6 ✓ Soal Cupang

172 72 21
                                    

Senyum dibibir Putri tertarik canggung. Saat ini dirinya berada diantara banyak kepala yang masih asing. Ya, untuk sekarang. Namun tidak, dalam satu pekan ke depan.

Awalnya Putri nyaman-nyaman saja mengekor dibelakang mbak Dewi, ke ruang belakang yang biasa digunakan karyawan untuk istirahat—utamanya mengisi perut mereka. Namun sesampainya di sana, jujur Putri terkejut. Ada banyak pasang mata yang setia memandanginya.

Tak sempat ia mengira bahwa sebagian besar pegawai duduk di meja yang sama—meja panjang ala-ala rumah makan warteg, yang dipasang kursi berderet di kedua sisinya. Putri tebak, mereka baru saja beristirahat setelah berperang sengit dengan pekerjaan masing-masing.

Masalahnya kentara sekali dari raut-raut wajah yang kelelahan. Mari biar Putri ulas satu per satu dari mereka.

Dari meja paling ujung sebelah kiri, kalau Putri tidak salah ingat namanya pak Bayu. Panggil saja pak Bay. Dia adalah salah satu dari sekian banyak mantri¹ yang ikut berkumpul di sana. Kalau putri memperkirakan usianya masih sekitar kepala tiga, memang rata-rata pegawai bank yang Putri tempati usianya segitu. Yang unik dari pak Bay ini, wajahnya sedikit oriental, dengan tubuh sedikit gempal berisi.

Di samping pak Bay, ada pak Andreas. Dia juga mantri yang menurut pengamatan Putri, paling banyak mengoceh sedari tadi. Sepertinya seorang extrovert. Tak heran orang sepertinya tak akan kehabisan topik obrolan. Fandi yang duduk lebih dekat jadi korban ocehannya. Mau tak mau dia mendengarkan walaupun merasa tak nyaman. Tidak tau mengapa perasaan Putri menjadi sedikit was-was karena ini.

Setelahnya ada Fandi, tidak perlu dijelaskan bukan? Jadi skip saja, orangnya sedang santai menyantap makanan.

Lalu di sebelah Fandi ada—

"Wah, udah pada kumpul di sini, saya telat dong," ujar mas Fatih sembari melepas maskernya.

Pria jangkung itu duduk tepat di sebelah Fandi, juga pak kepala. "Enggak telat kok, duduk sini mas Fatih, masih ada bangku kosong di sini," ujar pak kepala.

"Terima kasih, pak. Permisi." Pak kepala tersenyum sambil mempersilahkan mas Fatih duduk.

Jadi, tau kan siapa di sebelah mas Fatih? Pak kepala. Beliau duduk dan makan dengan berwibawa di meja yang sama dengan karyawan. Seringkali kedapatan pak kepala mempersilahkan anak buahnya untuk santap menyantap dengan nyaman.

Coba tebak Putri duduk dimana? Di pojok. Tepat di depan pak kepala. Bikin tremor gak tuh?!! Oke, gak apa-apa, gak usah takut, gak usah nervous.

Kepala Putri sekarang memproses cepat segala gangguan dibenaknya, otaknya mengatakan 'hal ini bukan hal besar' sedangkan hatinya berkata, 'bisa nelan makanannya gak ya?'

Lanjut, di samping putri ada mbak Dewi dan dua mantri lainnya yang Putri belum sempat mengenal mereka.

Putri suka disini, suasana kekeluargaan benar-benar terasa. Tak peduli apa jabatannya, di bagian apa pekerjaannya. Di meja ini semuanya sama. Makan dan berkumpul bersama, saling bercerita dan bersenda gurau di sela-sela padatnya jadwal pekerjaan.

Perlu diketahui, tak hanya pegawai sekelas mantri, bahkan pak Jo selaku satpam, dan mas Agus—office boy juga makan di satu meja yang sama.

Tiba-tiba saat sedang berkonsentrasi menyantap makanan, pak Andreas menepuk pundak Fandi dan menyeletuk, "Eh, bro, udah punya pacar belum?"

Yang ditepuk tentu terkejut bukan main dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya, masih untung tidak tersedak.

Fandi menggeleng, "Belum, pak."

LOVE BANKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang