The Missing Pieces of Past

325 11 0
                                    

🎶Song : Sarah Barrios, Eric Nam - Have We Met Before🎶

-----

'Meski sudah lama tak bertemu, hatiku bisa merasakan keberadaanmu di dekatku.'

- Elvaro





Masih ingatkah kalian dengan Elvaro? Adik lelaki Elvaretta?

Di kisah Elvaretta, Elvaro masih seorang remaja berumur 18 tahun. Saat ini, ia tumbuh menjadi pria dewasa. Tubuhnya yang tegap, otot bisep yang menonjol, dan tentunya ketampanan yang tak usah diragukan lagi dari dulu. Banyak yang mengagumi dirinya, termasuk karyawan wanita yang bekerja di perusahaannya. Jomblo, janda, maupun yang sudah bersuami. Tetapi herannya, ada satu yang tak pernah meliriknya sama sekali. Sekretarisnya. Entah seberapa tinggi tipe lelaki idamannya.

Elvaro berjalan sempoyongan melewati ruangan sekretarisnya itu. Namun, tiba-tiba ia berhenti. Ia mengecek jam tangannya. Matanya terus berkedip karena tak kunjung fokus.

"Jam delapan lebih lima belas menit," gumamnya.

Elvaro menoleh, menatap pintu yang gantungan kayunya bertuliskan 'Secretary's Room'. Ruangan itu masih menyala lampunya. Mungkin lupa untuk mematikan lampu, pikirnya.

Elvaro pun berjalan mendekati ruangan itu lalu membuka pintunya tanpa mengetuk terlebih dahulu.

"Astaga!" Elvaro terkejut ternyata masih ada orang di dalam. Tangannya bahkan sudah bersiap untuk mematikan saklar lampu.

Sekretarisnya terlihat seperti ingin mengumpat, namun saat melihat siapa dalangnya, wanita itu langsung berdiri dari duduknya. Sedangkan Elvaro berdehem, ia jadi merasa canggung. Apalagi melihat penampilan sekretarisnya yang acak-acakan. Dia juga malu karena memperlihatkan muka khas orang yang baru saja bangun tidur.

"A-ada apa, pak? Ada yang bisa saya bantu?"

"Kenapa kamu belum pulang? Ini sudah terlalu larut."

Wanita itu menyengir, menunjukkan deretan giginya yang rapi. "Banyak yang harus saya kerjakan, pak"

"Kerja keras buat nyari uang itu boleh. Tapi jangan dipaksain kayak gini. Kalau kamu sakit, bagaimana caranya uang itu berada di tanganmu?"

"Maaf" cicitnya.

"Kamu gak salah kok. Saya hanya mengingatkanmu." Wanita itu hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

"Bapak sendiri kenapa gak pulang-pulang?"

"Karena saya kerja." Wanita itu membuka mulutnya, ingin membalas si pak boss. Dengan cepat, Elvaro melanjutkan kalimatnya, "Kerjaan saya sudah beres. Tapi saya tadi ketiduran." Wanita itu akhirnya bungkam.

"Ayo, pulang!" Perintah Elvaro membuat sekretarisnya mengernyit bingung.

"Saya antar kamu pulang" Wanita itu menjadi gelagapan.

"Gak usah, pak. Saya bawa kendaraan sendiri kok." Bohongnya.

"Kendaraan? Saya selalu melihat kamu jalan kaki sampai rumah. Dikira saya gak tau apa?"

Ups... ketahuan deh

Lagi-lagi, wanita itu hanya bisa menyengir.

"Ayo!" Wanita itu dengan cepat membereskan barang-barangnya.

"Kapan kamu mengingatku?" Sekretarisnya yang sudah selesai membereskan barangnya, hendak mengambil tas selempang miliknya, menoleh ke arah Elvaro.

"Apakah Anda mengatakan sesuatu?"

Hurt [One Shoot]Where stories live. Discover now