20. Jadi bridesmaid

13K 1K 37
                                    

◀jangan lupa pencet bintangnya▶

---

Makan malam kali ini lengkap, ada Bunda, Ayah, dan Raka. Setelah beberapa hari ini Ayah dan Bunda nya menginap di Rumah Dinas, mereka akhirnya menyempatkan waktu untuk kembali kerumah. 

"Ayah tahu lebih dulu kan tentang Mas Gilang yang ada di daftar Prajurit Satgas Pamtas di Papua?," Tanya Rania di sela-sela makan. 

Ayah yang semula makan dengan tenang, kini terdiam sembari menatap putri sulungnya. Lantas ia mengangguk menanggapi pertanyaan dari putrinya tersebut. 

"Kenapa Ayah gak ngasih tahu Mbak?" 

"Ayah ingin Gilang sendiri yang kasih tahu ke kamu. Ayah tahu apa yang sedang kamu rasain saat ini Mbak, memang gak mudah buat hubungan kalian yang mau nginjak ke jenjang serius. Apa Gilang udah ngasih keputusan tentang hubungan kalian kedepannya?" 

Rania mengangguk, "Mas Gilang mau kita lamaran sebelum dia berangkat ke Papua," 

"Ayah sama Bunda serahin semua keputusan ke kamu, asal itu yang terbaik buat kamu, buat Gilang, buat kalian berdua," 

"Mbak, sejak kamu nerima Gilang sebagai pasangan kamu, disitu juga kamu harus terima semua resiko nya. Entah resiko sakit hati, resiko akibat pekerjaan, atau resiko-resiko lain dalam kehidupan kalian berdua." Kini sang Bunda turut memberikan nasihat kepada Rania. 

"1 Bulan apa cukup buat nyiapin semua keperluannya?", Tanya Rania. 

Bunda tersenyum seraya mengangguk, "Bunda yang akan turun tangan buat mengurus segala keperluan Lamaran kamu, bahkan kalau dalam waktu 1 minggu dilaksanain juga ayo," 

Rania terdiam mendengar jawaban dari Bundanya, jika semuanya memang sudah siap, maka ia sendiri yang harus menyiapkan dirinya sendiri dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa menunda hal baik adalah kesalahan besar. 

Ia sempat berfikir bahwa Lamaran akan dilaksanakan setelah Gilang selesai Tugas saja, entahlah kenapa dia berfikir seperti itu. 

---

Setelah obrolan dengan kedua orang tuanya semalam, kini Rania tengah berada di Cafe bersama dengan Maya yang mampir untuk makan siang. 

"Mas Gilang tahu tentang kabar kalau dia ikut Satgas tuh kapan?," 

"1 Bulan yang lalu," 

"Ya salah sih, harusnya dia langsung bilang ke lo diwaktu itu. Tapi menurut gue juga oke aja sih Ran kalau semisal kalian Lamaran dulu, seenggaknya lo udah diikat sama Mas Gilang gituloh. Selesai dia tugas tinggal Nikah deh," 

"Ayah sama Bunda juga setuju kalau misal lamaran dilaksanain sebelum dia berangkat tugas," 

"Jadi, apa yang lo beratin lagi? apa yang bikin lo gak yakin?," 

Rania menghela nafasnya pelan, "Gue takut dipertengahan hubungan nanti gue gak siap buat Ldr," Maya berdecak sembari tangannya yang memegang sendok terarah ke kepala Rania. 

Duk! 

"Aw, sakit gilaa," 

"Lo kalau gak siap Ldr ya jangan pacaran sama Tentara!" 

Benar juga pikir Rania, Tentara itu hidupnya sudah punya negara. Jadi sudah bisa dipastikan jika ia menjalin hubungan dengan seorang Tentara pasti akan ada drama Ldr, entah itu dalam waktu yang lama atau singkat. 

"Ran, itu semua resiko yang harus lo terima. Harusnya lo sebagai pasangan dia tuh support gituloh, kasih semangat. Disini gue bukannya belain Mas Gilang ya, tapi gue ngomong sesuai sama kenyataannya aja" 

SENANDIKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang