[ 8 ] JINV

437 25 0
                                    


🔞🔞🔞

-Cerita mengandung unsur dewasa. Anak dibawah umur bisa diskip saja

-Typo sebagian dari karya:)



Happy reading                                               




Dingin dan tenang, pemandangan di malam hari kala hujan mengguyur seluruh kota, jalanan sepi, hanya ada beberapa kendaraan melintas, jejeran bangunan pertokoan sunyi, barisan lampu jalanan terlihat begitu muram. Sesekali kilat disusul petir menambah kesan sunyi di malam minggu hari itu.

Rintik-rintik hujan membasahi dinding kaca apartemen yang tebal. Berkabut, jika disentuh maka akan meninggalkan jejak.

Dan lima jari tangan kirinya menyentuh kaca, lalu satu lagi setelahnya. Dua telapak tangan menekan permukaan kaca.

Di balik dinding kaca itu, sepasang insan tengah bercinta ditengah dinginnya kota. Pantat mulus selembut sutra, memerah dan sebagian membiru ungu.

Tak ada desahan, bibirnya ia gigit rapat dengan pantat semakin mangkat, dan kaki bergetar, berjinjit, tubuh terhuyung ke depan lalu dengan kedua tangan di pinggang, ia ditarik kebelakang secara kontras tanpa jeda dan semakin lama semakin cepat namun tetap beraturan.

Dihujam pada titik tersensitif di tubuhnya, pria itu semakin membenci pria tampan yang tengah menggagahi nya. Rasa bencinya semakin besar kala getaran menuju pelepasan nan nikmat itu datang.

Selalu peka terhadap dirinya yang akan sampai ke puncak putih, tangan yang jarinya tampak bengkok itu meraih kesejatiannya yang menganggur. Diremat, kuat, bibir tipis itu akhirnya mengumpat.

"Sialan kau Kim Seok Jin! Biarkan aku keluar!"

"Ah, kau tahu, Voo? Bagiku ada dua hal yang paling indah di dunia ini, satu tubuhmu, dua.. desahan mu, Voo~"

Dengan nada yang begitu rendah, Seokjin berbicara tepat di telinga kanannya, nafas hangat dan geraman pria itu sangat gila, Kim Taehyung ingin sekali mencium bibir berisi itu! Membungkam mulutnya agar berhenti bicara dan membiarkan tubuh dan jiwanya sampai di pintu surga dunia.

Tanpa rasa bersalah, tubuhnya melakukan apa yang ia pikirkan. Leher serta kepala miring, satu tangannya menarik leher Seokjin, memagut bibir empuk dan lembut itu dengan penuh hasrat.

Kurang ajar, pagutan itu berbalas, pun dibawah sana tubuhnya masih digempur habis-habisan.

Lalu, setelah ciuman yang begitu konstan,  dengan satu hujaman keras, Taehyung berhasil sampai di puncak, cairan licin berwarna putih itu muncrat keluar dari dalam tubuhnya, mengotori dinding kaca yang tidak bisa apa-apa. Disusul setelah tiga hujaman hebat, Seokjin meledakkan seluruh muatannya didalam tubuh Taehyung.

Keduanya nyaris ambruk, badai orgasme yang dahsyat. Taehyung semakin membenci pria itu, mengapa Seokjin begitu hebat dalam segala hal?!

Taehyung mendesis ketika keperkasaan Seokjin keluar dari tubuhnya.

Tanpa kata-kata, Seokjin menjauh darinya, memunguti celana jeans, kaos putih, jaket yang tercerai berai di lantai.

"Susah ku bilang, Jangan keluar di dalam!" Seru Taehyung mengelus pantat montok nan menggodanya kesal. Tetesan benih cinta itu keluar dari kerutan merah mudanya yang merekah, jatuh mengotori lantai.

Seokjin yang sedang membuka pintu kamar mandi merona menyaksikan pemandangan itu, bagaimana bibir persegi itu mencebik lucu, jemari lembutnya menyentuh tubuhnya sendiri, ruam merah menghiasi sekujur kulit, bahu, leher, dada, perut, pangkal paha, bongkahan gunung kembar itu, pinggang sempit nya. 

"Kim-Seok-Jin, gila." Umpat Taehyung kesakitan untuk berjalan menuju tempat tidur.

"Mandi dulu, Voo. Come on."

"Menjauh dariku, bodoh! Cepat pergi dari sini atau aku—,

"Baiklah, ok." Seokjin mengangkat kedua tangan ke udara, sudut bibirnya terangkat. "Seandainya saja kau mau, kau tak perlu menyembunyikan dirimu yang sebenarnya dari dunia ini Voo. Bukan hanya untuk memiliki mu seutuhnya, tapi aku sangat ingin membuatmu bebas. Akan lebih baik lagi jika kau berhenti dari dunia entertainment mu itu, aku sanggup menghidupi mu, apapun yang kau inginkan akan aku berikan Voo.  Be yourself, Voo. Kau tidak perlu bersembunyi, toh kau dan lubang sempitmu itu milik ku, Voo~"

Taehyung mencengkram bantal, memilih abai dan menghadap tembok, menarik selimut hingga yang bisa Seokjin lihat hanyalah rambutnya yang cantik.

"Kau gila, Seokjin. Sangat, sangat gila."

"Ya, gila karena mu."

Ranjangnya bergoyang, Taehyung tak melawan saat Seokjin ikut berbaring di bawah selimut yang sama,  lalu memeluknya erat dari belakang.

"Sampai kapan kau akan menyiksa kita? Terima aku, Voo. Aku tidak akan pernah membuat mu menyesal untuk datang dan memilihku. Bulan ini hubungan kita genap  tiga tahun, jika kau tak masih belum bersedia menikah dengan ku, terpaksa aku harus menikahi pilihan orangtua ku, Voo."

Tubuh dalam pelukannya bergetar, tangisan kecil itu sangat sulit untuk Seokjin lihat. Kekasihnya menangis, itu adalah kiamat untuknya.

"Orangtua kita akan kecewa Seokjin, lalu semua fans ku akan pergi meninggalkan ku, keluargaku akan malu. Anak yang mereka pikir adalah pria sempurna dan tengah berpacaran dengan wanita, nyatanya men—,

"Ssshh...." Seokjin dengan cepat menghentikan rentetan kalimat yang sudah ribuan kali Taehyung ucapkan, perihal ketakutannya untuk terbuka, keluar dari persembunyiannya.

"Apa kau mencintaiku?"

Perlahan-lahan Taehyung berbalik, dari caranya menatap mata Seokjin,  mata indah itu seakan menjawab pertanyaan Seokjin. "Ya. Aku mencintaimu."

Telepak tangan  Seokjin mendarat di pipinya yang lembut dan memerah. "Lalu apa lagi yang kau ragukan?"

"Aku takut, Seokjin. Manusia diluar sana sangat kejam. Sekali mereka tahu aku gay, mereka akan langsung melempar rudal ke wajahku, keluarga ku."

"Akan ku pastikan rudal itu tak akan pernah menyentuh mu atau keluarga mu, Voo. Apa kau lupa siapa aku?"

Senyuman manis itu kembali merekah diwajahnya. "Kau Kim Seok Jin, pria gila yang sangat mencintai ku."

Dahi keduanya menempel, mereka tertawa.

Seakan semua beban dipundak nya hilang. Taehyung meringsut, masuk ke dalam pelukan Seokjin. Kepala bersandar pada dada bidang nya.

"Eum, Seokjin?"

"Ya?"

"Bagaimana kalau kita menikah minggu ini? Besok aku akan berangkat ke Hawai untuk pemotretan, disana kita bisa menikah tanpa ada yang curiga. Kau mau?"








-The end-

Story by :  Bikaambon

DOMINANTER KIMحيث تعيش القصص. اكتشف الآن