10. Mencari Jalan Terbaik

55 16 29
                                    



Hadinata kini sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Dia mengalami gegar otak ringan akibat benturan. Kata dokter tidak akan lama lagi dia akan segera siuman, dan malam ini Awan yang menunggunya di rumah sakit. Cahaya sudah dibawa pulang oleh Langit, bahkan sebelum operas lelaki itui selesai. Sedangkan Pak Wira sedang mengambil keperluan Hadi ke tempat tinggal lelaki itu.

Dari tempatnya duduk, Awan memperhatikan wajah Hadi yang sedang terlelap. Jauh di lubuk hatinya dia merasa iba pada lelaki itu, namun sebagai seorang kakak dia tentu tidak rela jika adiknya disakiti. Terngiang di telinganya ucapan istri pria paruh baya itu, hatinya merasa tidak terima. Mungkin kali ini dia akan menerima saran dari Langit dalam menghadapi masalah ini.

***

Tiba di rumah, Cahaya langsung masuk ke dalam kamar. Namun kali ini Langit langsung mengejar, dia tidak ingin adiknya sendiri menghadapi ini. Terlihat air mata masih terus membasahi kedua pipi si bungsu itu. Hati Langit seperti tercabik melihatnya.

"Ay." Langit bingung harus menghibur dengan cara bagaimana.

"Mas, Aya pengen sendiri, boleh?" pinta gadis itu.

Langit hanya mengangguk, kemudian membelai dan mengecup pucuk kepala sang adik, lalu berjalan keluar dari kamar.

Sepeninggal sang kakak, tangis Cahaya semakin keras, tetapi dia meredamnya dengan bantal.

Kembali terngiang ucapan dari istri ayahnya. Tentang dia yang tidak bersyukur dengan yang semua ayahnya berikan.

Pernahkah mereka tahu, bahwa saat kecil dia sering di tertawakan temannya karena tidak punya ayah?

Cahaya kecil yang selalu iri saat melihat temannya di gendong ayah mereka, dan dia hanya bisa melihat dengan mata membias.

Awan dan Langit berbeda usia cukup jauh darinya, sehingga masa kecil ia lalui nyaris seperti anak tunggal. Kedua kakaknya sudah bekerja saat dia bahkan baru masuk SD dan mereka merantau ke kota lain untuk mengadu nasib. Ibunya hanya seorang buruh harian lepas di sebuah pabrik tekstil kecil di kota itu. Sehingga mereka merasa perlu bekerja keras untuk membantu sang ibu dan setahu Cahaya, ayahnya sudah meninggal semenjak dia bayi.

Banyak hal yang membuat Cahaya sering merasa berbeda dengan orang lain. Hingga suatu hari, tanpa sengaja dia membaca Kartu Keluarga yang baru saja diantar oleh petugas kelurahan. Di sana dia melihat nama ayahnya berbeda dengan kedua kakaknya. Selama ini yang dia tahu, Arya Wirareja adalah ayahnya, namun mengapa dalam Kartu Keluarga ayahnya bernama Hadinata. Siapakah orang itu? Walaupun didera rasa penasaran dia tidak berani bertanya  kepada ibu atau kedua kakaknya

Kebingungan Cahaya semakin bertambah, saat tiba-tiba datang ke rumahnya seorang laki-laki yang mengaku ayahnya. Bukan bahagia,  justru kebingungan yang dia rasakan. Bagaimana bisa orang yang dianggap sudah tiada tiba-tiba datang ke hadapannya. Ditambah sang ibu yang tidak pernah menceritakan apapun tentang hal itu membuatnya bingung harus bersikap bagaimana.

Waktu terus berlalu, terhitung hanya 4 kali lelaki itu datang hingga dia lulus SMA. Merasa penasaran dengan latar belakang dirinya sendiri, mulai lah dia mencari informasi sendiri tentang  siapa Hadinata. Semua terasa menyakitkan baginya setelah tahu tentang lelaki itu, apalagi ternyata lelaki punya keluarga lain dan punya seorang putra. Sempat ada keinginan menanyakan kenyataan yang sebenarnya kepada sang ibu, tetapi melihat kesehatan wanita yang melahirkannya tidak begitu bagus dia pun tidak tega. Dia takut hanya akan menambah beban pikiran atau malah mengorek luka lama di hati sang bunda.

Rasa sakitnya semakin bertambah saat dia berkenalan dengan orang tua Hendra kekasihnya. Siapa sangka Ratmi, ibu dari sang pujaan hati adalah kakak dari mantan calon istri Hadinata, yang batal menikah dengan ayahnya karena di rebut oleh Wening yang tak lain adalah ibunya. Bukannya restu yang ia dapat, malah sederet kisah kelam  yang mereka ceritakan tentang ibu dan ayahnya. Tidak lupa segala caci maki mereka lontarkan kepadanya, padahal dia bahkan tidak tahu apa-apa.

Sebait Asa Di Ujung Senja ( Sudah Terbit)Where stories live. Discover now