papah nana dan mamah rina

7.8K 1.2K 194
                                    


Nana dan Karin itu kalau diibaratkan, kayak gula dan semut.

Di mana ada Nana, di situ ada Karin. Di mana ada Karin, di situ ada Nana.

Kalau kata Kynan, mereka berdua itu one plus one, alias, kalau ngajak satu, yang satunya lagi harus diajak. Nggak bisa pokoknya seteng-seteng, dipisah sendiri-sendiri gitu.

Ini tuh, baru apa yang Kynan lihat selama kuliah kurang lebih satu tahun. Sebelum itu? Kynan yakin mereka lebih lengket lagi.

Awalnya bahkan waktu pertama kali kenal lewat kelompok kaderisasi, Kynan ngiranya mereka berdua itu pacaran. Tapi pas Kynan nanya gitu, mereka berdua langsung kayak 'amit-amit jabang bayi' berjamaah, dan turn out, mereka sahabatan dari masih bocah.

Jadi, awalnya begini. Waktu Nana kelas 5 SD, keluarga Pradana pindah ke komplek perumahannya, di blok C, tempat yang sama dengan di mana Nana tinggal.

Rumah Nana dan keluarga Pradana, cuman kehalang tiga rumah aja.

Kayak skenario klasik pada umumnya, Nana pertama kali ketemu Karin waktu cewek itu ngirim pudding ke rumahnya, sekalian memperkenalkan diri kalau dia putri satu-satunya keluarga Pradana yang ternyata seumuran sama Nana. Katanya baru pindah dari Jakarta.

Secara kebetulan, Karin juga ternyata murid baru di sekolah Nana, di kelasnya, dan duduk tepat di samping bangku Nana.

Mau nggak mau, ya mereka kenalan. Masa pura-pura nggak kenal sama tetangga sendiri, mana rumahnya deket banget pula.

Semenjak itu mereka jadi sering pulang bareng dan main bareng di komplek, sama anak-anak lain juga.

Ketika SMP, mereka satu sekolahan lagi. Anehnya, mereka kayak ditakdirkan bareng-bareng terus, karena buktinya mereka selalu sekelas selama tiga tahun sekolah menengah pertama.

Nana bahkan kenal semua mantan-mantan Karin waktu SMP, begitu juga Karin yang hafal siapa aja mantan-mantan Nana.

Dari dulu, dari zaman masih sama-sama sekolah, mereka emang sering disalahartikan sebagai pasangan. Padahal nggak, mereka cuman... seneng bareng-bareng aja, dan merasa ketergantungan.

Buktinya, mereka nggak pernah tuh saling suka selama mereka sahabatan hampir sepuluh tahun—kayaknya sih, gitu.

Nana sering gonta-ganti pacar, Karin juga sama.

Nah tapi, waktu SMA, mereka terpaksa pisah karena Karin masuk sekolah swasta—lab school. Kayaknya sih, karena Papanya Karin rada khawatir gitu anaknya kalau sekolah di negeri nggak kepantau, apalagi setelah masuk usia remaja akhir yang gampang banget kena dampak pergaulan bebas.

Padahal nggak ah, Nana juga sekolah di negeri dari SD sampai SMA, nggak ada tuh kena pergaulan bebas. Cuman nakal-nakal dikit remaja pada umumnya aja, nggak ekstrem banget. Lagian Nana juga mageran sih anaknya, jadi dia terlalu klemer-klemer untuk temen-temennya yang hiperaktif.

Sepanjang SMA, Nana sama Karin udah nggak begitu sering main bareng. Selain karena tugas SMA yang banyak banget, Karinnya juga sibuk karena harus les ini itu. Biasalah, anak tunggal kaya raya, banyak banget yang harus dijabanin untuk memenuhi ekspektasi orang tua.

Mereka sempet drift apart sepanjang tiga tahun itu. Cuman sesekali ketemu di warung atau di indomaret deket rumah aja, nggak sering ngobrol. Paling basa-basi nggak penting.

Jujur Nana rada kehilangan Karin sepanjang mereka SMA. Mereka jadi kayak orang yang baru kenal, padahal faktanya mereka udah kenal dari umur 10 tahun, terus tiba-tiba harus jadi stranger cuman karena beda sekolah doang. Mungkin efek dari SD sampe SMP mereka sekelas mulu kali, ya, jadi pas sekalinya dipisahin, mereka jadi kayak nggak sedeket dulu.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang