Awal Dari Akhir

26 7 0
                                    

Mentari pagi yang tampak malu - malu itu mulai menampakkan diri, menyinari seluruh makhluk hidup di bumi ini. Tak terkecuali pemuda berambut hitam yang saat ini sedang tertidur cukup pulas di kasur usang yang hanya berlapiskan kain tipis. Akan tetapi, keringat mengalir dengan derasnya membasahi seluruh tubuhnya.

"Berhenti!" Teriaknya tiba - tiba seraya melompat duduk.

"Oh, sudah bangun? Apa kau bermimpi buruk?" Sahut suara lain di ruangan tersebut.

Sosok pria berambut pirang panjang sebahu, iris mata hijau bagaikan zamrud, dan telinga yang runcing timbul di antara sela rambutnya. Pria tersebut adalah seorang Elf. Meski terlihat layaknya pria berumur 30 tahun, umur aslinya saat ini sudah menyentuh angka 350 tahun.

Pemuda berambut hitam itu memegangi kepalanya, nampak dia kesakitan. Nafasnya tak beraturan. Dan dia perlahan menatap Elf yang kini duduk di samping kasurnya, menikmati secangkir teh hangat yang nampaknya dia buat tanpa seizin dirinya.

"Sialan... Bagaimana kau bisa menemukanku lagi, Elf tua?" Gerutu pemuda itu.

Tangan kanannya mencoba menghalangi sinar mentari yang menerobos masuk dari jendela. Iris matanya yang berwarna merah cerah itu kembali menatap Elf yang ada di dekatnya.

"Nampaknya kau meremehkan ku, Takeru. Kau lupa siapa yang mengajarimu mencari informasi dan melacak seseorang?" Ucap Elf itu sambil tersenyum sombong.

Pemuda yang bernama lengkap Yoshida Takeru itu hanya mendesis kesal dan mengalihkan pandangannya.

Melihat hal itu, tanpa sepatah katapun Elf tersebut mengeluarkan secarik kertas dari saku bajunya. Akan tetapi, Takeru jelas terlihat tak tertarik dengan hal itu.

"Ini misi baru. Lebih tepatnya, misi khusus yang secara langsung aku ingin kau mengambilnya." Jelasnya singkat.

Mendengar hal itu, Takeru dengan malasnya mengambil kertas tersebut. Membaca setiap kata yang tertulis di sana, dan kemudian menyemburkan tawanya.

"Apa - apaan ini? Kau yakin akan hal ini, Rodwell?" Tanya Takeru yang menunjukkan isi surat itu di depan wajah Elf yang bernama lengkap Rodwell Magna tersebut.

"Aku tahu umurmu sudah ratusan tahun, tapi harusnya otakmu tidak setumpul ini, kan? Menyuruh pemuda berumur 20 tahun sepertiku menjadi guru di akademi mu?" Ucap Takeru lagi yang melemparkan kertas yang berupa kontrak mengajar itu ke lantai. Dirinya kini hanya bersandar di dinding kamarnya.

Rodwell menghela nafas panjang. Mengangkat kertas itu menggunakan sihir angin, dia kemudian menyimpan kembali kontrak tersebut ke dalam sakunya.

"Setidaknya dengarkan ucapanku ini hingga akhir." Ucap Rodwell yang meletakkan teh nya di atas meja.

"Aku menemukan informasi soal si gila itu." Ucap Rodwell singkat.

Seketika, suasana hening sesaat. Atmosfir di ruangan itu terasa berat, bahkan beberapa benda mulai bergetar dan berjatuhan dari tempatnya.

"Kau tak bercanda, kan?" Sahut Takeru singkat. Sorot matanya yang tajam itu kini terlihat kosong, tetapi dipenuhi dengan kebencian mendalam.

Rodwell meresponnya dengan anggukan kecil.

Perlahan, suasana di ruangan itu kembali seperti semula. Mengambil pena dari laci mejanya, Takeru menjulurkan tangan kirinya ke arah Rodwell, menunggu Elf itu memberikan kontraknya lagi.

Rodwell hanya tersenyum kecil dan menyerahkan kontrak itu kembali. Dan dengan segera Takeru menanda tanganinya.

"Akan tetapi, apa hubungan si gila itu dengan aku menjadi pengajar?" Tanya Takeru yang sedikit bingung dengan pekerjaannya kali ini.

Rodwell kali ini hanya diam, dirinya hanya menatap Takeru dan kemudian berdiri dari kursi. Memahami kalau tujuannya itu masih menjadi sebuah rahasia, Takeru hanya menghela nafas panjang, memahami keputusan Rodwell.

Sebelum keluar dari kamar Takeru, Rodwell berhenti tepat di depan pintu.

"Dan juga, ada satu hal penting yang nyaris ku lupakan. Adik Lyria merupakan salah satu siswi yang akan kau ajari nanti." Ucap Rodwell singkat dan kemudian keluar, meninggalkan rumah Takeru.

Takeru hanya diam di kasurnya, melamunkan masa lalu yang menjadi traumanya.

Dirinya membuka laci meja dan meletakkan pulpen tadi di sana. Dan dia kemudian mengambil sepasang kalung dog tag dari laci tersebut.

"Sudah dua tahun, ya..." Gumamnya pelan. Dirinya kemudian hanya diam, menatap lekat sepasang kalung yang bertuliskan angka 1604 dan 1605 ditangannya itu.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

My Teacher is an AssassinWhere stories live. Discover now