Episode 5

73 13 0
                                    

Edlyn's POV

Pagi hari setelah sarapan, Jarda memanggil tamu kami untuk rapat. Dia menyuruhku untuk membatalkan tugas harianku pagi ini dan berkumpul di ruang pertemuan. Ketika dia menemuiku yang hendak bersiap pergi, ekspresi bersalah sudah tidak ada di wajahnya, tapi suaranya sedikit melembut dari biasanya. Itu memberiku perasaan yang aneh, dan aku sama sekali tidak menyukainya.

Sepuluh menit menunggu, mereka bertiga akhirnya datang ke ruang pertemuan. Entah kenapa mataku otomatis mencari Druig, dia juga sedang mencariku dan mata kami bertemu. Sebelum duduk di tempatnya dia menyempatkan diri untuk melempar senyuman tipis. Tapi sebelum aku sempat membalasnya, Jarda sudah terlebih dahulu memulai pembicaraan.

"Seperti yang kita ketahui, kemarin sempat terjadi kesalahpahaman" katanya sambil menatap Thena, "Salah satu anggota kelompokku hampir celaka karena itu"

Jarda terdiam sebentar kemudian melanjutkan. "Kejadian itu sebagian besar adalah salahku karena aku tidak memberikan sebuah informasi dengan sengaja. Beberapa bulan setelah kami tiba dia planet ini, Austine terluka karena penghuni planet ini. Ini lah yang menyebabkan aku melarangnya untuk menggunakan kekuatan secara berlebihan"

Saat itu aku bisa melihat ekspresi Thena dan Makkari menegas dan tegang, ternyata Druig tidak memberitahu mereka. Aku berterimakasih diam-diam.

"Itu kesalahan yang fatal sekali Jarda. Informasi itu sangat penting untuk membuat keputusan yang benar" Thena menyela dengan tegas, jelas-jelas tidak senang.

Jika sejak awal kami sudah tahu, kami tidak akan memaksa untuk menyerang sarang itu. Tangan Makkari bergerak dengan cepat.

"Oleh karena itu aku akan menebus kesalahan itu" kata Jarda.

"Kumohon Jarda, ini sama sekali bukan keputusan yang bijaksana" Raesan tiba-tiba memegang tangan Jarda dan bicara dengan suara pelan, tapi kami semua bisa mendengarnya. Ada sesuatu yang sangat tidak beres, aku belum pernah melihat Raesan memohon seperti ini. Tapi Jarda segera menepis tangan Raesan, sebelum melanjutkan bicara dia menatap Austine dan pandangannya melembut.

"Mulai hari ini, aku tidak mengizinkan kalian untuk bekerja sama ketika membasmi Deviants. Tapi jangan salah, aku masih menginginkan bantuan kalian, hanya saja tidak dalam satu tim. Kita bekerja masing-masing"

Aku menatap Jarda dengan terluka. Apa maksudnya itu? Kenapa dia bertindak sejauh itu hanya demi Austine? For gods sake dia baik-baik saja! Saat itu entah kenapa Jarda menatap ke arahku, ekspresinya penuh dengan penyesalan, tapi dia kembali bicara, "dan apabila kalian memiliki hubungan khusus dengan anggota kelompokku, kuharap kalian menghentikan itu juga. Kurasa itu tidak penting karena tidak berhubungan dengan misi"

"Apa maksudmu Jarda?!" Aku berteriak tidak terima.

"Ini keputusan final" jawab Jarda dengan tegas. Dia berkata sambil menatapku, tapi nada suaranya ditujukan untuk semua orang. "Kalian semua boleh pergi"

 "Kalian semua boleh pergi"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Druig's POV

Aku tidak ingat bagaimana caranya aku bisa sampai ke Domo kami. Perkataan pemimpin Edlyn masih terus terbayang di dalam kepalaku. Tidak penting katanya, sebagaimanapun aku membenci pemimpin kami Ajak, dia tidak pernah mencoba mencampuri urusan pribadi kami. Tapi pemimpin Edlyn itu, dia mengintervensi urusan pribadi anggota kelompoknya dengan dalih menebus kesalahman. Itu adalah hal paling gila yang pernah kusaksikan.

Lagi-lagi tanpa sadar, aku sudah sampai di depan jendela besar di ruang pertemuan kami. Mataku langsung mencari pohon tempat persembunyian Edlyn, setengah berharap untuk melihat kilatan bijih logam yang beterbangan, sayangnya aku tidak bisa mendapatkan yang kuinginkan. Terakhir kali aku merasa semarah ini, adalah ketika perang di Tenochtitlan.

Saat itu, entah apa yang kupikirkan, pikiranku berkelana ke kepala Edlyn, padahal aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak melakukannya lagi karena dia tidak menyukainya. Tapi itu tetap terjadi, saat ini aku kembali berdiri di kapal mereka, berada di dalam kepala Edlyn.

"Kenapa...kenapa kau melakukan itu Jarda?" Edlyn bertanya dengar suara yang bergetar, aku bisa merasakan air matanya yang sudah membasahi wajahnya.

"Ini demi kebaikan kalian" jawab Pemimpin bernama Jarda itu dengan tegas.

"Kebaikan kami? Jangan konyol, aku tahu kau melakukan itu hanya demi Austine. Bagimu hanya ada Austine, sisanya hanyalah boneka yang bisa kau perintah seenaknya" ketika mengatakan itu, Edlyn mengalihkan pandangannya kepada seorang gadis berambut brunette, gadis itu tersenyum tipis dan mengangguk sekilas.

"Edlyn!" Ketika mendengar itu aku menggeram marah. Orang sialan ini menaikkan suaranya pada anggota kelompoknya lagi.

"Tidak apa Jarda, teruslah berteriak seperti itu padaku. Aku tidak akan menahan diri lagi, i don't fucking care. Perintahlah aku sesukanya, selama aku masih mau jadi boneka yang baik"

"Lyn..." seorang laki-laki yang tampak seumuran dengan Edlyn mendekat, dia memegang bahu Edlyn.

"Tidak Davon. Aku sudah muak" Edlyn menepis tangan laki-laki itu dan mulai berbalik. "Aku pergi, dan jangan cari aku"

"Kamu tidak boleh pergi ke tempat persembunyianmu" Pemimpin Edlyn tiba-tiba bicara, nadanya sudah tidak bersahabat. "Dan seterusnya juga tidak. Setelah ini aku akan menghancurkan tempat itu"

"Jarda! Itu keterlaluan!" Gadis yang dipanggil Austine ikut angkat bicara, wajahnya terlihat sangat marah.

"Kamu tahu Edlyn benci denyutan Domo...kamu sedang mencoba menyiksanya..." seorang anak laki-laki juga ikut bicara dengan takut.

"Kuharap kau tidak serius Jarda" laki-laki tadi berkata dengan nada memperingatkan.

"Masuk ke kamarmu Edlyn" ketika mendengar itu, Edlyn langsung berlari menjauh, tapi dia patuh dan masuk ke kamarnya. Ketika aku bisa merasakan air mata yang semakin banyak, aku kehilangan kontrol. Aku kembali berdiri di ruang pertemuan Domo kami.

Tiba-tiba aku bisa merasakan seseorang menyentuh bahuku, aku menoleh dengan cepat dan menemukan Thena. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi entah kenapa aku bisa tahu kalau dia tidak senang.

"Sepertinya kamu habis melakukan sesuatu yang tidak benar" katanya dengan perlahan. Sial, itu tepat sasaran.

"Aku tidak bisa menahan diri, itu terjadi begitu saja" kataku sambil mengusap rambutku.

"Padahal aku tidak menyuruhmu untuk memberitahu" kata Thena kemudian tersenyum miring. Oh, aku ternyata bodoh sekali.

"Bersabarlah Druig. Kamu memiliki seluruh waktu di dunia" kata Thena sambil menepuk bahuku sekali.

Ketika Thena pergi. Aku kembali melihat ke arah pohon tempat persembunyian Edlyn, ada sebuah ledakan besar di sana. Saat itu adalah pertama kalinya aku merasa semarah itu.

 Saat itu adalah pertama kalinya aku merasa semarah itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
C'est la vie [Druig]Where stories live. Discover now