24. E. V. Company.

1.1K 211 5
                                    


Selamat siang. Bukankah kalian para penggemar cerita Nightmare Cinderella sungguh luar biasa? Selalu memberi saya hal yang membuat saya hampir tak percaya.

Vote dan rating tinggi dengan komentar yang sangat menghibur. Saya benar-benar bersyukur telah melangkah bersama kalian selama ini. Terimakasih atas dukungannya kalian semuanya.

Seperti biasa, part belum di revisi.
Typo bertebaran.
Dan tanda baca seoalah mati. 
Happy reading.





***

Ellina melangkah menuruni tangga sebelum akhirnya sebuah klakson mobil di luar Maple Villa mmembuatnya bergegas. Saat seorang pelayan membuka pintu, Ellina telah lebih dulu melangkah keluar. Menatap Ernest yang tersenyum di dalam mobil.

"Kau datang lebih pagi?"

Ernest memiringkan kepalanya ke kiri. Memberi perintah agar Ellina masuk. "Aku harus pergi mengurus sesuatu."

Saat Ellina telah duduk di samping Ernest dan mobil melaju pelan, ia menoleh ke samping. Menatap Ernest yang fokus pada jalanan. "Berapa lama?"

"Satu minggu."

Ellina manggut-manggut dan mencibir. "Bersama Zacheo?"

Menganguk, Ernest menatap Ellina sesaat. "Ethan akan mengurusi keperluanmu. Jadi selama aku tak dapat menjemputmu, Ethan akan menggantikanku."

"Tak perlu. Aku bisa memesan taksi,"

"Tak aman." potong Ernest cepat. "Usahakan jangan pulang larut malam. Tidak, seharusnya kau tak perlu datang ke kantor selama aku tidak ada."

Ellina tertawa. Menatap Ernest lama dan terdiam dalam senyum manis.  "Kau sekhawatir itu padaku?"

Ernest mengangguk lagi. "Kau pernah mengalami kejadian buruk. Dan saat ini kau tengah mengerjakan proyek penting perusahaanku. Aku hanya tak ingin kau mengghilang sebelum semuanya usai,"

Sebuah alasan yang sangat jujur membuat Ellina kian tersenyum. Itulah yang paling ia sukai dari pria di sampingnya. Tak menutupi sesuatu meski secara terang-terangan dia menunjukkan tengah memperalatnya. Memeras kinerjanya dengan semua pertukaran yang lebih dari layak. Ia tak keberatan sama sekali, ia malah akan dengan suka rela bekerja di bawah kendalinya. Menurutnya, pria di sampingnya begitu bisa di andalkan.

"Aku tak akan mengagalkan proyek ini,"

Ernest menoleh. "Kupegang janjimu."

Dalam perjalanan panjang menuju E. V. Company, telepon Ernest berdering pelan. Ellina hanya menoleh saat Ernest menjawab teleponnya.

"Bayi Kecilku, ada dimana kau sekarang?"

Suara lembut seorang wanita terdengar, Ernest refleks menjauhkan teleponnya beberapa centi untuk melihat id penelpon. Melihat itu,  Ellina memasangkan sebuah earphone di telinga kanan Ernest. Membuat Ernest tersenyum berterimakasih.

"Ibu," ucap Ernest sangat lembut. "Berhenti memanggilku seperti itu, oke?"

Ellina tertawa sedikit karena mengingat hal yang telah ia dengar. "Bayi kecilku?" ulang Ellina jelas sambil terkikik geli. Membuat Ernest melotot sebal.

Sedangkan di seberang sana, Qianzy membatu saat mendengar suara wanita yang terdengar jelas. Pikirannya langsung melayang. Jadi bayi kecilku tengah bersama seorang wanita? Apakah mereka berkencan? Ah, ataukah mereka baru saja bangun setelah tidur panjang berdua?

Memikirkan itu raut wajah senang menghampiri Nyonya Besar E. V. Qianzy dengan cepat merubah suaranya menjadi kian lembut namun bermartabat.

"Tuan Muda E. V,  siapa kah yang bersamamu?"

Nightmare Cinderella.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang