Chapter 41-[Etamin]

1.6K 142 3
                                    

"Heeey Bintang itu punya Aca" ujar Aca kecil berteriak sambil mengejar Bintang yang mengambil kotak bekalnya.

"Wleekkk, ini punya Bintang" ujar Bintang menjulurkan lidahnya.

"Tapi bunda bilang itu buat Aca" ujar Aca.

Bintang tak menghiraukan itu terus berlari membawa bekal gadis itu. Aca yang terus berlari mengejar Bintang tidak sengaja tersandung batu dan terjatuh.

"Huaaa hikkss" tangis Aca pecah.

Bintang yang melihat Aca yang menangis segera mendekat ke arah Aca.

"Hikss, bintang jahat" ujar Aca masih terisak.

"Maafin bintang, jangan nangis Aca"

"Sakit" ujar Aca memegang lututnya yang sedikit terluka.

Kemudian Bintang mendekat dan meniup lutut Aca.

Aca masih menangis tapi tidak sekuat tadi.

"Huuft,masih sakit?" ujar Bintang sambil terus meniup lutut Aca.

"Hikss sakit Bintang" ujar Aca.

Kemudian Bintang kecil membawa Aca kedalam pelukannya berharap rasa sakit Aca sedikit berkurang "Maafin bintang, bintang janji gak nakal lagi" bisiknya pada Aca.

"Janji?"

Kemudian Bintang mengangguk.

"Sini bintang peluk lagi, kalau di peluk pasti sakitnya hilang" ujar Bintang membawa Aca kedalam pelukannya.

"HUAAAA!" Suara tangis seorang anak yang terjatuh saat bermain itu cukup keras membuat Aca terbangun dari tidurnya.

Seperti Aca benar-benar merindukan bintang, bahkan aca memimpikan masa kecilnya bersama Bintang.

Sejenak kemudian Aca pergi dari tempat itu memutuskan ke rumah Bintang dia benar-benar merindukan Bintang.
Dia tidak tu apa yang akan dia lakukan, yang penting sekarang dia kerumah bintang terlebih dahulu.

***

Di depan rumah Bintang.

"Permisi" teriak Aca.

"Bintang" panggilnya sekali lagi.

Kemudian bunda Aca keluar dari dalam rumah sudah mengunakan pakaian rapi.

"Ehhh Aca, apa kabar sayang?" ujar Bunda

"Baik bunda" ujar Aca memberi salam.

"Aca cari Bintang ya?"

"Iya bunda, Bintang ada?"

"Barusan Bintang keluar, coba aja Aca telpon" ujar Bunda.

"Gak usah bun aca tunggu aja" balas Aca.

"Yaudah, Aca masuk aja. Bunda mau pergi gakpapa ya?"

"Gakpapa bund, bunda pergi aja"

"Yaudah aca tunggu di dalam disini diluar dingin"

"Jangan bund Aca tunggu di kursi depan aja" ujar Aca.

"Yaudah, kalau nanti makin dingin aca masuk aja ya, bunda pergi dulu" ujar Bunda meninggalkan Aca.

"Iya bunda, hati-hati" ujar Aca.

Sekarang Aca berada di depan rumah Bintang tengah bermain bersama kucing yang tadi menghampirinya, dia berdiri saat suara pagar rumah itu di buka dan Bintang masuk ke dalam garasinya.

Setelah memarkir motornya di dalam bagasi Bintang berjalan menuju pintu rumahnya tanpa menoleh ke arah Aca, seolah dia tak melihat Aca.

Namun saat dia  memegang gagang pintu hendak masuk, tangannya di tahan oleh Aca.

"Bintang sebentar, dengarin gua dulu pliss" ujar Aca.

"Gua kangen sama lo" ujar Aca.

Bintang menatap tajam Aca "Gua bilang jangan ganggu gua lagi" ujar Bintang.

Kemudian melepaskan tangannya dari genggaman Aca, namun karena posisi Aca kurang siap membuatnya terjatuh dan lututnya tersandung meja.

Tak berniat menolong bintang hanya menatap sekilas kemudia Bintang masuk dan menutup kembali pintu itu.

"Bintang" lirih Aca sambil berdiri memegang pintu itu namun kalah cepat dari Bintang.

"Hiks bintang lutut Aca sakit"

"Bintang bilang kalau di peluk sakitnya bakal hilang, ayo keluar peluk Aca hiks" ujar Aca menggedor pintu itu.

"Maafin semua kata-kata bodoh yang Aca ucapin kemaren"

"Maafin Aca"

"Aca juga gak minta perasaan ini datang hikss"

"Aca juga gak minta Bintang buat balas perasaan Aca"

"Maafin Aca, Aca memang tidak tau diri suka sama Bintang, orang seperti aca tak pantas suka sama Bintang"

"Aca janji gak suka Bintang lagi, anggap aja aca bohong bilang suka sama Bintang" ujarnya sambil memukul dadanya yang terasa sesak.

"Aca cuma punya berani ngeluh sama Bintang, kalau Bintang ikutan pergi siapa lagi yang bakal dengarin cerita aca?"

"Ayo balik, balik jadi sahabat aca"

"Aca bakal dengarin semua cerita Bintang tentang rahma"

"Aca janji gak nakal lagi"

"Aca janji gak bakal nyusahin Bintang lagi"

"Bintang aca sekarang sendirian, Aca takut"

"Hikks Bintang ayo keluar bentak aca pukul aca tapi jangan ngehindar dari aca, aca kangen sama Bintang" ujarnya.

"Sekarang Aca sendiri" ucap Aca terakhir.

Akhirnya Aca merosot tak mampu lagi menahan bobot badannya.

Setelah puas menangis dibalik pintu rumah Bintang, Aca akhirnya memilih bangkit dan meninggalkan rumah itu.

Sekali lagi Aca menatap pintu itu berharap Bintang berlari kearahnya namun hal itu hanya sebatas harapan Aca.

Kemudian Aca memutuskan untuk pulang, karena dia harus mengistirahatkan tubuhnya.

Sudah cukup untuk hari ini.

SIRIUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang