Bagian 4: Jangan deket-deket

1.8K 577 21
                                    

Mencurigakan. Haechan terus memperhatikan kakaknya dan Jeno yang terlihat begitu ... dekat? Entah sejak kapan, pasti ada hal yang Haechan lewatkan kemarin-kemarin. Lantas cowok itu menghampiri kedua insan yang sedang bercanda ria di kasir.

"Teh."

"Apa?"

"Haechan mau ngomong, berdua."

Lisa mendelik, lalu kembali memfokuskan diri membuat pesanan pelanggan. "Lo kalo minta tambah gaji mending cari kerjaan lain deh, bisa bangkrut gue gara-gara lo." ucap Lisa.

"Iih teh bukan ituu." rengek Haechan sambil menarik-narik lengan Lisa.

"Jen, lo lanjutin ini persis kayak yang gue ajarin kemarin."

"Oke."

Haechan melirik Jeno dengan sinis lalu menarik tetehnya masuk ke gudang persediaan. Jeno yang mendapat lirikan itu sempat bertanya-tanya, tapi saat dia sadar kalo Haechan itu manusia aneh, jadi dia gak mempermasalahkan hal tadi lagi.

"Teh jangan deket-deket Jeno." ucap Haechan to the point setelah keduanya di gudang. Lisa yang mendengarnya hanya tertawa kecil. "Mulai deh, lo kalo terus larang gue deket sama cowok lo gak bakal punya ponakan yang lucu Chan." gurau Lisa.

"Ih tapi jangan Jeno juga, dia cabangnya banyak."

"Terakhir kali lo nyuruh gue jauhin Eunwoo, lo juga bilang gitu, Eunwoo banyak ceweknya."

"Tapi lo juga nurut jauhin dia kan?"

Lisa memegang kedua bahu Haechan. "Gue jauhin semua cowok yang deket sama gue gak semuanya karena lo, termasuk Eunwoo. Gue jauhin dia gara-gara ngerasa gak pantes aja, dia terlalu perfect."

"Nah Jeno juga terlalu wah buat lo teh, jadi jangan deket-deket ya?"

"Apasih? Gue sama Jeno deket juga bukan karena gue ataupun Jeno saling suka kok, kita punya minat yang sama makanya bisa deket. Lagian lo tau kan, gue—"

Haechan mengangguk. "Tau, cuma jaga-jaga aja. Gue gak mau lo kena masalah dan nyesel kayak waktu itu."

"Udah jangan bahas lagi, yang datang ke Cafe hari ini lumayan banyak. Mending lo bantuin Jeno diluar, jangan ngilang terus. Rugi gue kalo terus ngasih lo gaji sedangkan kerjaan lo bolos terus."

❇❇❇

"Cafe kok lumayan sepi ya?" tanya Haechan sambil bawa cheese cake yang dia ambil tadi. Baru saja dia duduk, tangannya malah dipukul oleh Lisa. "Terus aja makanin semua, kayaknya emang bener deh, kalo gue bangkrut gara-gara lo." kesal Lisa. Sedangkan Jeno hanya jadi penonton aja, jangan lupa juga senyuman manisnya sampe matanya hilang.

"Eh tapi beneran, Cafe kok sepi ya?"

"Gara-gara ada lo."

"Ya udah gue bolos lagi ya?"

"Sok, gaji lo bulan ini gue potong lagi."

"Ck, nyebelin lo teh."

Haechan beranjak, kue nya pun dia bawa pergi menjauh dari Lisa.

"Liat tuh Jen temen lo, pengen banget gue jadiin tumbal buat Cafe baru gue nanti."

"Kalo Haechan gak ada nanti lo nangis lagi."

Lisa menghela nafasnya, dia menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan. "Tau, tapi dia kalo di baikin makin ngelunjak."

Jeno mengusap rambut Lisa. "Yang sabar, Haechan anaknya emang unik."

Lisa menepis pelan tangan Jeno, dia mengangkat wajahnya untuk menatap Jeno. "Lo gak punya adek atau abang gitu?"

"Anak tunggal gue."

"Oh pantes."

"Kenapa emangnya?" tanya Jeno sambil menompang dagu. Lisa berdeham, cewek itu menyandarkan punggungnya. "Keliatan aja, aura lo kayak anak tunggal."

Jeno tergelak.

"Lo juga punya aura anak tunggal, tapi kenapa punya adek?"

"Jen jangan bilang siapa-siapa ya." tiba-tiba aja Lisa berbisik. "Gue sebenernya anak tunggal, tapi orang tua gue mungut Haechan di tong sam—"

"TEH GUE DENGER YA!" teriak Haechan, dari tadi dia emang lagi nguping obrolan Jeno dan Lisa.

"Seru ya punya adek."

"Enggak, kalo adek lo kayak Haechan. Beban banget Jen."

"Teh sumpah gue sakit hati denger nya." Lagi-lagi Haechan menyaut, tangannya dia taruh di dada dengan wajah yang begitu memelas. Bolos kerja, gaji nya di potong. Kerja, di bully terus.

Jeno menggeleng pelan. "Jahat banget lo teh."

"Bercanda Jen, bercanda."

"Haechan nya aja gak ketawa, itu bukan bercanda kali."

"Nah bagus Jen, serang terus!"

"Dih kok gitu?!"




❇❇❇
🤷🏻

Coffee✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora