BAB 22

6.7K 356 1
                                    

YUGA POV
 
Dimohon kehadirannya Brigjen Burhan Dharmawan beserta istri untuk menempati tempat yang telah disediakan.”
 
Ketika MC sudah bicara seperti itu, berarti acara akan segera dimulai. Kami pun sudah bersiap dan menunggu kedatangan pemimpin lama dan yang baru.
 
Aku membuka handphone dan membalas beberapa chat penting yang masuk. Anggota ku baru saja menangkap gembong narkoba dan sudah membawanya ke Polres Palembang.
 
Ketika Brigjen Burhan dan pemimpin yang baru datang beserta istri, ada satu pemandangan yang tak bisa kualihkan. Beberapa saat setelah Bapak dan Ibu Kapolda yang baru datang, staff Polda, dan juga ajudan, aku melihat seorang gadis yang sangat cantik dengan balutan busana yang sangat pas.

Aku sempat tersentak karena mengetahui bahwa Alina adalah anak dari Brigjen Burhan. Yang tak lain adalah sahabat Papa. Aku harus kroscek nih.
 
Kecantikannya benar benar membiusku. Aku menjadi tergagu. Banyak yang meminta foto dengannya. Siapa yang menolak. Dia sangat cantik. Sangat ramah. Bapak bapak polisi, PNS bahkan Ibu ibu bhayangkari juga banyak yang meminta foto dengannya.
 
Aku geram.. kenapa banyak sekali laki laki yang ingin foto dengannya. Aku ingin sekali merusak suasana foto foto itu. Aku ingin menarik gadis itu. Tapi apa daya.
 
Perempuan itu melihat ke aku. Syukurlah. Dia mengetahui keberadaanku.
 
Ketika acara ramah tamah diumumkan akan segera dimulai, aku tidak bisa fokus ke lain hal melainkan hanya perempuan yang tidak hanya membuatku jatuh cinta. Tapi sudah mampu membuatku jatuh hati.
 
Alina Betari.
 
Kini Alina maju dijemput oleh mamanya. Sungguh pemandangan yang sangat indah.
 
“Cantik brader..” Ujar rekan di sebelahku.
 
“Iya.” Aku hanya menjawab asal dengan terus menatap Alina yang dikenalkan oleh orang tuanya. Aku meng capture dirinya dan segera mengirim ke Alina.
 
“Gaet braderrr.. jangan sampe lepas.” Ujar rekan ku yang lain.
 
Nggak akan kupelaskan. Karena hatiku sudah melekat didirinya. Hatiku ingin memiliki Alina Betari.
 
 
Acara ramah tamah beralih menjadi acara makan siang. Aku nggak melihat Alina yang ikut berada di barisan papa mamanya. Aku mencari di keramaian anggota yang mengambil makan. Aku tahu, pasti Alina nggak akan makan berat. Lalu mataku beralih ke meja kudapan dan minuman.
 
Tepat sekali. Aku melihat Alina sedang minum dan sepertinya akan mengambil puding. Aku mengambil puding dari pramusaji yang membawa puding dengan kereta dorongnya. Kudekati Alina dan..
 
“Alina..”
 
“Mas Yuga.” Alina melihatku dengan mata membulat. Mungkin ia masih terkejut dengan kedatanganku seperti aku yang juga terkejut dengan kedatangannya tadi ketika berjalan memasuki tempat acara.
 
“Apa kabar?” Aku mengucapkan kalimat itu berbarengan juga dengan Alina yang bertanya kabar.
 
“Mas dulu deh..”
 
Ladies first.” Aku memberinya kesempatan untuk berbicara sembari memberi puding yang sudah kubawa. Aku mencari tempat duduk supaya Alina merasa nyaman.
 
“Ehm.. kabar aku baik, Mas, Alhamdulillah. Mas sendiri gimana kabarnya?”
 
“Alhamdulillah. Kabar mas baik. Duduk disana yuk.” Aku mengajaknya duduk tidak jauh dari meja prasmanan.
 
“Alina baru tahu lho kalau Mas Yuga itu Polisi. Ya, nggak baru baru juga sih. Waktu Alina mampir ke rumah orang tua Mas Yuga.”
 
“Oh ya?” Kembali aku sedikit terkejut dengan penuturannya. Berarti selama ini Ferni maupun mama atau papa nggak memberitahu pekerjaanku ke Alina.
 
“Iya, waktu itu, kira kira 2 bulan yang lalu. Alina dateng ke rumah orang tua Mas. Alina anter Ferni pulang. Karna waktu itu Ferni nggak bawa mobil trus Alina lihat dia di halte. Nunggu temen temennya. Mana hujan pula waktu itu. Kebetulan Alina lewat yaudah Alina ajak bareng.” Aku tersenyum mendengarnya berbicara. Sambil tersenyum ia menjelaskan segala ke baru tahuan nya itu. Nggak, aku nggak tersinggung. Aku nggak masalah. Aku senang bisa bertemu lagi dan berdekatan lagi dengannya. Melihat lagi wajahnya. Dan mencium lagi aroma white musk nya. Dan ingin rasanya aku mencium bibir kenyal dan manisnya.
Oh tidak... hentikan pikiranmu itu, Yuga!
 
