Episode 3

76 15 0
                                    

Siang hari, setelah sarapan kilat dan rapat yang melelahkan. aku, Austine, dan Davon pergi memburu Deviants. tapi kali ini ada yang berbeda. kami ketambahan 3 orang personil dalam pemburuan Deviants ini. itu sangat menghibur perasaanku. karena awalnya hanya ada kami bertiga, membunuh Deviants menjadi sangat memuakkan.

pagi itu setelah sarapan, Jarda mengadakan rapat atas permintaan Thena, mereka hendak menyampaikan hasil riset dengan rekan Eternal mereka. dari riset itu, mereka mendapatkan kesimpulan bahwa kami harus membasmi para Deviants terlebih dahulu sebelum bisa menghentikan Emergence, dan untuk mempercepat prosesnya kami akan butuh bantuan Druig untuk mengusir para penduduk supaya tidak bisa melihat kami. Dia bisa mengendalikan pikiran ratusan orang sekaligus! jelas Makkari dengan bersemangat. sementara Druig yang duduk di sampingnya tidak tampak bangga sama sekali.

"Sementara Druig melakukan tugasnya. kita bisa membasmi Deviants dengan lebih leluasa" Lanjut Thena.

"Tapi, apakah tindakan itu bisa menyakiti mereka? jika berdasarkan rencana kalian, kita harus melakukan itu pada mereka untuk waktu yang sangat lama" kata Raesan pelan, ya tentunya dia berpikir seperti itu.

"Tenang saja, aku pernah melakukan itu pada manusia selama 500 tahun. paling-paling mereka hanya akan bingung" jelas Druig.

Raesan mengangguk mengerti dan tidak bertanya lagi, padahal dia pasti sangat ingin tahu soal 500 tahun itu. aku menghela napas kecewa diam-diam karena juga ingin tahu.

"Ada penduduk di arah jam 10 Druig!" Teriak Davon sambil mengacungkan tangannya dan memutus kepala seekor Deviants

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ada penduduk di arah jam 10 Druig!" Teriak Davon sambil mengacungkan tangannya dan memutus kepala seekor Deviants.

Druig menatap ke arah yang ditunjuk Davon dengan matanya yang menyala keemasan. itu pertama kalinya aku melihat mata emas itu secara langsung, terakhir kalinya aku hanya bisa melihat sisa-sisa pendarnya. sebuah suara gedebuk yang keras mengalihkan perhatianku, Makkari tampak terpojok di sebuah pohon. dengan cepat aku melemparkan sebilah logam pipih ke leher si Deviants, makhluk itu menggelepar kemudian mati.

Terimakasih! kata Makkari padaku kemudian melesat kembali.

siang ini kami kurang beruntung. titik Deviants yang kami temukan ternyata adalah sarangnya. dulu kami bertiga akan memutuskan untuk tidak menanganinya. tapi saat ini ada Thena, dan dia langsung memutuskan untuk menanganinya. dan sekarang kami sedikit kewalahan. sarang ini dipenuhi oleh ibu Deviants yang marah dan protektif.

sebuah tubuh tiba-tiba menabrak sisi kananku, itu Austine. "Sepertinya kita perlu terbang Edlyn" katanya sambil menyeringai. dia mengacungkan tangan dan membuat seekor Deviants kejang-kejang.

aku membalas seringaiannya, "sudah lama sekali ya?" kataku sambil melempar bilah logam lain ke arah dua Deviants.

Austine mengedip sekali padaku, dengan tanda itu kami berdua melompat berpisah. aku berjongkok dan meraba logam-logam yang kuat tapi ringan, membentuknya menjadi lempengan lebar yang menyebar di bawah kami semua. setelah memastikan semua orang sudah berada di atas lempengan, aku mengangkatnya tinggi-tinggi ke udara, membawa kami semua 'terbang'. Thena, Makkari, dan Druig terkejut dan terjatuh karena gerakan tiba-tiba itu. tapi Davon tidak, wajahnya terlihat sangat antusias.

"Go Austine!" teriak Davon kegirangan.

menanggapi itu Austine melompat dari lempenganku, mendarat di lautan bijih logam. Austine berjongkok dan matanya berubah menjadi putih, tangannya mengalirkan aliran listrik yang kuat ke tanah. dalam sedetik semua Deviants di wilayah itu mati. logam adalah konduktor listrik yang luar biasa, dan kebetulan energi kosmik Austine bisa menghasilkan listrik. setelah memastikan aliran listrik di tanah menghilang, aku mendaratkan kami semua kembali ke tanah. wajah Davon masih sangat antusias.

"Oh yeah! tadi kalian keren sekali!" serunya sambil menepuk-nepuk pipiku dan Austine yang sudah ada di sampingku.

"Tadi sangat luar biasa. kenapa kalian tidak sering melakukan itu? itu sangat efektif untuk membunuh banyak Deviants sekaligus" kata Thena sambil berjalan mendekati kami.

"Karena aku tidak terlibat dalam aksi keren itu" jawab Davon sambil cengengesan.

"Karena kami bisa ketahuan. untungnya sekarang ada Druig" jawabku dengan lebih baik sambil tersenyum ke arah Druig.

"Yah, sebenarnya itu bukan alasan utamanya" kata Austine sambil meringis.

Kenapa? tanya Makkari.

"Kalian akan tahu setelah ini" jawab Austine.

ketika kami kembali ke tempat tinggal sementara kami, Jarda sudah menunggu dengan wajah marah, Raesan berada di sebelahnya dengan wajah takut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

ketika kami kembali ke tempat tinggal sementara kami, Jarda sudah menunggu dengan wajah marah, Raesan berada di sebelahnya dengan wajah takut. aku mulai menyiapkan hati, tidak pernah suka mendengar amarah Jarda.

"Austine, apa yang pernah kukatakan tentang menggunakan kekuatanmu secara berlebihan?" sesuai dugaanku, Jarda marah sekali.

"Emm, aku tidak ingat" jawab Austine sambil mengangkat bahu. alis Jarda menukik semakin dalam.

"Jarda, tolong, kita punya tamu" kataku takut-takut.

"Diam Edlyn! ini salahmu karena tidak mencegahnya!" teriak Jarda, membuatku terlonjak.

"Jarda, kami terpaksa melakukannya, titik tadi mengarah ke sarang Deviants-" perkataan Davon terputus

"Kenapa kalian tidak meninggalkannya sesuai perintahku?!"

"Aku yang ingin membasmi sarang itu" tiba-tiba Thena maju dengan berani, membuat kami bertiga terperanjat. "Aku tidak tahu kenapa kamu sangat marah soal ini. tapi mereka anggota keluargamu dan kamu adalah pemimpinnya. pemimpin yang baik tidak pernah menaikkan suaranya, terutama pada keluarganya"

Jarda langsung terdiam. "Emm, sepertinya kita harus masuk, kalian pasti sudah sangat lapar" cicit Raesan sambil berjalan ke arah Austine.

"Oh ya hahaha, aku juga sudah lapar" kata Davon sambil tertawa-tawa canggung.

Jarda tidak mengatakan apa-apa, tapi dia langsung memberi jalan. dengan suasana super canggung, kami berjalan memasuki Domo, meninggalkan Jarda yang masih terdiam di belakang. saat itu Druig berhasil berjalan di sampingku, dia mencondongkan tubuhnya ke arahku dan berbisik. "Pemimpinmu seram sekali"

aku menahan tawa setengah mati.

aku menahan tawa setengah mati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
C'est la vie [Druig]Where stories live. Discover now