3. Nona Miko Dan Kuil Fuji

110 22 8
                                    

"Maware maware maware yo

Mizu kuruma maware

Mawatte ohisan yon de koi

Mawatte ohisan yon de koi

Tori mushi kemono kusa ki hana

Haru natsu aki fuyu tsure te koi

Haru natsu aki fuyu tsure te koi"

Hangat, nyaman dan menenangkan. Hanya itu yang terlintas dibenak seorang Kyojurou saat sayup sayup telinganya mendengar lantunan sebuah lagu. Kedua matanya masih terpejam, tapi kesadaran laki-laki itu perlahan mulai kembali.

Kemudian pemandangan pertama yang didapatnya saat membuka mata adalah perapian. Kyojurou belum sepenuhnya mengingat kembali apa yang terjadi dengannya, namun seingatnya ia berakhir jatuh tersungkur, dan hilang kesadaran karena luka lukanya tanpa sempat di tolong oleh siapapun. Mungkinkah ternyata seseorang menolongnya dan membawanya kemari?

Lagu itu masih terus melantun secara berulang, penasaran akan sosok yang terus melantunkan lagu tersebut Kyojurou mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan dan mendapati seorang gadis sedang berdiri ditepian rak, mengambil sesuatu.

Dari sudutnya sekarang, Kyojurou hanya bisa melihat seorang gadis berdiri di dekat rak dengan menggunakan hakama putih merahnya. Rambut gadis itu tampak panjang dan lurus, diikat dengan sebuah pita putih dibagian bawahnya. Penampilan yang sangat khas mencerminkan seorang miko atau pendeta wanita di kuil shinto.

"Argh..." rintihan kecil Kyojurou yang memaksakan kepalanya untuk sedikit menoleh melihat gadis itu lebih jelas, telah menarik atensi si gadis. Ia cepat cepat menoleh ke arah Kyojurou dan lari untuk mendekatinya.

"Kau sudah sadar? Kumohon jangan banyak bergerak dulu, pendarahan mu bisa berlanjut lagi." katanya sambil membantu memperbaiki posisi Kyojurou.

Kyojurou kini kembali berbaring dengan rileks, meskipun sambil menahan sakit yang mencengkeram bagian perutnya. Satu tangan yang masih cukup kuat kemudian ia arahkan pada luka di sisi kiri perutnya, berharap hal itu bisa sedikit mengurangi sakitnya.

"Apa yang terjadi?" satu pertanyaan itu lolos dari bibir Kyojurou. Alasan mengapa ia bertanya demikian, mungkin karena bingung. Ia terbangun dalam kondisi berbaring di dekat perapian disatu rumah. Pakaian laki-laki itu telah ditanggalkan, menyisakan sebuah celana dan selimut yang menjaganya tetap hangat. Diantara lekukan tubuhnya yang penuh otot, terbalut banyak perban dengan aroma tumbuhan herbal.

Gadis tadi menjawab sambil kembali memeriksa denyut nadi ditangan Kyojurou, memastikan laki-laki dihadapannya ini baik baik saja. "Kau nyaris mati membeku tadi, tergeletak dijalanan dengan luka besar diperutmu. Kau beruntung aku sedang disana. Jika tidak, aku bahkan tidak sanggup membayangkannya." jawab gadis itu. Jemari lentiknya dengan sangat hati hati bergerak memeriksa tangan Kyojurou. Sentuhannya terasa lembut dan sangat nyaman, namun tangannya sangat dingin. Kiranya begitu lah yang Kyojurou rasakan.

Sadar sosok gadis di hadapannya bukan lah orang jahat, Kyojurou menerima semua perlakuan gadis itu sambil tersenyum tipis. Untung lah semesta mengirim seseorang membantunya disaat saat kritis.

"Kau bisa tetap berbaring." Mendapati Kyojurou baik baik saja, gadis itu kembali menyelimuti Kyojurou dan beralih memeriksa sebuah kuali yang digantung diatas perapian. Begitu tutup kuali itu dibuka, semerbak aroma sup langsung memenuhi seisi ruangan. Kyojurou jadi makin tidak bisa mengalihkan pandangannya dari gadis yang sedang mengaduk sup itu dengan sendok kayu.

Second Change [Rengoku x OC] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang