Bab 8 : Gara-gara Kemoceng

2.1K 135 12
                                    

8. Gara-gara Kemoceng

"Ku kira menyenangkan, ternyata sangat menyebalkan."

~Kalam Cinta Pak Tentara~

Story by Ifa Arifa

Hari weekend adalah hari yang paling dinanti oleh semua orang untuk melepas penat. Sama halnya seperti aku yang berstatus sebagai seorang mahasiswi pastinya hari Minggu akan menjadi hari paling terfavorit.

Namun, tidak untuk kali ini. Justru hari ini digunakan untuk membersihkan rumah. Tidak aku tidak membersihkannya sendiri, melainkan di bantu oleh sang kapten kesayangan.

"Kak Faren meja nya banyak debu, nanti kakak yang bersihin ya. Aku mau jemur pakaian dulu." teriakku yang sudah berjalan ke arah pintu belakang rumah.

Setelah selesai menjemur pakaian, aku langsung duduk selonjoran di lantai depan meja. Meregangkan otot yang rasanya sangat kaku dan pegal. Mataku yang awalnya terpejam langsung terbuka sempurna, ketika tanganku tanpa sengaja menyentuh barang yang sangat lembut. Semoga saja pikiranku salah.

Aku mengambil benda itu dengan pelan, diiringi oleh detak jantung yang tak karuan. Perasaan tidak enak sudah membuncah.

"Aaaa!" teriakku sambil membuang benda sialan itu.

Napasku memburu bahkan air mata juga ikut merembes keluar, tuh kan perasaanku memang tidak pernah salah.

"Kenapa?" tanya kak Faren yang datang dengan berlari. Jangan lupakan raut wajahnya terlihat khawatir.

Aku langsung berdiri dan memeluknya dengan sangat erat.

"Hei, kenapa?" tanyanya sambil menghapus jejak air mataku.

"Takut itu." tunjukkan pada kemoceng bulu ayam yang sudah tergelak di lantai. Rasanya aku sangat malas jika menyebutkan nama benda itu.

Kak Faren melepaskan pelukan kami, pria itu mengambil benda yang hampir saja membuat aku mati berdiri.

"Kamu takut sama kemoceng ini?" tanyanya sambil berjalan mendekatiku dengan kemoceng yang berada di tangannya.

Aku beringsut mundur, sambil menahan tangis.

"Hei, ini bahkan tidak menggigit sama sekali." ujarnya membuat aku menatap tajam ke arahnya, namun dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Kak Faren, bisa enggak sih dibuang aja benda itu." balasku dengan nada ketus.

Pria itu menaikkan salah satu alisnya. "Kan saya baru saja membelinya, masak harus dibuang gitu aja. Mubazir dong."

"Terserah." pasrahku.

"Kak, please jangan dekatkan benda itu ke aku." mohonku.

"Ini enggak gigit, Analisa. Coba kamu pegang, bahkan ini sangat lembut."

"Aku takut." ungkapku dengan kaki yang sudah melemas. Aku terduduk di lantai sambil menatapnya dengan sendu.

Kak Faren langsung membuang benda sialan itu ke sembarang arah. Dia mendekat ke arahku dan mendekapku serta menenangkanku.

"Saya minta maaf, saya tidak tahu kalau kamu benar-benar takut sama kemoceng bulu itu." aku semakin menangis dengan kencang, kenapa sih harus banget nyebutin nama benda itu.

"Please, stop sebutin nama benda sialan itu." pintaku dengan mata sudah berair.

"Dari kapan kamu takut sama benda itu?"

"Udah dari kecil."

Setelah kejadian tadi, aku tidak banyak bicara seperti biasa. Rasanya bahkan tidak bisa aku jabarkan sama sekali. Hari yang aku pikir menyenangkan ternyata sangat menyebalkan.

Kalam Cinta Pak Tentara (Sudah Terbit) Where stories live. Discover now