Chap 33

22.4K 2.2K 64
                                    

Tangan kecil Ziel di tarik oleh William, sedangkan si empu mencoba memberontak melepaskan diri dari sang daddy. Ziel sudah menangis, ia bahkan berteriak mengatakan "Ziel ndak mau di hukum daddy." berulang kali. Awalnya William mengucapkan "Baby harus di hukum karena baby melakukan kesalahan, dan renungkan kesalahan baby agar baby tidak melakukannya lagi." tapi setelahnya William tidak berkata apa apa. Karena merasa percuma, Ziel seakan menulikan telinganya dari apa yang di ucap William.

Akhirnya mereka berdua tiba di depan pintu suatu ruangan yang Ziel sendiri belum tau ruangan apa itu. Pintu tersebut di buka oleh William, dapat di lihat ruangan yang gelap di dalamnya. Mungkin itu adalah gudang. Ziel di masukan ke dalam oleh William.

"Ingat baby, renungkan kesalahan yang sudah kamu lakukan pagi tadi. Dan berhentilah menangis, daddy akan membukakan pintunya lagi tiga jam ke depan, mengerti!?" Tegas William.

"Daddy jangan tinggalin Ziel dicini... Maaf daddy... Jangan hukum Ziel..." Pinta Ziel namun tak di indahkan oleh William, dengan segera William menutup serta mengunci gudang tersebut dan meninggalkan si bungsu yang semakin kencang tangisannya.

"Huaaa.... Daddy... Ziel takut... Huaaa... Ampun daddy... Ampun.... Ziel ndak nakal lagi... Buka pintunya huaaaa...."

Ziel yang sedari tadi berteriak dan menangis, kini memilih untuk duduk di depan pintu, ia merasa lelah dan juga haus. Ziel ingin sekali minum susu sekarang.
Kedua mata Ziel terpejam hingga akhirnya ia terlelap tidur dengan ibu jari yang ia hisap.

Tiga jam sudah berlalu, William datang ke gudang untuk mengeluarkan anak nakalnya. Namun pintunya terhalang sesuatu dari dalam, sehingga William tidak bisa membuka pintu tersebut. Sebenarnya, mudah saja bagi William mendorongnya agar pintu terbuka lebar, tapi ia berpikir bagaimana jika bungsunya yang berada di balik pintu tersebut.

"Baby... Ini daddy, baby mau keluar tidak? Baby..." Ucap William selembut mungkin.

Ziel terbangun karena mendengar suara William, dengan segera ia berdiri dan mencoba membuka pintu. Kedua mata Ziel berbinar kala pintu dapat ia buka. William yang melihat anak bungsunya itu dengan segera menggendongnya.

"Daddy nakal... Ziel gak cayang lagi sama daddy... Ziel mau sama mommy aja..." Rengek Ziel di dalam gendongan koala sang daddy.

"Mommy belum pulang, yang ada cuma daddy, oma, sama opa. Dan daddy tidak nakal." Ucap William di akhiri dengan mengecup bibir Ziel yang ia majukan.

"Bagaimana hukumannya baby? Sudah menyesali apa yang baby perbuat?" Tanya Bryan setelah melihat William menggendong Ziel yang sudah memasuki ruangan keluarga.

"Ziel gak mau di hukum lagi, takut..."

"Ya ampun cucu oma, matanya sampai bengkak begini." Ujar Clara sambil mengusap lembut surai Ziel.

"Omaaa...." Rengek Ziel dengan merentangkan kedua tangannya. Clara terkekeh, ia mengerti maksud dari cucu bungsunya ini. Dengan segera Clara menggendong tubuh kecil Ziel.

"Haduuh cucu oma makin gendut ya, udah berat sekarang di gendongnya..."

"Omaa... Daddy nakal, Ziel tadi di kulung di gudang, Ziel takut oma, gelap..." Adu Ziel.

"Lain kali baby jangan nakal lagi ya biar gak di hukum sama daddy. Baby kalau mau main bilang dulu ke daddy atau mommy, opa, oma, abang atau kakak. Baby harus meminta izin dulu, kalau tidak minta izin terus tau tau ada yang culik baby lagi gimana? Baby mau di culik lagi terus di bawa ke tempat yang seram seperti itu lagi?" Ziel menggelengkan kepalanya ribut. "Kalau gak mau, baby harus nurut ya.. Jangan seperti itu lagi. Kita semua disini sayang sama baby dan tidak mau baby terluka."

"Iya oma... Maafin Ziel ya... Daddy, opa, maafin Ziel ya... Ziel janji gak nakal lagi seperti tadi." Ujar Ziel menatap satu persatu orang yang berada disana.

Baby Ziel (Ended)Where stories live. Discover now