chapter 2

5.5K 712 51
                                    

Attention, please!

Aku nggak tau ini cerita bakalan sepanjang apa. Tapi, aku sudah berusaha buat yang sepanjang mungkin. Lalu di cerita ini akan membahas tentang ingatan Papa Claude sama Mama Livia.

Cukup sekian, keep enjoying this chapter, reader-nim!

________________

Brak!!!

"Cale!!!" panggil seorang wanita cantik yang tanpa segan mendobrak pintu tak bersalah. Wanita cantik tetapi terlihat cukup kacau untuk disebut sebagai bangsawan, terlebih permaisuri.

"... P-Permaisuri,, Livia Thames masuk,,," ucap sang penjaga pintu yang bisa dijamin terkena serangan mental atas kedatangan Livia bersama pelayan pribadinya, Jayden.

Claude ataupun Cale dalam gendongannya ikut membeku di tempat, karena kedatangan brutal sang permaisuri yang dikenal lembut. Livia segera melangkah masuk tanpa beban dan lebih terkesan tegas. Mendekati Claude, lalu mengambil Cale sembari menatap sang kaisar dengan tatapan ganas.

"Telah kau apakan putraku?" ucap Livia dingin, mendekap tubuh kecil Cale dalam pelukannya.

'Apa-apaan dengan hubungan suami istri ini?!' batin Cale saat merasakan adanya hawa dingin memenuhi atmosfer ruangan.

"Aku sama sekali tidak berbuat apapun dengan putramu, dan hanya menemaninya sampai kau tiba." balas Claude tak kalah dingin. Membuat suasana kini semakin dingin dan sulit untuk diatasi oleh tubuh kecil Cale.

"Ukh,,,"sebuah erangan kecil akhirnya keluar dari mulut Cale yang telah berjuang untuk menghindari hawa dingin di sekitarnya. Secara tidak langsung Cale bisa merasakan 2 pasang mata kini diarahkan kepadanya, membuatnya mulai meringkuk ketakutan dalam pelukan Livia.

'Yang benar saja, aku baru bangun dan langsung mendapatkan kejutan mematikan seperti ini?! Oh,,, hidupku yang malang. Kenapa kesialanku baru bisa kurasakan saat ini, Eruhaben-nim?!!' batin Cale mulai menangis. Tidak! Dia benar-benar menangis karena takut. Terlebih saat ini ketakutannya semakin besar, karena 2 tatapan orang tuanya.

'Tubuh sialan ini!' maki Cale mencoba untuk menahan tangisnya, meski tetap gagal. Tanpa Cale sadari, kedua orang tuanya telah menatapnya bingung sekaligus cemas, dan tidak lagi menggunakan tatapan dingin mereka.

"Hiks... Khu..." suara isakan Cale yang tertahan segera mengundang tangan Livia untuk segera menepuk punggung kecilnya pelan, sementara Cale semakin mengeratkan pelukannya.

"Sayang,,, apa kau takut, hm? Kau benar, Ayahmu memang sangat menakutkan." ucap Livia melembut saat merasa Cale semakin terisak dalam pelukannya.

Calude hendak ikut membantu. Tetapi belum sampai tangannya menyentuh sehelai rambut Cale, Livia sudah berpaling dengan tatapan tajamnya. Mau tak mau Claude kembali menghela napas lelah, lalu memilih untuk duduk dan menatap bagaimana Cale semakin terisak keras dalam gendongan Livia. Sedangkan Livia dengan sabar terus menghiburnya selembut mungkin.

Claude masih diam, memperhatikan perlakuan lembut Livia kepada Cale yang tak henti menangis dalam pelukannya. Pikirannya mulai melayang jauh ke masa lalu, mengingat bagaimana dia bisa bertemu dengan Livia dalam sebuah pesta bertema ulang tahun.
.
.
.
.
.
Waktu itu adalah perayaan ulang tahun kaisar ke-27 tahun. Lalu Livia Thames hanyalah perwakilan dari bangsawan terhormat dari Benua Timur yang ikut berpartisipasi di dalamnya, karena kedekatan keluarganya dengan keluarga utama.

An Obelia Prince {HIΔTUS}Where stories live. Discover now