Ketakutan Tak Berdasar

2.3K 250 40
                                    

Pada dasarnya, sifat manusia ingin memiliki apa yang menarik untuk hidupnya. Baik soal materi maupun perasaan yang ingin dipenuhi.

Ada dua jalan untuk mewujudkan keinginan itu, baik ataupun buruk yang menjadi arah tujuan, tetaplah rintangan perjuangan menanti.

Jalan yang baik, tidak semulus yang dikira. Tidak hanya bermodalkan keyakinan dan kebenaran saja, tetapi juga ketegaran dan ketuguhan memperkuat benteng pertahanan.
Banyak hambatan tidak bisa diambil hati, menggugurkan semangat kian mengikis hati. Pengorbanan pun ikut menjadi pendorong rintangan, walaupun harus berada diambang kematian. Namun dibalik itu, ada kebahagian menanti, penuh dengan kenikmatan dari Tuhan bagi yang menjalani.

Berbeda dengan jalan yang buruk. Mungkin mereka yang mengambil jalan ini merasa paling pintar mengakali, menghalalkan segala cara yang ingin diambil alih, menghancurkan segala hal yang menghalangi. Hingga kebahagiaan yang berhasil diraih, tidaklah bertahan lama, dan digantikan penyesalan kekal abadi.

Itulah manusia yang terikat dengan hukum keadilan sesungguhnya.  

Setiap manusia berhak menentukan jalan hidupnya, karena semuanya punya takdir tersendiri menentukan arah kehidupan. Terlepas baik atau buruk jalan yang ditempuh, membutuhkan proses yang panjang  menetapkan pilihan hidup ingin dijalani.

Tidak bisa saling menyalahkan terhadap apa yang dinilai, melainkan bagaimana mengambil pelajaran kedua sisi itu. Seburuk apapun seorang manusia, pasti ada sisi pengubah pola pikir manusia lain.

Tetapi, jika rasa kesadaran diri masih diduduki kejahatan, tidak akan pernah bersikap adil menyikapi permasalahan. Egois dan benci akan mengombang-ambing jiwa kelabu, mengontrol sikap dan perbuatan dengan kedengkian, sampai kasih sayang cinta tak berarti di dalam hidup.

Tidak perlu munafik jika menyangkut masalah dunia, memang begitulah realitanya. Sebelum mengenal dan paham maksud tujuan hidup di dunia ini, titik hitam di hati terus menguasai jiwa. Semuanya butuh keyakinan dan kepercayaan tanpa membawa ragu ke dalam diri.

Namun, bagaimana kedua elemen itu dihancurkan kesalahpahaman?

Tentu tidak berguna pembelaan menunjukkan kebenaran. Akan selalu salah di mata mereka yang merasa terkhianati, dan jalan satu-satunya, mengumpulkan bukti kebenaran.

Jika tidak berhasil, langkah kebahagian yang berhasil dipijakan akan berbalik menyudutkan ke jalan buntu, dan hanya bisa diam menerima pelampiasan kekecewaan.

Dari sekian banyak yang mengalaminya, Tasya termasuk catatan hitam yang tergores kesalahpahaman. Hanya dalam satu malam, hidupnya hancur tanpa perasaan.

Hari-harinya sangat sulit dilalui, berbagai tekanan menjauhkannya dari ketenangan. Mengekangnya dengan segala status rendahan, menghinakan segala perbuatan yang ia lakukan, sampai-sampai mengasingkannya jauh dari keharmonisan.

Setidaknya, satu-satunya harapan Tasya bertahan adalah buah cintanya bersama sang suami. Bian, anak kesayangan semua orang. Hanyalah Bian yang menjadi alasannya hidup sampai pada titik ini. Memang tidak mudah, tapi Tasya sangat beruntung mempunyai anak seperti Bian.

Melihat senyum Bian saja, membuat rasa sakit menghujami jiwa Tasya menjadi tenang. Tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat anaknya bahagia.

Dan lihatlah sekarang, anak kesayangannya sedang asik mengikuti mobil remotnya ke sana-kemari. Tawa renyah Bian berhasil menarik senyum manis Tasya yang jarang ditunjukkan. Padahal anak itu cukup berdiam diri saja sambil mengontrol mobil remot yang meleset cepat.

“Bian, udah sayang. Jangan dekat-dekat  kolam renang, nanti jatuh,” panggil Tasya memperingati Bian yang mendekati area kolam renang.

Bian berhenti berlari tepat di perbatasan ruangan. Berbalik mengahadap mommy-nya yang mendekatinya.

Teduh Untuk Rain [TERBIT]Where stories live. Discover now