konflik batin

5.6K 1.1K 150
                                    


"Eh, Nan, Nan! Sini dulu, deh!"

Kynan yang baru keluar dari ruang sidang karena sudah masuk waktu ishoma, menoleh ke arah pintu masuk Gedung PKM di mana Hansa berada.

Cowok itu baru muncul dengan jajanan di tangannya.

"Apaan?" tanya Kynan sambil menghampiri Hansa untuk meminta potongan semangka di tangan cowok itu.

"Aing mau cerita yang waktu itu tea ningan."

"Yang mana?"

"Kan elu maaah." Hansa langsung masang tampang ngambek karena Kynan beneran nanya dengan ekspresi polos, nggak tahu sama sekali maksud Hansa.

Padahal minggu lalu, Hansa sempat nge-chat Kynan, mengadu perihal dia dicium Kara—tapi nggak bilang kalau itu Kara. Hansa cuman bilang kalau dia dicium cewek, dan Kynan belum tahu siapa ceweknya tersebut.

Tapi, karena timing-nya nggak memungkinkan, selama seminggu terakhir Hansa nggak punya kesempatan buat curhat. Jadwal kuliah mereka belakangan selalu berbenturan gara-gara keduanya beda kelas, belum lagi praktikum lapangan yang bikin mager beraktivitas setelahnya. Pokoknya setelah panas-panasan di lapangan mah, boro-boro mau ngobrol sama temen. Bawaannya cuman pengin ngadem di ruangan ber-AC sambil tidur.

Hansa sejujurnya bukan tipe orang yang suka cerita tentang keluarga atau kehidupan romansanya ke orang lain. Tapi ke Kynan itu pengecualian. Soalnya, Kynan orangnya nggak cepu, dia juga pendengar yang cukup baik, meskipun sambil ngedengerin, sambil di-roasting juga sama dia.

Sebenernya bukan nggak cepu sih, tapi Kynan cenderung lupa sama apa yang Hansa ceritain kalau perihal yang nggak penting-penting amat. Kayak ini nih, baru minggu lalu Hansa nge-chat dan bilang kalau dia mau numpang nangis di pundak Kynan, tapi cewek itu bahkan nggak inget Hansa ada hutang cerita sama dia.

Selain itu, alasan Hansa lebih sering cerita ke Kynan daripada ke yang lain adalah karena menurut Hansa, Kynan tuh satu-satunya temen di circle-nya yang segala kondisi hidupnya paling mirip sama dia.

Bahkan sampai ke alasan menyibukkan diri di organisasi aja sama, yaitu sama-sama males pulang karena rumah nggak kayak rumah. Jadi lebih betah berkegiatan di luar.

Kynan nggak pernah cerita sih, soal kondisi keluarganya, tapi Hansa cukup paham kalau Kynan bukan tipe orang yang betah di rumahnya melihat dari intensitas dia pulang ke Bekasi. Beda sama Ginan yang lumayan sering pulang, Kynan tuh jarang banget meskipun weekend ada jadwal kosong sekalipun.

Pokoknya Hansa semacam punya radar-radar yang bisa mendeteksi manusia broken home di sekitarnya lah. Asli.

"Yang gue cerita tentang gue dicipok cewek."

Kynan baru ber-oh ria ketika Hansa memperjelas ucapannya beberapa saat lalu, "Jangan kelamaan, keburu skorsingnya beres."

"Yang ikhlas napaaaa." Hansa cemberut sambil mengalungkan tangannya di leher Kynan, "Ini pembicaraan yang cukup serius. Menyangkut hidup dan mati gue."

"Lebay banget. Dicipok di pipi doang, biasanya juga lu nyipok cewek di bibir, nggak seheboh ini."

Hansa memejamkan matanya dramatis, "Lo bakal kaget kalo tau siapa orangnya."

"Siapa emang?" tanya Kynan bingung.

Mendekatkan wajahnya, Hansa berbisik di telinga Kynan yang hampir kena tampar cewek itu kalo aja Hansa nggak megangin tangan kanan Kynan.

"Apa sih, anjir, gak usah deket-deket, bego."

"Adeknya si Nana."

"HAH?"

NiskalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang