Dimulainya Latihan

4 0 0
                                    

Usai perkenalan yang cukup panjang dan istirahat selama 30 menit, kali ini para murid kelas F serta Takeru kembali berada di lapangan latihan. Akan tetapi, kali ini Takeru nampak lebih siap dibanding dia bertarung dengan Rei sebelumnya. Dia melakukan pemanasan dan peregangan penuh pada tubuhnya, bahkan dia juga mengaktifkan sistem sihir pertahanan agar menghindari cedera parah dari latihan kali ini.

“Baiklah, sesuai apa yang ku ucapkan tadi, aku akan melatih kalian dengan keras hingga menjadi pemenang di festival nanti.”

Berbeda dengan Takeru yang nampak agak bersemangat, para murid nampak malas dan terpampang sedikit ekspresi ketakutan pada wajah mereka. Dan tak lama kemudian, Tsukasa perlahan mengangkat tangannya.

“Anu, pak breng- maksud saya pak Takeru?”

“Cukup panggil aku Takeru, karena aku juga tidak terlalu nyaman dipanggil pak guru oleh kalian. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan, suram sialan?”

“Oh, dapat dimengerti. Jadi, latihan macam apa yang akan kau berikan pada kami, brengsek?”

Mendengar pertanyaan itu, Takeru yang telah selesai melakukan pemanasan mulai menatap seluruh murid yang ada disana.

“Kalian semua, lawan aku.”
Ucapnya singkat.

Mendengar hal itu, semua orang terdiam sejenak, seolah bingung dengan ucapan pemuda itu. Akan tetapi, Takeru kini menghela nafas panjang dan menunjukkan ekspresi kesalnya.

“Apa kalian semua tuli, atau bagaimana? Aku bilang, kalian semua serang aku! Jika setidaknya kalian berhasil memukulku dengan telak satu kali saja, aku akan mengundurkan diri, bagaimana?”

Usai mendengar hal itu, tanpa pikir panjang Rei langsung maju paling depan dan melancarkan tinjuan lurus menggunakan tangan kanannya yang berselimutkan api. Akan tetapi, Takeru dengan mudah menghindarinya dan melompat ke arah kanan.

Melihat Takeru melompat, dengan segera para murid yang lainnya ikut bergabung untuk melawan guru baru mereka tersebut.
“Golem!”

Mina yang berada dibagian belakang segera merapalkan sihir dan menciptakan sebuah golem dari tanah dengan tinggi sekitar 5 meter. Meskipun cukup besar, dirinya juga merapalkan sihir untuk mengurangi massa dari tanah, sehingga golem itu dapat bergerak cukup cepat ke arah Takeru dan menghantamnya.

Tetapi berkat ukuran golem yang cukup besar, hal itu membuat Takeru jadi lebih mudah menghindarinya dan kini dirinya berjalan menaiki golem tersebut dari tangannya.

“Cukup bagus, tapi dalam pertarungan kelompok, golem ukuran kecil lebih berguna!”
Ucap Takeru yang kemudian memukul bagian kepala golem tersebut hingga hancur dengan tangan kosongnya.

“Orang gila!”
Teriak Tsukasa yang masih berada di belakang bersama Sabtu dan juga Luz. Terlihat jelas, nampaknya mereka sedang merencanakan sesuatu bersama.

Setelah Tsukasa selesai melakukan rapat strategi dengan teman – temannya, Sabtu kini menciptakan golem yang lebih kecil, berukuran 2 meter sebanyak 3 unit dan langsung berlari menyerang Takeru.

“Langsung mempraktekkan apa yang ku beri tahu, ya?”

Akan tetapi, meskipun tercipta dari tanah yang cukup keras, hal itu nampak tak terlalu berguna melihat betapa mudahnya Takeru menghancurkan golem – golem tersebut dengan tangan kosongnya.

“Dan juga, kau harus lebih senyap jika ingin menyelinap!”

Dan secara tiba-tiba, Takeru melakukan tendangan ke arah belakangnya yang terlihat tidak ada apa – apa. Akan tetapi, saat dia melakukan hal tersebut, muncul sosok Tsukasa dan juga Luz yang ternyata menyelinap menggunakan sihir ilusi untuk menyerangnya dari belakang.

Kali ini, Rei dengan api yang menyala pada kedua kakinya mulai membabi buta menyerang Takeru dengan kombinasi serangan kick boxing. Dia melayangkan jab, straight, hook, side kick, secara beruntun, dan berharap itu bisa mengenai sosok yang mengalahkannya sebelumnya.

“Meski kau menggunakan kakimu, gerakanmu masih terlalu monoton!”
Ucap Takeru yang dengan mudah menghindari semua serangan tersebut
.
“Lalu bagaimana dengan ini?!”
Dalam sekejap, tiba-tiba Diana muncul di samping Takeru dengan sebuah palu yang cukup besar untuk murid mungil seperti dirinya. Akan tetapi, berkat karakteristik ras Dwarf, otot tubuhnya cukup kuat untuk bisa mengayunkan palu besar tersebut dengan kedua tangannya ke arah Takeru. Dan melihat hal itu, Rei segera melompat mundur agar tidak ikut terkena serangannya.
Meskipun begitu, Takeru justru bisa menahan serangan palu tersebut dengan satu tangan.

“Kalau kau ingin melakukan serangan kejutan, setidaknya kau harus diam, oke?”
Usai mengucapkan hal itu, Takeru menarik palu tersebut bersamaan dengan Diana yang masih memegangnya dan melemparnya hingga menabrak dinding pembatas.

Berkat hal itu, para murid lainnya kini benar-benar paham bahwa kalau ingin mengalahkannya harus dengan menyerangnya secara terus menerus tanpa jeda.

“Jangan berikan dia celah untuk bernafas!”
Teriak Rei yang kini mulai melanjutkan serangannya.

Lala pun kini menggunakan sihir es nya dan membuat tanah membeku untuk menghalangi pergerakan Takeru. Akan tetapi, itu justru menjadi kerugian bagi murid yang lain karena mereka mulai terjatuh.

“Apa yang kau lakukan, Lala?!”
Ucap Krulciver yang mencoba menyerang Takeru yang jelas kehilangan keseimbangannya.

“Hmph, kalian saja yang terlalu payah sehingga tak bisa berjalan diatas sini.”
Ucapnya yang dengan anggunnya melesat di atas es dan menciptakan sebuah pedang dari es. Kemudian, dirinya mencoba menebas Takeru menggunakan benda tersebut. Namun Takeru kembali berhasil menghindarinya dengan melesat menjauh dari sana.

“Tch, Lily, Cathrine.”
Berkat karakteristik tubuh ras demi-human, telapak kaki mereka berbeda dengan telapak kaki manusia. Dan karena mereka berdua sudah melepas alas kakinya, itu membuat mereka lebih mudah berlarian dan melompat kesana kemari untuk membingungkan dan menyerang Takeru.

Disisi lain, Takeru justru memejamkan kedua matanya dan menguap sambil menghindari semua serangan yang tertuju padanya, seakan dirinya bosan akan pertarungan yang berlarut – larut ini. Akan tetapi, Takeru kini membuka kedua matanya lagi karena terkejut saat merasakan kekuatan sihir luar biasa dari belakangnya. Dirinya kini menatap ke arah sebuah bola cahaya dengan diameter sekitar 20 meter melayang di udara. Dan perapalnya adalah Krulciver yang kini dengan penuh amarah melemparkannya padanya.

Tentu saja melihat hal tersebut, para murid yang ada dalam jangkauan serangannya berlarian dan terjatuh akibat lantai yang masih membeku karena sihir Lala. Apalagi beberapa dari mereka tahu betapa mengerikannya kekuatan sihir gadis itu meskipun dia tidak bisa mengontrolnya.

“Baiklah, kalian semua gagal!” Ucap Takeru sambil mengacungkan jari telunjuknya layaknya pistol ke arah bola sihir yang menuju ke arahnya. Dan dalam sekejap, bola sihir tersebut pecah dan lenyap usai terlihat seperti menabrak sesuatu.

Melihat hal itu, semua murid yang menyerang Takeru kini terhenti. Karena mereka tidak percaya bahwa Takeru bisa mengatasi serangan tersebut tanpa perlu bersusah payah.

“Kalian semua terlalu fokus pada kemampuan apa yang kalian punya. Ada yang bisa berkerja sama, tetapi hanya dengan beberapa orang dan membuat yang lainnya di rugikan karena keputusan yang kalian ambil. Dan ada lagi orang bodoh yang menggunakan sihir destruktif saat rekan – rekannya masih ada disekitarnya! Seandainya aku bisa menilai kemampuan kalian dengan standar akademi, kalian sudah pasti ku beri nilai Z!” Ucap Takeru sambil meludah ke lantai layaknya dia melihat tumpukan sampah.

“Ta-Tapi, nilai paling rendah itu F....” Sahut Mina yang kini nyaris menangis.
“DIAM KAU, KACAMATA!” Teriak Takeru singkat. Dan tentu saja itu sukses membuat air mata yang ditahan Mina dari tadi mengalir keluar dengan derasnya.

Helaan nafas panjang kini kembali keluar dari mulut Takeru. Usai memijat keningnya beberapa saat, dia kembali menatap semua murid yang kini kembali berkumpul di hadapannya dan terengah - engah.

“Pertama, aku akan melatih stamina kalian semua. Mulai dari besok, kalian harus berlari ke atas gunung yang ada di belakang sekolah dan kembali dalam kurun waktu 1 jam! Semua dilakukan tanpa menggunakan kekuatan sihir! Jika ada yang berbuat curang ataupun terlambat dalam batas waktu yang ku tentukan, maka orang itu harus mengulanginya dari awal, paham?!”

Tentu saja hal tersebut mendapatkan banyak keluhan dan pertentangan. Tetapi saat melihat tatapan Takeru yang siap menghajar mereka, semuanya kembali terdiam.

“Yang kedua, usai melakukan lari, kalian akan ku berikan istirahat 15 menit dan akan ku berikan porsi latihan yang sesuai dengan apa yang kalian perlukan saat ini. Setiap murid mempunyai karakteristik dan kelebihan masing – masing, jadi cukup persiapkan diri kalian saja besok.” Ucap Takeru yang kini mengeluarkan secarik kertas dan juga pulpen sambil menulis beberapa hal di sana.

“Dan yang ketiga, aku akan mengajarkan kalian soal taktik, penggunaan sihir, dan juga cara untuk menghematnya. Setelah itu, kita akan lanjut kembali dengan latih tanding seperti tadi. Dan ingat, aku tidak menerima jawaban lain selain ‘Iya’ dan ‘Mengerti’!”

Meskipun mereka ingin melakukan komplain, mereka tidak bisa menolak ucapan dari Takeru yang bagi mereka sudah nampak seperti iblis. Kecuali satu orang, yaitu Rei yang tiba-tiba mendecih dan berbalik.

“Terserah kau saja, sialan! Jika kau ingin mengeluarkan ku, aku tak masalah!” Ucapnya yang kemudian pergi meninggalkan arena latihan.

Suasana kini kembali hening usai perginya Rei dari sana. Tetapi, kini ekspresi Takeru yang awalnya nampak kesal, kini berubah menjadi penuh amarah.

“Hoooo, dia melawan perintahku? Tenang saja, meskipun besok dia tak masuk, aku akan menyeretnya kemari meskipun itu berarti membuatnya sekarat!” Ucap Takeru sambil tertawa. Yang mana membuat murid-murid lain gemetar ketakutan.

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Teacher is an AssassinWhere stories live. Discover now