TigaPuluh

950 173 30
                                    

🍁🍁

"Apa kau membuang Papa, Hinata ?"

"Kalau saja aku bisa melakukannya, Pa." Jawab Hinata dengan sorot sendu. Benar apa kata Sasuke asal dari semua sakit itu karena Hinata begitu membanggakan sosok didepannya. Pria yang menjadi cinta pertamanya. Pria yang dikiranya tidak akan menyakiti hatinya justru bukan lagi menyakiti tapi menghancurkan hatinya.

Terlihat Hiashi belum merasa lega mendengar jawaban putrinya. Kembali kalimat Hinata tentang Hiashi berkhianat pada mendiang istrinya terngiang.

"Papa tidak pernah berniat mengkhianati Mamamu, Hinata. Bukankah Papa sudah menceritakan semuanya padamu kalau itu terjadi karena...."

"Itu terjadi karena Papa memberi celah untuk Terumi Mei." Sela Hinata. "Aku masih ingat Papa membiarkan wanita itu berkeliaran disisi Papa. Saat itu aku tidak tahu apa - apa, hingga keberadaan anak itu menjawabnya."

"Saat itu Papa hanya membantunya..."

"Membantunya mendapat keturunan." Lagi Hinata memotong ucapan Hiashi. Tidak sopan memang tapi Hinata tidak peduli. "Apa Papa masih mau melanjutkan pembicaraan ini ? Papa mau mendengar lebih banyak kalimat sarkas dariku."

Dalam hati Hinata berharap Hiashi berhenti, Hinata tidak mau semakin menusuk Hiashi dengan lisannya.

"Pergilah, Pa. Aku yakin anak itu menunggu Papa. Pergilah saat dia membutuhkanmu. Sekarang Papa tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi, pergilah." Hinata memberikan senyum tipis.

"Sikapmu membuat Papa takut, Hinata. Kau bersikap seolah kau tidak membutuhkan Papa lagi. Jika kau memang berniat melakukannya lebih baik Papa tidak bertemu Shion lagi."

"Aku tidak akan percaya ucapan Papa itu,"

Hiashi tersentak. Kalimat tadi adalah isi dari janji yang diingkarinya.

"Maaf," Sesal Hiashi.

"Aku masih berusaha memaafkan Papa."

*Ne, Hinata, sebagai orangtua Papa wajar rasanya memiliki mimpi dimana Papa, Hinata, Hanabi dan Shion duduk bersama bukan untuk bersitegang melainkan berbagi tawa, sekali saja."
Hiashi mengungkapkan harapannya.

"Jangan meminta lebih, Pa." Jawab Hinata. "Harapan Papa berlawanan dengan permintaanku pada Papa untuk menjauhkannya dariku."

"Ya, itu yang Papa sayangkan."

"Kei sebentar lagi terbangun, aku tidak bisa melanjutkan bicara sama Papa. Apa Papa mau menunggu untuk  bertemu dengan Kei ?" Hinata merubah arah pembicaraan.

"Tidak, akhir pekan nanti Papa akan datang untuk bermain dengannya." Hiashi mengikuti alur yang dibuat Hinata. Lalu Hiashi berpamitan karena masih ada kerjaan.

"Aku terlambat melakukannya tapi hari ini ku mengambil langkah itu, Sasuke." Gumam Hinata.

Malamnya, Sasuke pulang dengan Neji ikut bersamanya. Hinata menyambut dengan hangat.

"Ada apa dengan Kak Neji ?" Tanya Hinata keheranan melihat kakak sepupunya. Neji dengan wajah suram masuk ke rumah lalu menuju kamar tamu. Sapaannya pun tidak digubris.

"Kekasihnya belum mau diajak menikah." Jawab Sasuke lalu mengecup kening istrinya. "Biarkan dia menikmati kegalauannya, toh kalau lapar Neji akan keluar sendiri." Sambung Sasuke. Kali ini Sasuke tidak akan memprotes sikap Neji.

Only U  ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang