37

13.3K 539 3
                                    

Dinara merapatkan selimut yang membungkus tubuh polosnya, selepas melaksanakan shalat subuh tadi langit berbuat ulah yang membuat Nara harus pasrah, menuruti kemauan sang suami.

Nara berdecak melihat langit yang masih tertidur pulas, Nara mengecek ponsel miliknya yang sudah menunjukan pukul 09.30 dahinya mengernyit ternyata ini sudah cukup siang.untuk seseorang bangun pagi semua gara-gara suaminya.

Dengan pelan-pelan Nara turun dari tempat tidur,tidak ingin membangunkan langit yang masih terlelap tidur.nara menggelengkan kepala ketika melihat baju dirinya dan langit berceceran di lantai.
Walaupun cukup sulit karena terhalang perutnya yang makin membesar Nara memunguti baju-baju memasukannya kedalam keranjang kotor.

Cukup 30 menit Nara menyelesaikan ritual mandinya, ibu hamil itu sudah terlihat cantik dengan daster batik khas Pekalongan yang ibunya kiriman Minggu lalu.

" Sayang " panggil langit

" Ya "

" Di mana? "

" Di walk-in closet kenapa " Nara menyembulkan kepalanya di pintu, melihat langit yang menyandarkan tubuhnya di tempat tidur Nara meneguk air liurnya mendapat pemandangan dada bidang dan perut sixpack langit yang begitu menggoda, bahkan pipi putih Nara bersemu merah.

" Jam berapa yang "

" Jam 10 mas, mandi sana "

" Mandi bareng yuk " goda langit dengan senyum mesum,Nara bergidik ngeri melihat.

Amit-amit,jangan kaya papih ya sayang

Nara menggeleng sambil mengelus perut buncitnya " maaf yah pak langit saya udah mandi " ucap Nara yang menghilang di balik pintu.langit terbahak di atas tempat tidur lucu sekali melihat Nara marah.

Tidak butuh waktu lama sekitar 20 menit langit sudah rapi, dengan setelan kemeja maroon dan celana kain hitam tak lupa jas hitam yang tersampir di tangan kirinya.

" Loh, mas mau kemana? Bukannya hari ini gak ke kantor? " Langit terkekeh mendengar pertanyaan ibu hamil di depannya.

" Satu-satu dong yang tanyanya " langit yang gemas langsung mengecup bibir istrinya singkat, yang membuat Nara semakin kesal di buatnya.

" Jawab ajah kali "

" Oke, oke mas jawab? " Langit mengelus rambut Nara dengan sayang " tadi Reza telpon katanya ada meeting dadakan sama investor, papah gak bisa handel sedangkan mas Dirga lagi fokus sama proyek di Sumatra, jadi terpaksa mas yang pergi buat meeting " jelas langit panjang lebar.

" Terus aku gimana " Guman nara yang masih terdengar oleh langit, langit mengerti semenjak hamil besar pergerakan Nara menjadi terbatas, jangankan untuk pergi ke mana-mana untuk sekedar mengerjakan pekerjaan rumah pun sudah sepenuhnya langit limpahan kepada 2 asisten rumah tangga yang gina rekomendasikan.

" Mau ikut ke kantor? " Nara menggeleng, " mas hubungi tiga Curut yah buat nemenin kamu di rumah "

" Boleh tapi aku mau jalan sama mereka boleh ya mas " rajuk Nara, yang membuat langit pasrah mengijinkan.









•••





Di sinilah Nara dan ketiga sahabatnya di restoran yang sudah langit reservasi untuk ke empatnya bertemu, calon ayah itu ingin istrinya nyaman berada di luar apa lagi dengan kondisi perut istrinya yang semakin membesar.
Membuat langit semakin overprotektif kepada sang istri.

" Ck . . Kurang jauh Ra pak langit cari tempat? Gak sekalian ajah di Bali " gerutu Dewo yang baru datang,pria itu langsung menenggak segelas jus jeruk milik Rena yang belum di minum.

" Eh . .Asep itu punya gue? "

" Pelit banget sih, tinggal pesen lagi apah susuannya sih " Rena mendengkus tak suka, emang susah berdebat dengan anak juragan dodol ini.

" Benar-benar yah pak langit cari tempat, bikin gue ilfil masuk kesini liat ajah noh motor gue yang paling keren di kampung masuk sini berasa kaya rongsokan "

" Ya itu sih derita Lo sep? Makanya tuh motor Lo jual ganti baru, motor sama Lo juga tuaan tuh motor? "

" Ngomong doang gampang re, kata Abah gue tuh motor banyak sejarahnya bahkan amih gue kecantol gara-gara motor itu " ujar Dewo

" Serah Lo dah serah "

Ke empatnya larut dalam obrolan,sudah lama Nara tidak merasakan momen seperti ini semenjak menikah dengan langit.
Tak terasa sudah 3 jam mereka menghabiskan waktu dengan bertukar cerita.

" Ra calon ponakan kita cewek apah cowok? Dia sehat kan " Leo mengusap lembut perut buncit Nara, bayi dalam perut Nara pun merespon dengan sebuah tendangan kecil, membuat Leo memekik girang " Hai . . Baby seneng yah di sapa uncle Leo " ucap Leo menirukan suara anak kecil.

" Hai juga uncle " sapa Nara, membuat Leo tersenyum,Rena juga tak mau kalah dia juga mengelus lembut perut nara.

" Iih . . Ra baby gerak-gerak " pekik Rena " ya ampun aunty gak sabar buat ketemu kamu, sehat-sehat ya baby di perut bun__ eh bunda apah mamih Ra? " Tanya Rena.

" Emak " jawab Dewo asal, yang mendapat pelototan dari Rena." Apa liat-liat mau di congkel tuh mata "

" Lo jawab asal banget . . Segala emak gimana kalau baby bilang gitu,masa Nara sama pak langit di panggil emak sama Abah udah kaya orang kampung ajah " omel Rena.

" Itu kan saran gue re? Lagian gak Nora kok,iya gak Ra koh? Itu panggilan khusus setiap daerah masing-masing. Termasuk kita nanti kalau punya baby mau di panggil emak sama Abah juga gak apa-apa. Kalau papi sama mamih atau Dady momy duit gue belum nyampe sampe miliyaran. Masa Dady sama papi kalau di tanya sama anak kita bilang dari sawah kan malu re? Dedy sama papih mah cocokkan pulang dari kantor "

Nara dan Leo menyembuhkan tawanya, ada-ada sajah tingkah Dewo yang membuat Rena kesal.

" Serah Lo lah sep, mau di panggil Abah ke engkong sekalian ajah kingkong gue gak masalah "









To be continue


Setelah sekian purnama bisa update lagi . . . .maaf yah maklum emak-emak suka lupa jalan cerita 🤭

Jangan lupa follow vote and comen ❤️

The Wedding DinaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang