad saja dia tidak bisa diam dengan berpose semaunya.

Acara pernikahan Gya dilaksanakan di Hotel Raffless. Maklum anak sultan. Shangrila full book, ya gampang tinggal cari penggantinya. Untuk wedding orginizer Gya menggunakan jasa WO nya Mami. Panitia yang terlihat sibuk beberapa aku mengenalnya. Tentu saja Mami juga hadir sekarang. Kami sedang berada di kamar Gya dan menonton Gya yang sedang diarahkan untuk berfoto.

Akad nikah pun dimulai. Gya diiringi oleh dua Kakaknya untuk diantar menuju meja akad. Sedangkan aku dan dua teman Gya yang sebelumbya sudah saling kenal mengikuti dari belakang. Bridesmaid on duty. Aku mengenakan kebaya berwarna abu-abu hari ini. Sama seperti dua bridesmaid yang lain. Rambutku disanggul sederhana dan begitu juga riasan make up nya.

Aku duduk dibelakang kursi keluarga Gya untuk melihat Albar mengucapkan akad pernikahanan mereka. Aku sudah menyiapkan kamera ponsel untuk mengunggah cerita di akun instagram. Sampai kursi disampingku diisi oleh sesorang dengan suara yang aku sangat kenal.

"Nar..," Adit memanggil dan langsung duduk begitu saja.

Aku hanya sedikit menengok kearahnya karena akad pernikahan sedang diucapkan dan kameraku sedang merekam. Satu story aku dapatkan dan langsung mengunggahnya.

"Apa kabar Nar?" Adit berusaha untuk mengajakku bicara.

"Hai Dit," ucapku. Duh kenapa aku jadi sedikit tegang ya. Suasananya canggung sekali.

"Gue baik. Lo sendiri gimana?" Ucapku menjawab pertanyaan Adit.

"Gue...juga...baik," jawab Adit.

Kami terdiam. Hanya suara penghulu yang sedang melantunkan doa yang terdengar. Akad sudah diucapkan Gya dan Albar sudah sah menjadi pasangan suami dan istri. Sekarang Gya dan Albar juga sedang berfoto bersama setelah berubah status. Aku dan Adit hanya menyaksikannya tanpa suara.

"Makasih ya Nar, hadiah graduationnya, nih gue pake."

Aku melihat pergelangan tangan Adit. Seperti Adit yang menghadiahiku sebuah jam tangan aku pun sama. Karena aku bingung mau memberikan apa. Jadi aku pikir ya sudah samakan saja. Toh juga mommentnya sama. Adit juga baru saja lulus dari studi yang diambilnya.

"Iya sama-sama. Thanks juga Dit, buat jam tangan dari lo."

Adit hanya memberikan senyuman, yang bisa aku lihat dari sudut mataku. Ini canggung sekali. Biasanya Adit tidak pernah sediam ini. Hanya lima menit Adit bisa diam, sisanya pasti aja ada celetukan dan ucapan konyol yang dia keluarkan untuk bahan candaan kami.

"Lo udah balik kan kesini? Tinggal di mana Nar sekarang?" Tanya Adit memecah keheningan.

"Ya di rumah."

"Seriusan? Gue kira lo tinggal di rumah Tante Diana. Bisa dong kalau gue samper makan sate?"

"Ya bisa aja." Jawabku.

Kami terdiam lagi. Sampai kami pergi ke pelaminan dan memberikan selamat ke Gya dan Albar. Pasangan pengantin itu memaksaku dan Adit untuk berfoto bersama. Mungkin tidak akan ada yang menyadari kalau di foto yang terlihat baik-baik saja itu ada hubunganku dan Adit yang renggang.

"Sini foto dong, lo berdua gantian di tengah deh," perintah Gya.

"Mohon maaf ibu, kan pengantinya Ibu sama Bapak. Kenapa saya sama Adit yang ditengah."

"Ya kita gaya foto yang anti mainstream dong. Jangan kayak orang-orang," jawab Albar. Memang cocok pasangan ini. Sama-sama aneh kan.

Akhirnya aku dan Adit menuruti permitaan anehnya Gya. Kami begaya seakan tidak ada masalah. Sebelum aku turun Gya memetik beberapa bunga melati yang menjuntai panjang menjadi riasan di rambutnya.

"Ini buat kalian berdua, biar kalian bisa nyusul," ucap Gya sambil memberikan beberapa bunga kepadaku dan Adit. Untungnya acara akad ini hanya disiisi keluarga dan kerabat dekat jadi tidak ada antrean di pelaminan.

"Dih, apaan si lo Nyuk. Alay banget deh ini. Mitos jangan dipercaya," tolak Adit ke Gya.

"Udah sih kantongin aja," paksa Gya.

Aku dan Adit turun dengan menggenggam beberapa bunga melati yang diberikan Gya.

"Nih Nar, buat lo aja." Ucap Adit sambil menyodorkan bunganya untukku. Aku tahu Adit pasti gengsi.

"Pegang aja sendiri. Kan lo yang dikasih Gya," aku meninggalkan Adit untuk mencari makanan. Aku lapar sudah ikut siap-siap dari pagi buta.

Dua jam berselang acara langsung dilanjutkan dengan Resepsi Pernikahan. Masih tetap dengan tema adat yang sama jadi Gya hanya mengganti tatanan rambut yang sekarang sudah dilengkapi siger. Tamu banyak yang berdatangan. Jika tadi hanya keluarga dan kerabat sekarang sudah terlihat beberapa anak muda yang pasti teman dari Gya dan Albar. Aku juga sudah bertemu beberapa teman sekolah kami. Ini seperti mini reuni.

"Dinar...Dinar kan ini?" Tanya seseorang lelaki menghentikan langkahku yang ingin mengambil buah.

"Eh, Hai Gung." Jawabku. Ternyata yang memanggilku adalah Agung si tukang pembuat onar kelas. Orang yang pernah meledekku ikan buntal.

"Wih Nar, kok lo tambah cakep sih."

"Duh Gung, gue gak punya recehan nih."

"Yaudah jangan yang receh, yang gedean lah." Jawab Agung.

Kami melempar candaan. Sudah lama sekali aku tidak bertemu Agung. Aku hanya tahu aktivitasnya dari media sosial selebihnya tidak pernah bertemu.

"Nar, apa kabarnya nih? Lo kerja kan di Sydney?"

"Gue baik kok Gung. Iya nih baru balik lagi ke Jakarta. Mau lanjut kerja disini aja."

"Lo keren banget Nar sekarang," puji Agung.

"Lo juga kok Gung. Terakhir yang gue denger lo udah jadi bos kan sekarang?"

"Ya cuma usaha kecil-kecilan lah Nar."

Kami banyak bertukar cerita. Agung punya usaha rental mobil truck dan usahanya ini maju. Dia sudah menikah dan punya satu anak tetapi istrinya tidak ikut sekarang. Disaat kami sedang berbincang datanglah Adit.

"Bro, apa kabar nya nih? Lo jarang ikut futsal deh. Gak pernah ketemu kita."

"Baik Bro, males lah gue olahraga. Gak liat nih perut," jawab Agung ke Adit. Perut Agung memang terlihat buncit.

"Loh ini emang look seorang bos Gung. Cocok udah penampilan lo." Ucap Adit yang langsung di reapin dengan tawa mereka berdua.

"Nar, lo masih sendiri gak? Mau gue kenalin gak ke temen gue eksmud."

"Wah, boleh tuh Gung. Kali aja gue bisa cepet nyusul Gya."

"Adalah temen gue, eksmud dia pengusaha batu bara yang lagi cari calon istri. Kayaknya lo bakal cocok Nar, soalnya penampilan lo sekarang udah cocok banget jadi istrinya bos," kata Agung dengan candaanya.

"Lah Dinar, lebih cocok jadi istrinya PNS Gung," ucap Adit sambil merangkulku yang langsung aku tepis.

"Sumpah jangan mau Nar, kureeeeng banyak lah duitnya. Kalau sama temen gue nanti lo gak akan dijemput naik mobil Jepang Nar," masih canda Agung.

"Dinar biasa naik Transjakarta Gung, gak milih mobil dia mah," timpal Adit yang ku balas dengan memutar bola mata dan meninggalkan mereka berdua. Aku masih bisa mendengar tawa mereka sesaat sudah beberapa langkah dari tempat kami berdiri tadi.

___***___

Payah dah ah si Adit, kaku begitu.

Dinar lebih cocok jadi istri eksmud apa PNS nih guys jadinya wkwkkk???





My Mom Is My RivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang