19. Akhir Babak Pertama (Rahasia)

339 63 143
                                    

"Mbak, Jendra kenapa sih?" Tanya Bella tiba-tiba ketika aku sedang sibuk dengan segala urusan perizinan acara , tiba-tiba Bella asistenku malah mengajak bergibah.

Aku memandang ke arah meja Jendra, aura kegelapan segera menyelimuti meja kecil yang biasanya cerah penuh semangat itu. Dari tadi aku bahkan tidak mendengarnya berbicara atau bersenandung. Aku melirik meja di seberang Jendra, Tara juga asik dengan laptopnya, tapi tidak ada yang berbeda dengannya, dia tetap lincah dan ceria seperti biasanya.

Ck! Dasar tidak peka!

Gumamku sendiri

"Eh apa mbak?" Tanya bela yang mungkin mendengar gumamanku

"Nggak kok Bel, hmmm lagi sedih kali Jendranya, nanti kamu jangan lupa ajak dia makan siang"

"Oke mbak, duitnya?"

"Hish!" Ujarku sambil mengambil dompet sementara dia tertawa.

💎💎💎💎💎

FLASH BACK ON

Aku berlari bersama Malik ke lantai dua , tempat kamar Kenar dan Hagi berada, aku menyeruak di antara kerumunan yang hanya bisa melihat keributan itu.

Kamar Hagi sudah seperti kapal pecah , Kenar memukulinya tanpa ampun dan Hagi sama sekali tidak berusaha untuk membalasnya.

Aku sering takut pada Kenar, tapi malam ini adalah puncaknya. Dia begitu kehilangan kendali hingga tidak ada satu orang pun yang berani menghalanginya.

"KENAR!!!" Aku menjerit dan berusaha menahannya untuk memukuli Hagi, aku memberanikan diri menariknya dengan melingkarkan kedua tanganku ke pinggangnya.

Aku benar-benar tidak tahu apa permasalahannya kali ini , bermacam teori bermunculan di otakku.

"Kenar stop! Berhenti pukulin Hagi! Please..." Aku memejamkan mataku , merangkulnya dengan erat, berharap dia berhenti dari kegilaan ini.

Dia benar-benar berhenti , nafasnya terengah , aku melihat Hagi yang sudah tidak karuan tergeletak lemah , namun aku pastikan dia masih sadar.

"Bajingan ..." Kata Kenar lemah sambil melemparkan sebuah buku tabungan beserta kartu ATM dari sakunya ke arah Hagi.

Bulu kudukku meremah, aku menatap Hagi, dia hanya mengangguk lemah padaku, aku mengerti instruksi singkatnya, dengan panik aku mengikuti Kenar keluar kamar, tidak ada yang berani menegur Kenar.

"Malik, bawa Hagi ke rumah sakit" Kataku setengah berbisik di belakang Kenar, aku sungguh mengkhawatirkan keadaan Hagi, juga Kenar.

Ini sungguh mimpi buruk

Aku mengikuti Kenar masuk ke kamarnya dan menutup pintu pelan, aku berusaha sebisa mungkin tidak membuat emosinya terpancing dan memberi kesempatan Malik dan teman-teman lainnya untuk membawa Hagi ke rumah sakit.

Kenar duduk di ranjangnya dan mengatur nafasnya yang menderu, matanya merah, dan bibirnya bergetar.

Aku hanya menemaninya duduk di sampingnya tanpa bertanya ada apa.

Aku sungguh bingung dengan situasi tidak terduga ini.

"Brengsek!" Umpatnya lagi dengan nafas yang tersengal.

Kenar masih terengah-engah dan aku memberanikan diri mengelus punggung lebarnya.

Dia menatapku, wajahnya berubah sendu,

"Aku harus gimana Chi, kepalaku mau pecah rasanya ..." Ucapnya terbata sambil mengusap kasar wajahnya

"Ken, ini tentang apa?" Aku memberanikan diri bertanya,

Tiga Babak (Selesai)Where stories live. Discover now