“Terimakasih ya Alina, sudah sangat perhatian ke keluarga Mas Yuga. Maaf yaa Ferni suka ngerepotin kamu.”
 
“Santai aja Mas.” Alina melambaikan tangannya. Mulutnya masih penuh dengan puding yang aku kasih tadi.
 
“Dimakan aja dulu.” Aku senyum sambil mengelap sisa puding dekat bibirnya. Gemas. Aku nggak tahan jika harus berdekatan begini.
 
Tuhan.. Jodohkan aku dengan wanita ini.
 
Untung saja MC segera menginfokan bahwa acara ramah tamah akan segera selesai. Aku kembali ke meja ku sedangkan Alina kembali ke depan dengan orang tuanya.
 
Ketika acara ramah tamah selesai, aku dan semua anggota polisi berbaris hingga menuju mobil Bapak Brigjen Burhan. Aku meminta ijin kepada pimpinan yang baru untuk berada di dekat mobil pribadi Bapak Burhan. Dengan cepat beliau mengiyakan permintaan ku.
 
Aku melihat Alina mengatupkan tangan memposisikan tepat didadanya. Ia tersenyum ramah dan sesekali menyapa ke orang yang  telah ia kenal. Begitulah Alina, cantik, ramah, pintar dan sangat baik.
 
Brigjen Burhan dan istri semakin mendekat ke arahku. Setelah beliau menjabat tangan ke penggantinya dengan berani aku pun menjabat tanganku ke beliau. Beliau membalas jabatan tanganku. Seketika aku mendadak kaku. Tanganku dingin. Keringat dingin sudah membasahiku.
 
Yang benar saja, seorang AKP memberanikan diri menjabat tangan langsung kepada seorang Jendral bintang satu. Apalagi aku juga memiliki maksud yang lain.
 
“AKP Yuga. Sebentar lagi kamu akan naik pangkat jadi KOMPOL. Bekerjalah sebaik baiknya. Bawa nama baik kesatuan. Bekerja dengan tulus dan hargai anggotamu.” Ucap beliau yang akan aku ingat.
 
“Siap Jendral!” Aku melirik ke Alina.
 
“Mohon ijin Jendral...” Dengan mulut yang masih terasa kaku, aku memberanikan diri memanggil seorang Brigjen. Kurang ajar seperti aku ini. Tapi aku nggak peduli.
 
“Iya...” Brigjen Burhan kembali ke tempatnya dan melihat ke arahku.
 
“Ijin kan saya mengantar adinda Alina ke kediaman.” Kulihat Brigjen Burhan tersenyum. Bantu aku Tuhan. Kuatkan kakiku. Karena aku sudah lemas. Dan aku sedikit gemetar.
 
“Antarkan anak saya, sampai hotel tempat kami menginap dengan selamat. Bisa AKP Yuga!” Titah Brigjen Burhan sambil menepuk pundakku.
 
Luntur sudah semua kekakuan di badanku. Darahku semakin menghangat. Aku langsung hormat kepada Brigjen Burhan yang sudah mengijinkanku dan mempercayakan anaknya padaku.
 
“Siap Jendral. Laksanakan!” Brigjen Burhan langsung masuk ke dalam mobil. Beliau melambaikan tangan ke anggota polisi lainnya sebagai salam perpisahan. Aku melirik ke Alina. Sebentar lagi ya Alina. Aku tersenyum dan sebagai anggota polisi yang sedang menggunakan seragam polisi, aku dan beberapa rekanku kembali memberikan hormat terakhir.
 
Aku memberanikan diri mempimpin penghormatan terakahir lalu aku oin mengucapkan dengan lantang, “ HORMAT GRAK!” Pejabat yang baru, anggota polisi yang lain dan tak terkecuali aku pun memberi penghormatan terakhir. Ketika mobil berlalu kembali kuteriakkan, “TEGAK GRAK!”
 
Aku tahu apa yang akan aku dapatkan setelah ini. Aku bisa membayangkannya. Persetan. Yang terpenting aku sudah mendapat ijin dari Brigjen Burhan.
 
“Yuga, hati hati mengantar Alina ya. Baik baik lah. Jaga nama baik orang tuanya.” Ujar pimpinan ku yang baru saja menjabat ini.
 
“Siap Jendral!” Beliupun berlalu.
 
Aku melihat Alina yang sudah banyak mendapat sapaan dan pertanyaan dari orang orang yang mengerumuninya.
 
Aku nggak tega melihat Alina yang seakan terkepung dengan wartawan gadungan. Aku segera menarik tangannya dan ia mengikutiku. Berbagai teriakan dan seruan dari rekan rekan maupun anggota terus berdatangan. Aku pun mempercepat langkahku hingga masuk ke mobil.

Jatuh Hati (TAMAT✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang