14: Hayang Dibetot Sia Kanjutna?!

4.1K 249 35
                                    


Terima kasih banyak atas pembelian seri Gairah Arya di Karyakarsa. Sesuai janji saya, terlampir part terbaru Dua Sopir Ganteng, ada empat part: 14, 15, 16, dan 17. Pada saat bersamaan, saya juga menjual satu PDF berbayar seri Gairah Arya yang terbaru, judulnya:

KELAS KHUSUS PAK DOSEN

Bercerita tentang pengalaman Arya menemukan dosen pembimbingnya yang ganteng ternyata sedang meneliti tentang female domination. Dan melalui Aryalah dosbing kekar itu "bertualang".

Silakan beli PDF-nya seharga Rp15.000 di www dot karyakarsa dot com garismiring bocahtitipan. Jangan lupa follow dulu akun saya, supaya kalau ada upload cerita baru di Karyakarsa, kamu bisa dapat notifnya. Akun saya tersebut tidak bisa di-search Karyakarsa, hanya bisa diakses melalui penulisan link di atas. Ada banyak pilihan PDF berbayar lain di sana.

Untuk unlock part 18 cerita ini, saya pasang goal di Karyakarsa. Goal tersebut akan bergerak maju setiap ada pembelian seri Gairah Arya dan Extra Part Dua Sopir Ganteng. Begitu goal terpenuhi, part 18 bisa langsung di-upload. 

Untuk sekarang, silakan nikmati sajian Dua Sopir Ganteng yang terbaru, ya.

Selamat membaca!


============


Apakah konflik bersama bajing luncat itu selesai sampai sana?

Tentu tidak.

Kupikir, menakut-nakuti tentang homoseksual akan membuat mereka kapok dan pergi selamanya. Namun nyatanya, tiga unit sepeda motor membuntuti kami sekitar pukul delapan malam, ketika kami sudah melewati Prabumulih, menyusuri jalan yang lumayan sepi dari lalu lintas, menuju Muara Enim.

Oke, kuceritakan dulu dengan singkat apa yang terjadi setelah adegan ciuman itu.

Aku dan Kail kembali ke truk dengan segera. Kusuruh Ido membeli air mineral, obat luka, perban, apa pun yang ada di minimarket SPBU, untuk merawat Kail. Aku merawat luka Kail di jok belakang dan memintanya istirahat sepanjang perjalanan menuju Bengkulu. Aku juga harus menenangkan Ido yang ngamuk-ngamuk karena bajing luncat itu kembali untuk menyerang Kail.

"BANGSAT! TAI, MEREKA! GUE BIKIN MAMPUS, ANJING!" TOOOOOOTTT ...!!! Ido menekan klakson truk dengan volume keras, membuat burung-burung beterbangan dari pepohonan dan semua orang di SPBU maupun rumah makan menoleh ke arah truk kami.

Terpaksa kujewer telinga Ido supaya dia tidak berbuat konyol. Kail bahkan menampar pipi Ido dengan keras, PLAK! Lalu, dengan bijak berkata, "Tong emosi, Do. Moal guna kamu marah-marah ."

"Abang kenapa kagak minta tolong, sik?!"

"Terus ambil risiko kita berdua bonyok siga saya ayeuna, kitu?!"

"Tapi—"

PLAK! Digeplak lagi dan Ido pun diam.

"Saya yang nyetir!" ungkap Kail seraya bangkit dari jok belakang.

"Kagak usah! Gue aja!" balas Ido, agak bersungut-sungut.

"Mun kamu masih emosi kitu, enggak boleh nyetir! Inget kata Ibu, saya kepala sopirna. Kamu téh harus nurut."

"Tapi Abang babak belur gini, anjir! Gimana nyetirnya, dah?!"

"Saya mah babak belurna fisik. Mun kamu babak belurna di dalam hati. Marah-marah. Dendam. Emosi. Bisa-bisa kamu bawa ieu treuk ka jurang. Udah, sana!"

Dua Sopir GantengWhere stories live. Discover now