▫️1▫️

23.2K 1.1K 38
                                    

▫️▪️▫️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▫️▪️▫️

Keano duduk memandangi perkarangan rumahnya yang tak luas itu. Memandang sendu tanaman-tanaman milik almarhun sang Mama, hari ini tepat seminggu kepergian Mama-nya meninggalkan dirinya sendirian, Mama pergi akibat sakit.

Ayah?!

Keano sendiri tidak begitu mengenal sosok ayah kandungnya. Yang ia ingat saat dirinya berumur 6 tahun laki-laki itu pergi meninggalkannya bersama sang Mama. Kalaupun ayah-nya berada disini Keano tidak akan mau. Ayah kandungnya adalah sosok yang keras, bahkan saat mereka bertiga masih hidup bersama, Mama sering menangis akibat perlakuan ayah yang keras.

Keano mengela nafas pelan, memikirkan apa yang akan ia lakukan kedepannya. Mama-nya bukanlah seseorang yang kaya, untuk kedepan ia harus bisa mencari uang sendiri. Mama hanya meninggalkan sedikit tabungan dan rumah sederhana yang mereka tempati selama ini, sebenarnya rumah ini adalah milik sang ayah. Mama hanya bekerja sebagai kariyawan disalah satu toko kue yang cuku besar, gajinya tidak begitu besar. Tapi selama ini masi cukup untuk biaya hidup mereka berdua.

Keano Marvello hanyalah remaja berumur 14 tahun. Anak yang sudah duduk dibangku kelas 1 SMA dua bulan yang lalu. Keano bukanlah anak yang pintar namun juga bukan anak yang bodoh dan nakal. Ia hanya murid biasa yang masuk sekolah lebih dulu dibanding anak usianya.

"Adek bisa gak ya Ma?" Tanya Keano pelan pada sang Mama yang entah mendengar atau tidak.

Keano beranjak memasuki rumah dan menuju kamarnya, lalu merebahkan tubuh ringkihnya diatas tempat tidur. Memandang langit-langit kamarnya. Hari sudah sore dan sebentar lagi akan masuk waktu magrib.

Setelah puas memandang langit-langit kamar Keano beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bergegas sholat magrib.

Setelah menunaikan sholat magrib Keano memilih bersantai sambil menonton televisi. Namun tak berselang lama terdengar ketukan pintu, membuat anak itu bangkit.

"Siapa yang dateng malem gini?" Gumam Keano pasalnya yang ia tahu mereka tak punya sanak saudara. Atau mungkin tetangga?

Begitu Keano membuka pintu terlihat seorang pria yang sudah cukup berumur. Terlihat sebaya dengan sang Mama.

"Om mau nyari siapa?" Tanya Keano sebab tak mengenal pria dihadapannya.

"Benar ini rumahnya Tamara?" Bukannya menjawab pria tersebut balik bertanya.

"Iya Om ini rumah Mama, tapi Mama udah gak ada Om. Silakan masuk dulu Om biar lebih enak" Jawab Keano sambil mempersilahkan Pria tersebut untuk masuk.

Kini keduanya tengah duduk dengan canggung di ruang tamu. Keano juga sudah membuat kan teh hangat untuk pria yang sebagai tamu-nya itu.

"Kenalkan saya Abima Bagaskara mantan suami Mama kamu Tamara, saya kesini cuman mau nyampaikan permintaan Mama kamu sebelum meninggal. Jadi saya harap kamu dengar baik-baik" Ujar Bima sambil menatap tegas Keano.

Keano yang mendengar ucapan pria yang dikenalnya bernama Bima itu hanya terdiam kaku. Gugup takut serta bertanya-tanya.

"Mama kamu menitipkan kamu pada saya sebelum ia meninggal. Awalnya saya menolak, sebab kamu bukanlah anak saya dan lebih tepatnya hanya anak dari mantan istri saya bersama suaminya" Ucap Bima membuat Keano menunduk kaku. Memainkan jari-jari mungilnya gugup.

[Maksudnya disini itu ibu kandung Keano adalah mantan istri Bima]. *soalnya banyak yang komen dibagian ini pada bingung.

"Tapi karena kamu dan putra saya masih mempunyai ikatan darah, lebih tepatnya kalian satu ibu namun berbeda ayah. Membuat saya bermurah hati, apalagi melihat Mama kamu memohon pada saya dengan pilu. Saya juga bukan orang yang kejam membiar anak seusia kamu hidup sendirian padahal kamu masi punya sosok Abang satu ibu" Ujar Bima panjang lebar. Keano masih menunduk dalam diamnya. Dia tidak pernah berpikir bahwa ia memiliki seorang Abang. Yang ia tau hanya ia-lah anak sang Mama.

"Jadi saya memutuskan membawa kamu untuk tinggal dengan saya, serta alasan saya datang langsung adalah untuk menjemputmu. Saya tidak memaksa kamu untuk mau ikut atau tidak, saya hanya menyampaikan apa yang Mama kamu mau. Kalau kamu berkenan ikut dan tinggal besama saya, silahkan ikut saya dan berkemas, saya beri kamu waktu buat berpikir, saya tunggu diluar" Ucap Bima lalu bangkit menuju halaman rumah dimana mobilnya terparkir.

Keano termenung mengingat tentang sang Mama yang berbicara tentang Om baik. Apakah Bima adalah orang yang dimaksud.

Keano ingat satu tahun yang lalu Mama-nya pernah mengatakan hal ini padanya.

"Adek denger Mama, nanti kalau Mama pergi. Kalau ada Om baik yang dateng ke Adek, terus minta Adek ikut sama Om ya mau ya nak"

Waktu itu Keano sempat bertanya kemana sang Mama akan pergi sehingga ia harus ikut dengan Om baik. Mama hanya menjawab dengan senyuman hangatnya serta memeluk erat Keano.

Keano ragu untuk ikut atau tidak, tapi mengingat ia masih mempunyai seorang Abang membuat Keano mempunyai keinginan untuk ikut. Selama ini ia hanya punya sang Mama, dan tidak mempunyai sanak saudara yang dikenalkan padanya oleh Mama. Memdengar ia masih mempunyai Abang membuat rasa senang dihatinya.

Setelah beberapa saat berlalu Keano keluar dari rumah dengan koper ditangannya. Keano berjalan ragu kearah mobil Bima yang terpakir di halaman rumahnya.

Bima keluar dari mobil setelah melihat Keano yang berdiri kaku didekat mobilnya dengan koper yang sudah pasti berisi pakaian anak itu.

"Masuk saja biar koper kamu supir saya yang urus" Ujar Bima.

Keano mengangguk lalu masuk kedalam mobil dan duduk dengan gugup. Anak itu terus saja memainkan jari-jarinya. Duduk tepat disamping Bima membuat anak itu menjadi lebih kaku, sesekali ia melirik kearah Bima yang sibuk dengan tablet ditangannya.

"Kamu akan saya pindahkan untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan anak saya, sekolah kamu yang sekarang terlalu jauh. Saya juga akan menanggung semua biaya hidup kamu sampai kamu bisa cari uang sendiri nantinya, kalau kamu butuh apa-apa bilang saja ke saya. Tidak perlu takut" Ucap Bima masi dengan fokusnya terhadap tablet.

"I iya Om" Keano menjawab terbata.

"Oh iya Om, saya bolehkan sesekali main ke rumah saya?" Tanya Keano sambil memilin tangannya.

"Tentu" Jawab Bima singkat. Keano hanya mengangguk dan bernafas lega. Bagaimana pun rumah itu tempatnya dibesarkan dan banyak menyimpan kenangan bersama sang Mama.

Yang sekarang perlu ia pikirkan ialah, bagaimana dengan Abang-nya? Apakah Abang-nya mau menerimanya? Atau justru tidak menyukainya!

▫️▪️▫️

Ini book aku yang ke-3 hehe Semoga suka ya:)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini book aku yang ke-3 hehe
Semoga suka ya:)

Jangan lupa vote-nya guys♡

ARKEAN [END]✔Where stories live. Discover now