2: Keringat Cowok Jantan

11.9K 293 16
                                    


Meski Ido punya lebih banyak rambut tubuh dibandingkan Kail, tetapi dia tak punya otot sebesar Kail.

Ido enggak kurus. Sumpah. Badannya tetap berisi, tetap ada ototnya, tetap jantan dan gagah, malah badannya lebih besar dari badanku, tapi memang lebih kecil dibandingkan Kail. Kalau Ido berjejer di samping Kail, semua orang setuju Kail lebih berotot. Padahal Ido juga lumayan kekar hasil kerja nguli jadi sopir.

"Cewek-cewek kayaknya lebih suka cowok kekar kayak Bang Kail. Ya kagak, sih?" Ido bersandar di konter, tepat di sampingku. Dia melipat lengan di depan dada, sambil matanya menerawang ke langit-langit dapur.

"Iya, mungkin, ya. Tapi aku bukan orang yang tepat buat ditanyain soal otot, Bang. Justru nanyanya harus ke Bang Kail."

"Hehehe. Gue malu, anjir." Ido menyikutku sambil terkekeh. "Entar gue dikira pengin kayak dia."

"Lah, memang pengin kayak Bang Kail kan barusan?"

"Jiaaah, enggak usah keras-keras, napa dah!" Ido meletakkan telunjuknya depan mulutku. "Entar sebelum ngorok, bantu gue lah Bang cari cara gedein otot. Kali aja Abang pengin gedein juga gitu? Kita bisa diem-diem latihan sampe otot gede. Tapi jangan di-gym tempat Bang Kail nge-gym. Pake cara-cara tanpa nge-gym aja. Pan ada yak di Youtube, lima menit latihan untuk perut six pack. Abang nih pasti jago searching-searching-nya!"

Dengan sok akrab, Ido merangkulku. Aku jadi bisa mencium aromanya yang khas dan maskulin. Aku jadi salah tingkah. Sedari tadi aku membolak-balik sandwich sampai gosong.

Karena hatiku sedang meleleh didekap kayak begini, aku hanya menjawab, "Iya."

"Pan kata Ibu kita bakal trip bareng tuh ke Sumatera. Diem-diem aja lah, Bang, kita angkat beban. Angkat ban truk, kek. Angkat truknya, kek. Okeh?"

"I-iya."

Asu! Kenapa aku harus dipeluk dalam kehangatanmu, sih Bang?! Sekarang aku harus nempelin perut ke konter, nih. Biar enggak ketahuan ngaceng.

"Masak apaan nih, Bang?"

Karena pikiran dan selangkanganku sedang kacau, kuambil jalan darurat saja. "Mau?"

"Mau, Bang. Hehehe."

"Ya udah duduk sana. Aku bikinin."

Yang penting kami tidak membahas apa pun yang seksi, ya Allah ya Gusti! Sudah cukup hari ini aku pingsan karena dipasangkan dengan Ido dan Kail dalam perjalanan nanti. Jangan ditambah dengan ketek dan otot. Itu kan hal-hal sensitif yang bisa membuat kontol menyemburkan sperma seperti lava.

Apa aku sanggup ya menghadapi perjalanan panjang ke Sumatera itu?

[ ... ]

Mungkin aku enggak sanggup.

Mungkin aku mengundurkan diri saja.

Ido menginap satu ranjang bersamaku saja sukses membuatku terjaga semalaman.

Aku merasa kepribadianku berubah ketika disituasikan bersama Ido di dalam kamarku, dengan konteks "tidur bareng". Sebelumnya, kami tak pernah seperti ini. Biasanya akan selalu ada Kail di sekitar, enggak pernah terisolasi berdua saja. Aku yang biasanya aktif membalas obrolan mereka, mendadak menjawab pendek-pendek.

"Push rank?"

"Ya."

"Mage?"

"Ya."

"Abang berat badan berapa kilogram, dah?"

"Ya."

"Hah?"

Dua Sopir GantengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang