Bab 1 : Graduation Day

4.6K 170 118
                                    

1. Graduation Day

"Kita yang dulu dipertemukan oleh pendidikan. Kini harus berpisah karena perbedaan impian."

Kalam Cinta Pak Tentara
By Ifa Arifa

Hari yang dinanti kini telah tiba, semua tampak mengulas senyuman yang indah nan menawan. Kisah yang dulunya terukir sangat indah, kini hanya menjadi sebuah kenangan yang akan selalu tersimpan dalam benak ingatan. Perpisahan bukan akhir dari segalanya, mungkin ini adalah awal dari permasalahan yang baru.

"Happy graduation." ucapan itu selalu saja terdengar dengan begitu merdu. Namun mampu memberikan rasa haru.

Aku duduk di kursi yang sudah berjejer rapi di dalam aula. Samping kananku ada Adiba Mikola dan samping kiriku ada Beniqno Sanjaya. Acara saat ini sudah memasuki penutup. Jadi tinggal beberapa menit lagi akan berakhir. Huft melelahkan.

"Lisa, lihat itu!" ujar Marisa yang berada dibelakangku sambil menunjuk ke arah ambang pintu. Hal itu membuat aku ikut menoleh ke belakang. Seseorang itu tersenyum kearah ku sambil membawa buket bunga dan ada juga boneka.

Aku mengejapkan mata beberapa kali, oh mungkinkah itu dia?

"Saya selaku pemandu acara pamit undur diri. Kurang lebihnya mohon maaf, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." suara tepuk tangan begitu menggema di sepanjang ruangan.

Setelah semuanya berpencar aku masih setia duduk di kursi, bercanda ria bersama dengan Indri dan juga Febri.

"Selamat Hari Kelulusan." aku tersentak kaget, di depanku sudah ada buket bunga dan ada juga boneka wisuda.

Aku berdiri sambil tersenyum kearahnya dengan sangat manis. "Terima kasih." kataku dengan begitu tulus. 

"Ayo foto bersamaku!" ajaknya dan aku hanya menganggukinya.

Tepat satu tahun yang lalu moment ini terulang lagi, dulu aku yang membawa buket untuknya tapi kini, dia yang membawakan buket itu untukku.

Al Azhar Baihaqi, itulah nama yang sudah singgah dihati tiga tahun lamanya. Dia yang mengajariku tentang perjuangan dan juga tentang kesabaran.

Aku menatap ke arahnya, "Katanya enggak bisa datang?" tanyaku dengan sedikit kesal. Sangat kesal, dia membohongiku teman.

"Aku selalu mengusahakan apapun itu demi kamu." jawabnya sambil memasukkan helaian rambut kedalam kerudung yang kukenakan.

"Maaf, aku terlalu egois. Sebenarnya aku enggak masalah kalau kamu enggak datang kak, lagipula kamu juga sibuk dengan bisnis dan kuliahmu itu." sahutku dengan merasa bersalah.

Dia justru terkekeh pelan, "Kamu tidak egois, tidak masalah aku datang kesini. Aku juga bisa berkunjung ke rumah paman sekalian." balasnya membuat aku tidak bisa menahan senyuman. Tentu tidak salah aku pernah memperjuangkannya.

"Akhem, dunia serasa milik berdua, yang lain mah numpang." celetuk kak Riko yang menjadi fotograferku dan kak Al. Lebih tepatnya dia teman sekolah kak Al, serta kakak kelasku saat masih SMA.

"Bener nih ya kak, yang lain mah cuma numpang." sindir Indri, menghantarkan gelak tawa.

"Pulang ya, setelah itu kamu ganti baju. Aku mau ajak kamu ke rumah paman." aku pun hanya menganggukkan kepala dengan patuh.

Kalam Cinta Pak Tentara (Sudah Terbit) Where stories live. Discover now