si bau tanah dan wangi susu

6.3K 1.2K 209
                                    


Hal yang paling nggak disukai mahasiswa ketika masa-masa sibuk kepanitiaan adalah, adanya tugas besar yang harus diselesaikan tapi urusan organisasi juga harus tetep jalan.

Menyeimbangkan dua hal sekaligus bener-bener nggak mudah, apalagi kalau orangnya kayak Hansa yang nggak bisa banget rehat sejenak dari kegiatan organisasi kampus.

Minggu ini anak semester 3 bakal mulai sibuk praktikum. Di semester 3 ini, mata kuliah yang ada tugas praktikumnya adalah mata kuliah Mekanika Tanah. Di saat seperti ini lah, anak Teknik Sipil tampangnya bakal berubah dari yang tadinya cuman mahasiswa biasa, jadi kuli bangunan yang kena cipratan tanah basah.

Mata kuliah Mekanika Tanah ini yang paling banyak sks-nya di semester 3 (4 sks) makanya lumayan menguras tenaga dan mental anak-anak Sipil.

Meskipun kotor-kotoran dan tampang kayak kuli proyek, tapi Hansa selalu ngerasa paling ganteng waktu lagi praktikum kayak sekarang. Soalnya lebih kerasa anak tekniknya gitu.

Praktikum pertama, prakteknya mengenai pengujian kadar air dalam tanah menggunakan standar ASTM D2216-92 tahun 1996. Secara umum kadar air itu merupakan perbandingan antara berat air yang terkandung di dalam tanah, dengan berat butiran tanah kering yang dinyatakan dalam persen. Tujuan praktikumnya adalah untuk mengetahui berapa kadar air yang terkandung di dalam tanah.

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum di antaranya, neraca, cawan, oven listrik dan tanah hasil boring, atau biasa disebut juga core drilling, pemboran inti tanah buat mengetahui lapisan tanahnya sampai ke bagian tanah yang paling keras.

Pemboran udah dilakukan Hansa dan kelompoknya tadi pagi di lapangan, sekarang tinggal dibawa ke laboratorium.

"Rin, timbang dulu cawan kosongnya." Hansa nyuruh Karin yang baru ngelepas helm proyeknya karena kegerahan.

Kebetulan Hansa sekelompok sama Karin buat tugas praktikum kali ini. Sayang banget mereka nggak sekelompok sama Nja, kalau sama Nja udah terjamin lah nilai mereka nanti gimana.

Tapi, Hansa juga nggak yang kesulitan sih meskipun nggak ada Nja, soalnya Hansa nggak begitu masalah sama tugas praktikum. Dia lebih jago praktek daripada materi, cuman kalau lagi sibuk praktikum tuh, rada susah nyeimbangin sama kegiatan non-akademiknya, karena biasanya suka langsung tepar.

Ini masih mending baru praktikum pertama, jadi nggak terlalu berat kerjanya. Nanti kalau udah tengah-tengah, itu kadar kesulitan prakteknya udah lumayan bikin gila dan bikin badan rontok. Semester 2 kemarin pas praktek Mekanika Bahan, Hansa dan temen-temennya hampir sinting karena kurang tidur.

"Udah Sa, 24.856 gram." kata Karin sambil nyatet di buku catatan.

Hansa kemudian ngambil sedikit sample tanahnya, terus diletakkan di cawan dan langsung ditimbang di neraca.

"Berapa, Ndre?" tanya Hansa ke Andre, salah satu teman kelompoknya yang ngecek angka di neraca.

"48.910 gram, Sa."

Karin langsung nyatet angka yang disebutin Andre.

"Oke, berarti berat cawan kosong tambah berat tanah basah segini, ya."

Hansa ngasihin cawan yang udah berisi tanah ke Bagas, tanah tersebut kemudian dimasukkan ke oven listrik dan ditunggu selama 24 jam. Jadi baru bisa dicek lagi hasilnya besok, sekarang mereka lanjut ngulang langkah-langkah yang sebelumnya dengan sample tanah yang berbeda-beda.

Besok setelah tanahnya selesai di-oven, baru bisa dihitung hasilnya pakai rumus.

Dan begitulah, rutinitas praktikum mereka minggu ini.

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang