Episode 7

73 18 0
                                    

Sore hari, aku menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan bersama Raesan. Katanya dia butuh beberapa bijih logam untuk kebutuhan di Domo. Jadi aku menemaninya. Selama perjalanan, sejujurnya aku berharap untuk bisa bertemu Druig atau setidaknya Makkari. Tapi sepertinya mereka benar-benar menghargai keputusan Jarda.

Ketika sore semakin beranjak, Raesan sudah mendapatkan semua kebutuhannya dan mengajakku kembali ke Domo. Setibanya di Domo, entah kenapa auranya terasa tidak mengenakkan. Di ruang tengah Jarda berdiri dengan tangan terlipat, Davon dan Austine duduk di belakangnya dalam diam. Ah ya, pasti ada sesuatu yang tidak beres.

"Kuharap kau bisa menjelaskan ini Edlyn" Jarda melempar sesuatu ke hadapanku, benda itu terjatuh di depan kakiku dan terbuka dengan dramatis. itu buku yang kugunakan untuk berkomunikasi dengan Druig. "Apa yang kubilang soal hubungan selain pekerjaan?" Jarda bicara lagi, nada suaranya sama sekali tidak ramah.

"Kamu melarangnya Jarda" jawabku dengan suara lirih kemudian berlutut untuk mengambil buku itu.

"Lalu kenapa kau masih berhubungan dengan si pengendali pikiran itu? Apakah kalian saling berkirim buku itu untuk melawanku?"

"Tentu saja tidak, berkirim buku itu sangat kuno" jawabku sambil masih terus berlutut, pandanganku terpaku ke tanah.

"Edlyn!" Mulai lagi, Jarda sangat suka meneriakkan namaku.

"Dia masuk ke dalam kepalaku agar kami bisa berkomunikasi! kenapa? kau tidak suka?!" Teriakku sambil bangkit berdiri. Entah dari mana aku mendapatkan keberanian itu, tapi aku memutuskan untuk melawan, Davon dan Austine yang duduk di belakang terlihat terkejut.

"Aku sudah melarangmu Edlyn! Kenapa kau malah melakukannya dengan cara lain?!" Jarda balas berteriak.

"Aku tidak peduli Jarda! Sejak dulu, kau suka sekali mencampuri kehidupanku. Dan sekarang kau juga ingin mengusik privasiku. Dari mana kau mendapatkan buku ini? kau menggeledah kamarku kan?!"

Jarda terdiam mendengar pertanyaan terakhirku.

"Aku tahu Edlyn salah Jarda. Tapi kamu juga salah karena menyelinap ke kamarnya" Raesan berkata pelan dari belakangku.

"Sebaiknya kau jangan ikut campur Raesan" kata Jarda dingin.

Entah kenapa aku merasa marah sekali mendengar itu. "Jangan ikut campur katamu? Seorang pemimpin seharusnya selalu siap mendengarkan" nada suaraku menjadi rendah. Aku kemudian melemparkan buku yang sejak tadi kupeluk erat-erat, "Ambil saja ini kalau itu membuatmu senang. Bakar, hancurkan, terserah kau. Aku tidak peduli lagi"

Dengan itu aku berbalik pergi, mulai melangkah meninggalkan Domo. Untungnya Jarda tidak mencegahku. Mungkin dia juga sudah tidak peduli.

Aku akhirnya berakhir di tempat persembunyian lamaku, tempat itu hancur lebur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aku akhirnya berakhir di tempat persembunyian lamaku, tempat itu hancur lebur. Kepingan-kepingan perhiasan yang kusimpan untuk koleksi pribadi bertebaran dimana-mana. Padahal aku sudah tahu apa yang terjadi dengan tempat ini, tapi aku tetap mendatanginya. Tanpa sadar tanganku bergerak ke arah saku, menyentuh pilinan rumit gelang dengan hiasan bijih logam berwarna biru dan merah. Diam-diam aku bersyukur karena selalu membawa gelang itu kemana-mana. Setidaknya benda berharga ini tidak ikut hancur bersama dengan tempat persembunyianku.

C'est la vie [Druig]Where stories live. Discover now