35. Jangan menggertakku.

1K 187 3
                                    

Part belum di revisi.
Typo bertebaran.

Happy reading.

***

Ruangan pertemuan itu terlihat damai. Saat percakapan inti itu selesai, dua keluarga masing-masing pergi. Menyisakan Lexsi dan Kenzie yang masih duduk berhadapan. Lexsi tampak malu-malu dengan senyum lembut namun menggoda. Sedangkan Kenzie menyesap tehnya pelan lalu meletakkan gelas itu tenang.

"Aku tak tahu bahwa undangan lebih dulu di sebar," ucap Lexsi menyembunyikan rasa senangnya dengan mimik yang terlihat enggan.

Hening sesaat. Kenzie sama sekali tak menatap Lexsi saat dia berkata, "Bukankah kau senang?"

Tak bisa menutupi rasa bahagianya, Lexsi memilih bertanya lagi. "Bagaimana denganmu? Keluarga kita sudah merencakan hubungan kita sangat lama. Kurasa ini adalah takdir bahwa kita bisa bersama."

Kenzie menatap Lexsi sesaat. Auranya tenang dan menekan rasa dinginnya. "Itu rencana keluargaku, bukan rencanaku!"

Kata-kata itu dingin dan menusuk. Membuat Lexsi sedikit peka namun dia mencoba berpikir lain.

Tak mungkin kan, dia akan menentang keluarganya? Undangan sudah disebar.

"Presiden Kenzie, apa maksudmu? Itu sudah jelas tentang kita. Kita bahkan telah mencoba gaun pernikahan kita. Lalu, kau juga menyetujui permintaan orang tuamu,"

"Aku tidak!" ucap Kenzie dingin dan kian dingin. Cahaya di matanya tampak berbahaya. Hingga membuat Lexsi tertegun takut. "Aku tak berniat membantah mereka karena dari awal pilihanku tak berubah. Dan hidupku bukan di tangan mereka. Aku yang akan menentukan segalanya dari awal,"

Merasa kosong. Lexsi tertegun untuk beberapa saat. "Jangan bilang kau ingin membatalkannya. Undangan sudah di sebar," tekannya mencoba negosiasi.

"Dan satu lagi. Hentikan semua sandiwaramu di media. Aku mulai lelah,"

Tak dapat menjawab apapun karena terlalu terkejut, Lexsi bagai di tampar keras. Ia mencoba mencerna kata-kata Kenzie dengan sangat jelas. Mencoba mempercayai pendengarannya dan mencoba sadar.

Tidak, dia tak mungkin kan? Semua telah sejauh ini. Dan aku ....

"Jadi selesaikan ini sendiri, karena aku tak akan masuk pada rencana siapapun!" tukas Kenzie menyelesaikan pikirannya.

Kenzie mulai bangun tanpa menatap Lexsi sedikitpun. Tak dapat menerima itu semua, Lexsi ikut bangkit dan mencoba menahan tangan Kenzie. Namun jarak yang cukup jauh antara tubuh mereka, membuat Lexsi terhuyung dan ambruk di pelukan Kenzie. Aroma segar nan lembut tercium ke indera penciumannya. Namun Kenzie sama sekali tak tergerak untuk membalas pelukan itu atau menyentuh Lexsi sedikitpun.

"Sangat menjijikkan," ucap Kenzie rendah namun tajam.

Mendengar itu Lexsi merasa terhina. Dia adalah seorang artis yang terjebak cantik. Banyak pria yang akan melemparkan dirinya padanya. Tapi belum pernah ada yang mengatakan kata-kata tajam seperti itu padanya. Seolah olah dia seonggok kotoran yang tak layak. Hatinya teremas sakit dengan tatapan marah. Ia mendongak menatap Kenzie dan melihat mata hitam Kenzie yang dingin. Tatapan itu dalam, dan anehnya, hanya dengan tatapan itu Lexsi bergerak mundur karena takut.

Melihat Lexsi yang mundur selangkah, Kenzie mengibaskan tangan membersihkan jasnya. Tatapannya tenang dengan garis ekspresi yang sama. Tak tersentuh dan merasa jijik karena sesuatu. Tangannya bergerak cepat untuk menghubungi Lander.

"Siapkan setelan pakaianku di kantor sekarang,"

Lexsi tertunduk. Ia meremas ujung bajunya kuat. Air matanya mengalir pelan, menciptakan garis halus di pipinya. Ini telah lebih dari satu tahun ia mencoba mendekati Kenzie. Tapi ia paling merasa sakit saat tatapan jijik yang membuat harga dirinya terluka.

Nightmare Cinderella.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora