3 ✓ Tugas Perdana

205 79 17
                                    

Akibat dari salah pendengaran yang terjadi beberapa menit lalu, Putri harus merelakan dirinya menanggung malu bermenit-menit kemudian. Entah ia tak sadar ucapannya terlalu keras menyebut penyanyi lagu "Dia Dia Dia" itu, sehingga orang-orang yang tengah sibuk menunggu antrian panjang mengalihkan atensi mereka.

Ada bapak-bapak yang sedang mengisi formulir pengambilan uang, ada yang sedang sibuk berkonsultasi dengan customer service yang satunya, ada pula yang sibuk berkutat dengan telepon genggam atau berbincang dengan orang disampingnya. Sebagian besar dari mereka tertawa secara pelan. Sebagian lagi terdiam, bersikap acuh tak acuh.

Meskipun ada juga yang celingak-celinguk, menoleh kesana-kemari karena kebingungan. Sebenarnya apa yang terjadi? Aku dimana? Aku siapa?

Seperti pak satpam misalnya, dilihat-lihat hobinya mondar mandir melulu dari tadi. Kalau lagi tidak jaga di depan, dia bantu-bantu pegawai lain. Putri sendiri masih belum paham dengan tugas masing-masing pegawainya. Pak satpam ini sepertinya bisa merangkap jadi apa saja.

Menebalkan kembali muka yang hampir mengelupas karena menanggung malu. Putri bersikap seolah biasa saja. Padahal aslinya, dia ingin sekali pulang, menenggelamkan diri dibalik selimut bergambar Hulk, saat tak sengaja mengingat kejadian tadi.

"Fatin?" Penyanyi kali ah, hehe. Putri jelas asal menebak.

"Fatih. F-A FA T-I TI H. Nama saya Fatih." Lelaki itu memperjelas ucapannya. Bahkan sampai dieja saking gemasnya.

Putri masih salah pendengaran saudara-saudara. Sepertinya Putri butuh korek telinga, deh. Disampingnya Fandi terlihat tidak peduli dengan kesulitan yang Putri alami. Gak peka banget temennya lagi kesusahan.

Lantas tak sengaja obsidian Putri melirik papan nama yang berada tidak jauh darinya. "Oh, Fatih."

Lelaki yang lebih tua mengangguk, "oh iya, yang ini mbak Alda. Dia customer service juga sama kayak mas Fatih," ucap mas Fatih sambil menunjuk wanita yang tengah sibuk melayani pelanggan perbankannya. Namun tak lupa wanita itu sempatkan untuk melambai, menyapa ramah mereka berdua.

"Yang itu, yang di teller—atau yang kayak kasir itu—namanya mbak Dewi. Tugas dia yang mengurusi tentang pengeluaran dan pemasukan bank mulai dari tabungan, tarik tunai, pencairan dan masih banyak lagi." Lanjutnya.

Dua anak yang sedang memperhatikan masih setia diam di posisi nyaman. Tidak bergerak ataupun bersuara. Terlebih penjelasan singkat tentang tugas salah satu pegawai yang sekiranya masih asing ditelinga kedua anak itu.

"Bingung, ya?"

"Hah?"

Sibuk mengamati mbak-mbak yang sedang bertugas, Putri sedikit terkejut mendengar penuturan si customer service tersebut.

"Nanti juga lama-kelamaan kalian akan paham kerjaan di sini ngapain aja. Pokoknya enjoy aja ya di sini. Insyaallah, tugasnya gak akan berat-berat banget, kok." Fandi mengangguk setuju. Semoga saja begitu.

Memang benar tugas yang diberikan di hari pertama tidak seberat yang dikira. Tidak ada yang tahu hari-hari selanjutnya akan seperti apa. Namun semoga berjalan dengan semestinya. Lancar jaya aja. Jangan ada lika-liku yang aneh-aneh setelahnya.

Omong-omong, tadi Putri dan Fandi sempat dikenalkan dengan semua pegawai bank. Termasuk pak kepala yang sempat mereka lupakan namanya. Juga satpam yang tadi dikira seorang polisi. Nama aslinya Joko, tapi panggilannya pak Jo, biar keren sedikit katanya.

Kesan awal ketemu pak Jo itu, beliau orangnya ramah, lucu, kocak gitu. Padahal dari tampangnya sangar, serem, mirip banget sama preman pasar Senen dalam versi lebih rapi. Putri tentu sangat senang bisa kenal pak Jo. Humornya sebelas dua belas sama Putri. Jadi mungkin dengan pak Jo, Putri akan mudah akrab.

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang