Salah paham

1.7K 28 4
                                    

Sekarang Zanna dan Arion sudah tiba di rumah, Zanna mengobrol dengan mamanya bisa sampai lupa waktu. Kalau dirinya tidak menghentikan pembicaraan mereka, mungkin sampe pagi pun tidak akan selesai.

“Kamu sama mama ngomongin apa, sepertinya seru?” tanya Arion sembari melepaskan jas yang melekat di tubuhnya.

“Bapak kepo banget sih, ini tuh pembicaraan seorang perempuan, laki-laki nggak berhak untuk tau,” ketus Zanna dan langsung melenggang pergi ke kamar mandi.

“Baiklah, saya tidak akan bertanya,” kata Arion.

Didalam kamar mandi Zanna mengingat kembali perkataan sang ibu mertua. Jika tidak ingin kesepian di rumah, maka harus cepat-cepat punya anak.

“Masa iya gue ngomong sama Pak Lon buat bikin anak,” guman Zanna sembari mondar-mandir di kamar mandi.

“Zanna! Apa yang kamu lakukan di kamar mandi, cepatlah saya juga harus bersih-bersih,” kata Arion yang mengetuk-ngetuk pintu beberapa kali.

“I-iya sebentar lagi.”

Zanna memakai handuknya asal-asalan, bahkan dia sampai lupa kalau lantai bekas sabun belum dia siram.

Brukh!

“Akhhh!”

Arion yang tengah membaca buku terkejut begitu mendengar teriakkan Zanna. Dengan cepat dia mendobrak pintu karena mendengar tangisan Zanna. Dia terkejut melihat Zanna yang meringkuk dengan Handuk yang sudah terlepas.

“kamu tidak papa?”

“Hiks ... Jangan mendekat! Balikkan punggung bapak!” perintah Zanna sembari mencoba untuk menutupi tubuhnya yang polos tanpa sehelai kain.

Zanna mencoba untuk mengambil handuk yang jauh dari jangkauannya, tapi nihil, kaki dia tidak bisa bergerak. Arion yang melihat itu membantu mengambilkan handuk untuk Zanna.

“Ayo sini, saya bantu kamu,” kata Arion yang mencoba untuk menggendong Zanna. Zanna menepis pelan tangan Arion, dirinya malu! Bahkan sekarang dia tidak tidak tertutup kain alias polos.

Dengan hati-hati Arion melilitkan handuk di tubuh Zanna untuk menutup area tertentu. Arion menggendong Zanna dan menurunkannya di ranjang.

“Mana yang sakit?” tanya Arion lembut, Zanna menunjuk di mana letak sakitnya itu. Arion melihat bahwa kaki sebelah kanan Zanna terkilir, bahkan mulai membiru.

Arion menekan kaki kanan Zanna yang membuat Zanna menggaduh kesakitan, bahkan Zanna sempat-sempatnya untuk mengumpat.

“Argh! Anjing, tolol, sakit, astagfirullah,” pekik Zanna yang membuat Arion sedikit tertawa.

“Hush! Jangan suka mengumpat, tidak baik,” kata Arion yang dengan lembut mengurut kaki Zanna.

“Yah sakit Bapak! Udah tau sakit bapak malah sengaja teken tuh kaki,” sarkas Zanna dengan isakan-isakan kecil.

Arion berdiri dan mencari dimana letak p3k.

Arion duduk kembali dan mulai mengoleskan minyak urut pada Zanna. Zanna mulai berhenti menangis karena sakitnya mulai berkurang.

“Ahhh! Emmh, yah pak! Nikmat sekali, terus bapak!” racau Zanna yang membuat Arion mendengus kesal.

“Hush! Ngapain kamu bersuara seperti itu, kalau orang salah paham bagaimana,” kata Arion sembari menggelengkan kepalanya.

“Arghh! Bapakk! Jangan kenceng Napa, sakit!” teriak Zanna.

Tanpa mereka sadari, Anika dan juga Alzam mematung di depan pintu, mereka mengerjapkan matanya dan saling memandang sembari tersenyum.

“Ahhh! Sakit tolol, hiks ... Lepasinnn pak, tangan bapak kasar banget sih.”

“Wah! Arion hebat juga yah, ma,” kata Alzam sembari menempelkan kupingnya di pintu.

“Mama gak nyangka Zanna seperti ini, ayo kita turun aja, gak boleh ganggu mereka,” kata Anika dan menarik Alzam untuk pergi dari sana.

“Bapak! Lagi ngurut orang atau mau bunuh orang sih, sakit tau!” ketus Zanna sembari mengelus pelan kakinya.

“Saya juga sudah pelan, kamunya saja yang lemah,” timpal Arion.

“Ya saya 'kan perempuan wajar aja sakit, gimana sih bapak ini!”

“Iya iya maafkan saya, mau saya urut lagi?”

“nggak mau! Mending bapak bantuin saya ambil baju sama daleman aja, masa iya saya mau polos gini,” suruh Zanna yang membuat Arion mengangguk paham.

Beberapa menit kemudian

“Bajunya yang mana?” tanya Arion sembari memperlihatkan beberapa setel pakaian.

“Yang hitam aja,” jawab Zanna. Arion masuk kembali ke walk in closet dan mencari dalaman untuk Zanna.

“Ini dalemannya yang mana?” tanya Arion kembali sembari menggantungkan beberapa Bra dan Celana dalam. Pipi Zanna rasanya panas, dia malu sekali.

“Yang mana aja sih pak, sama aja!” ketus Zanna yang membuat Arion mengangguk paham.

“Branya terlihat besar berarti itunya juga besar,” kata Arion yang masih bisa Zanna dengar.

“Bapak! Saya dengar yah apa yang bapak ucapkan!” teriak Zanna yang membuat Arion tersenyum.

Suamiku Dosen (Slow Update)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora